Senin, 23 Agustus 2010

IBNU TAYMIAH PENGIKUT SYEIKH ABDUL QODIR JAILANI

IBNU TAYMIAH PENGIKUT SYEIKH ABDUL QODIR JAILANI
Oleh : Dr. Afif Muhammad
sumber: Manaqib-sitius PP Suryalaya-Tasik Malaya

Biasanya orang yang mengkritik sesuatu, dianggap sebagai orang yang anti terhadap sesuatu yang dikritiknya itu. Misalnya Imam al-Ghazali sewaktu beliau mengkritik filsafat, beliau dianggap sebagai orang yang anti terhadap filsafat. Tidak hanya itu, bahkan beliau dianggap sebagai “Pembantai filsafat” (Pembunuh Ayam Bertelur Emas).
Hal serupa diatas juga dialami oleh Ibnu Taymiyah ketika beliau mengkritik tasawuf. Ketika itu beliau dianggap sebagai ulama yang anti terhadap tasawuf oleh banyak kalangan. Bahkan sampai sekarang pun masih ada kalangan yang beranggapan demikian. Anggapan atau lebih tepatnya tuduhan demikian merupakan sesuatu hal yang tidak berdasar.
Padahal berdasarkan pada penellitian, Ibnu Taimiyah ketika itu hanya mengkritik istilah tasawuf saja, bukan terhadap kehidupan tasawuf. Menurut Ibnu Taimiyah, tasawuf merupakan istilah yang tidak mempunyai akar sama sekali baik di dalam al-Qur’an maupun Hadits. Kalau tasawuf itu diartikan sebagai kejernihan hati, maka mestinya dipakai istilah sofa-yasfu-sofwan, bukan tashowufan. Dan kalau diartikan sebagai barisan yang rapat, maka istilah yang digunakan adalah sofa-ya suffu-soffan, bukan tashowuufan. Begitu juga bila diartikan bulu domba, maka yang ada adalah istilah suffan, bukannya tashowuffan. Dengan demikian menurut Ibnu Taimiyah, istilah tasawuf hanya mengada-ada saja. Dan menyarankan untuk menggunakan istlah yang laon saja. Adapun terhadap praktek kehidupan bertasawuf itu sendiri beliau tidak melarangnya.
Salah satu bukti Ibnu Taimiyah tidak melarang praktek tasawuf adalah beliau menulis sebuah kitab yang merupakan sarah ,dari kitab “Futuhul Ghaib”, karya Syeikh Abdul Qodir Jaelani Q.S. dalam tradisi ilmiyah (menulis) di jaman klasik dibedakan antara membantah, mengkritik, dan menjelaskan (sarah). Tulisan yang bersifat membantah merupakan penolakan atau penentangan terhadap pandangan-pandangan yang dibantahnya. Artinya penulis yang membuat bantahan mengambil posisi “berlawanan” dengan penulis yang dibantahnya.

Sedangkan tulisan yang mengkritik merupakan tulisan yang hanya meluruskan dan memberikan saran terhadap tulisan-tulisan atau dari seorang “kawan”. Adapun sarah atau penjelasan merupakan tulisan yang bermakna menjelaskan pandangan-pandangan atau karya-karya dari orang yang dihormati dan memiliki pandangan yang sama dengan orang yang membuat sarah tersebut.
Bisa saja sarah itu berupa penjelasan dari murid terhadap pandangan-pandangan gurunya.

