Senin, 24 Oktober 2011

Menghadirkan Alloh dalam Hati



Menghadirkan Alloh dalam Hati

Sumber:http://wwwahamid.blogspot.com/2011/09/menghadirkan-alloh-dalam-hati.html

============================
Langit tak dapat menampung-Ku,
bumipun tidak dapat memuat-Ku,
begitupula ruang di antara keduanya.
Hanya hati orang berimanlah
yang dapat meliputi-Ku.
(Hadis Qudsi)


Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumiddin, menuturkan bahwa suatu hari Imam 'Ali Zain al-'Abidin berwudu hendak salat. Tubuhnya bergetar. Orang-orang bertanya, “Apa yang menimpa Anda?" Imam menjawab, "Engkau tidak tahu di hadapan siapa sebentar lagi aku akan berdiri." Hatinya dipenuhi rasa takut yang luar biasa karena ia akan mene-mui Allah Swt. di dalam salatnya. Wajahnya menjadi pucat pasi dan hatinya berguncang keras.

Dalam kitab Futuhat Makkiyyah, karya Ibn 'Arabi, juga diceritakan pelbagai kisah tentang orang yang khusyuk. Salah satunya adalah kisah tentang seorang pemuda belia yang mempelajari tasawuf pada gurunya.




“Pada suatu pagi, pemuda itu menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi la berkata, "Semalam aku khatamkan Alquran dalam salat malamku." Gurunya berkomentar, "Bagus. Kalau begitu, aku sarankan nanti malam bacalah Alquran dan hadirkan seakan-akan aku berada di hadapanmu dan mendengarkan bacaanmu." Esok harinya, pemuda itu mengeluh, "Ya Ustad, tadi malam aku tidak sanggup menyelesaikan Alquran lebih dari setengahnya." Gurunya menjawab, "Kalau begi¬tu, nanti malam bacalah Alquran dan hadirkan di hadapan¬mu para sahabat Nabi yang mendengarkan Alquran itu langsung dari Rasulullah saw." Keesokan harinya, pemuda itu berkata, "Ya Ustad, semalam aku tak sanggup menye¬lesaikan lebih dari sepertiga Alquran."

"Nanti malam," kata gurunya, "bacalah Alquran dengan menghadirkan Rasu¬lullah saw. di hadapanmu, yang kepadanya Alquran itu diturunkan." Esok paginya pemuda itu bercerita, "Tadi malam aku hanya bisa menyelesaikan satu juz saja. Itu pun dengan susah payah." Sang guru kembali berkata, "Nanti malam, bacalah Alquran itu dengan menghadirkan Jibril a.s., yang diutus Tuhan untuk menyampaikan Al¬quran kepada Rasulullah saw."

Esoknya pemuda itu ber¬cerita bahwa ia tidak sanggup menyelesaikan satu juz pun dari Alquran. Gurunya lalu berkata, "Nanti kalau membaca Alquran, hadirkan Allah Swt. di hadapanmu. Karena se-betulnya yang mendengar bacaan Alquran itu adalah Allah Swt. Dialah yang menurunkan bacaan kepadamu."

Esok harinya, pemuda itu jatuh sakit. Ketika gurunya bertanya, "Apa yang terjadi?" Anak muda itu menjawab, "Aku tidak bisa menyelesaikan bahkan al-Fatihah sekalipun. Ketika hendak kuucapkan iyydka na'budu, wa iyydka nasta'in, lidahku kelu. Bibirku tak sanggup melafalkannya, karena aku tahu hatiku tengah berdusta. Dalam mulut, kuucap¬kan, Tuhan, kepada-Mu aku beribadah,' tapi dalam hatiku aku tahu aku sering memperhatikan selain Dia. Ucapan itu tidak mau keluar dari lidahku. Sampai terbit fajar, aku tak bisa menyelesaikan iyydka na'budu wa iyydka nasta¬'in" Tiga hari kemudian, anak muda itu meninggal dunia.

Sebetulnya yang diceritakan oleh guru tadi kepada muridnya adalah cara memperoleh hati yang khusyuk. Hati yang khusyuk adalah hati yang sanggup menghadirkan Allah SWT dihadapan kita. Hal itu membutuhkan olah rohani (ryadhoh) terlebih dahulu. Maka , dapat dipahami mengapa didalam tarekat, seseorang harus menghadirkan guru didalam doa-doa kita.
Hal itu sebenarnya sebuah latihan dan jalan karena sangatlah sulit bagi kita untuk menghadirkan Allah SWT.

Komentar NON-MUSLIM TENTANG NABI SAW


Komentar NON-MUSLIM TENTANG NABI MUHAMMAD S.A.W.
APA KATA NON-MUSLIM TENTANG NABI MUHAMMAD S.A.W.

=================================

Sumber: http://wwwahamid.blogspot.com/2011/03/komentar-non-muslim-tentang-nabi.html

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi…
(QS 33 al-Ahzab:40)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi…
(QS 33 al-Ahzab:40)

Ya Allah, curahkan
Ya Allah, curahkan shalawat atas junjungan kami Muhammad dan keluaganya.