BENTENGI DIRI DENGAN LAA ILAAHA ILLALLAH

BENTENGI DIRI DENGAN LAA ILAAHA ILLALLAH

Godaan Iblis terhadap Nabi Adam As. patut kita jadikan contoh, betapa dahsyatnya godaan dan bujukan Iblis tersebut sehingga Adam dan Hawa harus turun ke bumi bersama dengan Iblis menjadi musuh untuk selamanya. Apa yang kurang dari Nabi Adam As.? Pangkatnya Nabi dan Rasul pertama, jabatannya Kholifatul fil ardh, Wakil Allah di muka bumi, ilmunya tinggi, sehingga para Malaikatpun bersujud kepadanya untuk memenuhi perintah Allah kecuali salah seorang diantaranya yang menganggap dirinya lebih baik dari Adam. Kekayaannya, Adam dipersilahkan menikmati semua yang ada di "surga" kecuali popon khuldi. Tetapi ... karena bujuk rayu Iblis yang begitu kuat, akhirnya Adam dan Hawa melanggar perintah Allah. Lihatlah diri kita, pangkat apa yang kita punya, jabatan apa yang kita miliki, kekayaan dan ilmu apa yang kita simpan? Iblis tetap akan menggoda kita, dan kita dipastikan akan terbujuk, tergelincir, tergoda sehingga melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya atau sebaliknya tidak mau melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.


Banyak cara dilakukan oleh manusia untuk menjaga diri, keluarga, harta, jabatan, pangkat, kedudukan dan lain-lainnya. Seperti rumah tempat tinggal kita ditempeli dengan ayat-ayat Qur'an misalnya Ayat Kursi. Supaya tidak dibisa dimasuki maling, misalnya. Ayat Qur'an yang ditempel di dinding rumah kita, bisa jadi membuat syetan emoh masuk ke rumah kita. Tapi syetan itu pintar. Ketika rumah kita di tempeli ayat Qur'an, dia melihat yang punya rumahnya TIDAK DITEMPELI AYAT QUR'AN. Maka ... kitalah yang kemudian dimasuki syetan, Na'udzu billahi min dzaalik. Selanjutnya bisa ditebak, kita menjadi temannya. Parahnya lagi, tidak hanya syetan saya yang masuk ke dalam diri dan hati kita, tapi juga dunia dan segala isinya masuk ke dalam hati kita.

Mobil masuk ke hati, sehingga ketika mobil itu hilang atau dicuri, maka hati kita menjadi sakit. Keluarga di masukkan ke dalam hati, sehinga ketika salah seorang diantara mereka meninggalkan kita, hati kita menjadi sakit. Pangkat dan jabatan serta kedudukan, dimasukkan pula ke dalam hati, sehingga ketika hal tersebut tidak lagi ada pada diri kita, maka hati kita menjadi sakit dan seterusnya. Tetapi ... APAKAH kita pernah MERASA SAKIT ketika ALLAH HILANG DALAM HATI KITA? Kita seharusnya terus bersyukur karena telah bertemu dengan Pangersa Abah Anom yang telah menempelkan al-Qur'an ke dalam diri kita, ke dalam ruh kita, menempelkan Ismu dzat ke dalam hati kita. Bukan berarti tidak boleh mencari dunia, silahkan saja tapi jangan sampai dunia itu dimasukkan kedalam hati kita, cukup Allah saja yang ada di dalam hati ini.

Sekali lagi, mari kita bersyukur kepada Allah, karena melalui Pangersa Abah, kita diajarkan untuk selalu mengisi hati kita dengan dzikrullah, membetengi diri kita dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah, menuntun kita untuk selalu beribadah, memberikan contoh kepada kita untuk hidup bahagia di dunia juga sejahtera di akhirat. Kalau begitu, apa yang sudah kita berikan untuk Suryalaya? Jangan hanya omong saja yang besar, retorika saja yang begitu menarik tapi kosong dari realitas. Mari kita buktikan pengabdian kita kepada Pangersa Abah Anom, kepada pesantren Suryalaya di mana saja kita berada dengan tenaga, harta, pikiran, dengan diri yang dilandasi keikhlasan. Amin ya robbal 'alamiin.

KERUGIAN ORANG YANG LUPA KEPADA ALLAH

KERUGIAN ORANG YANG LUPA KEPADA ALLAH

Wahai saudaraku, jauhilah maksiat, sebab terkadang ia menjadi penyebab tertutupnya rezeki bagimu. Jangan engkau melalaikan dzikir dan ketaatan, sebab adakalanya ia menjadi penyebab padamnya mata hati dan keterputusan dari Allah. Allah berfirman : "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri, rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. al-A'raf : 205). Ketahuilah, orang yang menggunakan kesehatan dan msa mudanya untuk bermaksiat kepada Allah, maka perumpamannya adalah seperti diwarisi ayahnya uang yang banyak, lalu ia belikan ular, kalajengking, serta berbagai binatang berbisa lainnya, lalu meletakkan semuanya di kamar tidur, makan yang satu mematuknya, yang lain menyengatnya, dan ada juga yang menggigitnya. Bukankah mereka membunuhnya?

Maka, perumpamaanmu adalah tak ubahnya seperti burung-burung pemangsa daging yang terbang berkeliling di atas bangkai-bangkai berserakan. Mereka mencarinya, dan begitu menemukannya mereka pun langsung turun dan menggayangnya dengan badannya yang besar dan sayapnya yang kuat, tinggi terbangnya dan tajam matanya. Tapi karena sasarannya berada di tempat sangat rendah, maka seringkali ia harus merosot turun ke bawah sehingga jatuh ke dalam kotoran-kotoran. Wahai saudaraku, jadilah engkau seperti lebah, kecil tubuhnya, pendek sayapnya, jarang terbangnya, tetapi semangatnya besar, jiwanya tinggi dan tidak hinggap kecuali pada bunga-bunga, hanya mengisap sari bunga nan wangi, mengeluarkan madu nan lezat dan hanya berbuat kebajikan. Jiwa-jiwa itu agung, maka untuk memenuhi kehendaknya tubuh-tubuh pun merasa senang.

Wahai saudaraku, lama sekali engkau berliku-liku di negeri ujian, diuji dengan musibah, didera dengan cambuk, agar engkau sadar dari kelupaanmu, bangun dari tidurmu, kembali kepada Tuhanmu, dan bebas dari dosamu. Tetapi, ujian itu tak akan berguna bagimu sedikitpun. Karena memang ujian itu sebenarnya bukan untuk orang yang sudah lupa (sepertimu), yang sedikitpun tak bisa menerima nasihat. Karena seorang wanita yang tak waraspun menyembelih anaknya di kamar sambil makan-makan dan tertawa, tidak menyadari apa yang sedang terjadi, tidak peduli dengan apa yang menimpanya.

Begitu juga engkau, engkau telah ditimpa berbagai musibah, seperti terlewatkannya bangun malam, tidak merasakan nikmatnya dzikir, hilang lezatnya bacaan al-Qur'an, meremehkan pemenuhan kewajiban, bebal dan tidak sedih, tidak menyesal, tetapi engkau malah banyak makan, tertawa, dan bersenang-senang. Semua itu terjadi karena kelalaian telah memadamkan hatimu, mematikan cahaya hatimu yang paling padam, merampas manisnya iman dari jiwamu, sehingga engkau tak lagi bisa membedakan antara yang berbahaya dan bermanfaat.

Orang hidup pasti terperanjat ketika ditusuk jarum ataupun duri, sementara mayat tidak merasakan apa-apa meski disayat-sayat pedang atau gergaji. Maka, jika engkau tidak bersedih atas terlewatkannya dzikir dan ketaatan, tidak bersedih setelah maksiat, maka engkau adalah orang mati hati, tak bernurani, tidak dapat membedakan antara kebaikan dan kejahatan, antara kebahagian dan kesedihan, tidak mengenal mana yang bermanfaat dan yang membahayakan.

Karena itu wahai saudaraku, tangisilah dirimu, berupayalah untuk membangunkan dan menghidupkan hatimu, mendekatkan dirimu dengan guru (musryid), duduklah di majelis dzikir, ilmu dan hikmah. Sebab di situ ada wangi dari tiupan surga, engkau akan menemukannya setelah bubar dari mejelis, dalam jalan hidupmu, di kampus, di toko, di rumah, atau sambil bersua bersama keluarga. Janganlah engkau lewatkan majelis-majelis dzikir, ilmu dan hikmah. Janganlah engkau katakan tidak ada gunanya hadir di majelis kebaikan dan ketaatan, karena aku telah terjerumus ke dalam dosa-dosa, dan aku tak kuasa meninggalkannya.
Karena perkataan seperti itu adalah dari bisikan syetan yang terkutuk, yang rasukannya ke dalam jiwa dimaksudkan agar seorang mukmin terhalang dari kebaikan. Tetapi yang berburupun tetaplah wajib memanah. Jika engkau mendapatkan buruannya hari ini, maka hari esokpun masih ada, dan jangan engkau putus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman : Katakanlah :" wahai hamba-hambaku yang melapaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. al-Zumar : 53)...

JANGAN MERASA DIRI LEBIH MULIA DARI ORANG LAIN

sumber: http://www.suryalaya.org/manakib-buletin-isi.php?ID=105
Setiap orang yang beriman hendaknya jangan sampai suka memperlihatkan sikap tidak baik, merasa diri kita lebih mulia daripada orang lain. Ingin menghina pada orang lain. Ingin menghina kepada sesama, karena Allah telah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman jangan suka menghina segolongan diantara kamu kepada golongan lainnya siapa tahu lebih baik yang dihina daripada yang menghina. Hal ini perlu mengapatkan perhatian kita sepenuhnya, sebab hal tersebut secara tidak sadar kita lakukan. Kadang-kadang dirasakan seperti becanda saja, padahal kalau tidak cepat bertobat, bisa menimbulkan dzolim. Artinya menjadi orang yang selalu merasa kegelapan. Gelap dalam arti pikiran dan perasaan. Masalah seperti ini dipandang penting dalah tarekat, sampai ada istilah Muroqobah. Itu gunanya untuk merasakan gerak-gerik kita. Mulai dari ucapan, kelakuan termasuk i'tikad. Jelas tentang hal ini jangan sampai disepelekan.

Seperti yang diterangkan dalam surat at-Taubat dalam al-Quran: Wa ammalladziina fii quluubiHim marodhun fazaadatHum rijsan ilaa rijsiHim wa maa tuuwaHum kaafirinn. Artinya : Orang-orang yang dalam hatinya berpenyakit, gerakan nafsu, ujub, riya, takabur, sombong, bohong, dzolim, khianat, jahat, dengki, benci dan seterusnya. Memang untuk menghina orang lain itu pekerjaan gampang tidak perlu repot-repot. Penyakit tersebut hampir tidak terasa, walaupun ia telah menyusup memasuki daerah perasaan kita. Tetapi kalau kita teliti dengan "kacamata rasa", baru kita menyadari bahwa perasaan kita sudah hampir ambruk. Sebab akibat lupa meneliti diri, bisa menimbulkan keinginan dalam hati untuk menghina orang lain. Padahal dirinya sendiri belum tentu benar. Pada dirinya sendiri banyak hal yang harus disingkirkan, yang pantas jadi ejekan, yang pantas ditiadakan, yang pantas dimusnahkan dan masih banyak kejelekan lainnya. Oleh karena itu sampai kita sempat melihat badan orang lain. Memang begitu lumrahnya, kotoran secuil pada badan orang lain kelihatan jelas, tapi badan sendiri sekujur tubuh penuh dengan kotoran yang menjijikan sama sekali tidak merasa. Lalau apa gunanya kita berdzikir? Kalau keadaan kita masih begitu juga. Padahal dzikir itu adalah sesuatu yang dapat menjadi garis pemisah antara yang baik dan yang jelek.

Dari ucapan saja sudah jelas, yaitu : Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Perintah ini benar-benar sudah jelas dengan ucapan yang nyata. Hasilnya hendaknya supaya berbekas pada amal, supaya tembus sampai i'tikad dengan benar-benar kokoh kuat, bisa memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Dzikir dengan lisan, yang tembus ke dalam hati, langsung tembus ke rasa akan memperlihatkan hasil kebaikan yang nyata pada diri kita. Jangan pura-pura sedang dihadapan umum seperti bersahabat tidak memperlihatkan rasa benci tapi dibelakangnya sebaliknya. Jangan sampai begitu. Singkirkan sifat seperti itu. Untuk apa kita amalkan dzikir yang dua macam yaitu dzikir Jahar yang diucapkan dan dzikir khofi yang diingatkan. Kedua macam dzikir itu guna memberantas segala macam kesalahan. dari kesalahan besar, sedang dan kecil. Dari kesalahan yang terdengar sampai yang tidak kedengaran. Oleh karena itu harus bisa menjelmakan menjadi satu pendirian yang benar-benar Shaleh sehingga bisa menghindarkan diri dari amal yang tidak diridhoi Allah Swt.

SEMUA MILIK ALLAH

Semua yang ada di bumi ini, akan binasa. Dan yang tetap abadi hanyalah Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Termasuk kita manusia akan hancur binasa. Jadi mengapa merasa ingin memiliki. Semuanya milik Allah. Apalagi kalau milik Allah tersebut kita gunakan untuk hal-hal yang tidak baik seperti menghina orang lain sehingga timbul perselisihan, perkelahian sehingga membuat orang tidak senang. Oleh karena itu, kita harus pasrah dan terbuka. Yakinkan bahwa diri kita tidak punya apa-apa. Tidak pernah mengadakan apa-apa. Tidak pernah membantu apa-apa. Tidak pernah menambah apa-apa. Kita tidak kaya, buka miskin. Tidak pintar bukan bodoh. Semua pemberian Allah. Kita tidak punya dan tidak memiliki sesuatu. Coba bayangkan, kalau dalam hati kita ada sedikit saja rasa memiliki, apalagi sampai tidak terasa terucapkan, itu sama saja artinya dengan mengambil hak Allah.

Kita harus terus berpegang teguh kepada Allah yang Maha Kuasa. Agar mendapat perlindungan sepenuhnya dari-Nya. Penuh pertolongan Allah, penuh dengan petunjuk Allah, penuh dengan hidayah Allah, penuh dengan kasih Allah. Tapi sebaliknya, apabila AKU yang merasa, aku yang punya, itu artinya mengambil wewenang Allah. Akibatnya kita akan dipenuhi kebingungan, kesusahan. Meskipun kaya, pintar tapi hatinya penuh dengan kebingungan. Sebagai sorang mu'min, selamanya harus merasa gembira. Kenapa tidak? Seumur hidup merasa dipelihara oleh Allah. Jika tidak memiliki perasaan tersebut maka perasaan kita akan bingung dan susah selamanya. Semoga Allah mengampuni kita semua.

Bagi kita yang sedang belajar tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya, mari intropeksi diri. Tingkatkan amal ibadah kita sehingga kita menjadi hamba-Nya. Koreksi diri, sehingga bisa memisahkan yang baik dan yang buruk. Tumbuhkan rasa saling menghormati, menyayangi, tolong menolong supaya kita berada dalam ridhonya. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menggunakan dzikir sebagai alatnya. Fainna dzikro saeful mu'miniin. Sesungguhnya dzikir itu pedangnya orang-orang yang beriman. Dzikir itu untuk membasmi, menyingkirkan segala godaan syetan, bujukan nafsu yang datangnya dari luar dan dalam. Setelah kita memiliki senjatanya, tinggal digunakan dengan sebaik-baiknya. insya Allah terbuka pintu kebahagiaan dunia dan akhirat. amin ya robbal 'alamiin.