Berikut ini adalah kumpulan cuplikan pendek dari berbagai tokoh terkemuka non-Muslim dari kalangan sarjana, penulis, filosof, penyair, politisi, dan aktifis di dunia Timur dan Barat. Perlu diketahui bahwa, tak seorang pun di antara mereka yang kemudian menjadi Muslim. Karena itu, kalimat-kalimat yang dicuplik di bawah ini merefleksikan pandangan pribadi mereka atas berbagai aspek kehidupan Nabi Muhammad s.a.w.

Michael H. Hart (1932- )William Montgomery Watt (1909-
Profesor astronomi, fisika dan sejarah sains
“Pilihan saya menempatkan Muhammad di urutan teratas dalam daftar orang-orang yang paling berpengaruh di dunia boleh jadi mengejutkan para pembaca dan dipertanyakan oleh banyak orang, tetapi dia (Muhammad) adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang sangat berhasil dalam dua tataran sekaligus, agama (ukhrawi) dan sekular (duniawi).”
[The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History, New York, 1978, h. 33])

Profesor (Emeritus) Studi Bahasa Arab dan IslaProfesorm di University of Edinburgh
“Kerelaannya dalam mengalami penganiayaan demi keyakinannya, ketinggian akhlak orang-orang yang mempercayainya dan menghormatinya sebagai pemimpin, dan kegemilangan prestasi puncaknya —semua itu membuktikan ketulusan hatinya yang sempurna. Tetapi kenyataannya, tak seorang tokoh besar pun dalam sejarah yang sangat kurang dihargai di dunia Barat seperti Muhammad. Menganggap Muhammad sebagai seorang penipu akan menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang memecahkannya.”
[Mohammad At Mecca, Oxford, 1953, h. 52]

Alphonse de Lamartine (1790-1869)
Penyair dan negarawan Prancis
“Filosof, orator, utusan Tuhan, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk pikiran, pembaru dogma-dogma rasional dan penyembahan kepada Tuhan yang tak terperikan; pendiri dua puluh kerajaan bumi dan satu kerajaan langit, dialah Muhammad. Berkaitan dengan semua norma yang menjadi tolak ukur kemuliaan manusia, kita boleh bertanya, adakah manusia yang lebih besar daripada dia?”
[Histoire De La Turquie, Paris, 1854, vol. II, h. 276-277]

Reverend Bosworth Smith (1794-1884)
Mantan pengawas Trinity College, Oxford
“… Dia Caesar sekaligus Paus; tetapi dia adalah Paus tanpa pangkat Paus dan Caesar tanpa pasukan Caesar. Tanpa tentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa pendapatan tetap, jika pernah ada manusia yang memiliki hak untuk mengatakan bahwa dia diperintah oleh Tuhan Yang Maha Benar, dialah Muhammad; karena dia memiliki semua kekuasaan tanpa peralatan dan pendukung untuk itu.”
[Mohammed and Mohammedanism, London, 1874, p. 235]

Mohandas Karamchand Gandhi (1869-1948)
Pemikir, negarawan, dan pemimpin nasionalis India
“…. Saya semakin yakin bahwa bukanlah pedang yang menaklukkan sebuah daerah bagi Islam untuk hidup pada zaman itu. Kesederhanaan yang teguh, nabi yang sama sekali tidak menonjolkan-diri, kesetiaannya yang luar biasa kepada janjinya, kasih sayangnya yang amat besar kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya, kepercayaannya yang mutlak kepada Tuhan dan kepada misinya; inilah, dan bukan pedang, yang mengantarkan segala sesuatu di hadapan mereka dan mengatasi setiap masalah.”
[Young India (majalah), 1928, Volume X]

Edward Gibbon (1737-1794)
Dianggap sejarawan Inggris terbesar di zamannya
“Kesuksesan kehidupan Muhammad yang luar biasa disebabkan semata-mata oleh kekuatan akhlak tanpa pukulan pedang.”
[History Of The Saracen Empire, London, 1870]

John William Draper (1811-1882)
Ilmuwan, filosof, dan sejarawan Amerika
“Empat tahun setelah runtuhnya kekaisaran Roma Timur (Kaisar Justin), pada 569 Masehi, di kota Makkah, di jazirah Arab, lahirlah manusia yang di antara seluruh manusia telah memberikan pengaruh amat besar bagi umat manusia… Muhammad.”
[A History of the Intellectual Development of Europe, London, 1875, vol.1, h. 329-330]

David George Hogarth (1862-1927)
Ahli arkeologi Inggris, penulis, dan pengurus Museum Ashmolean, Oxford
“Tindak-tanduk kesehariannya, yang serius ataupun yang sepele, menjadi hukum yang ditaati dan ditiru secara sadar oleh jutaan orang masa kini. Tak seorang pun diperhatikan oleh golongan umat manusia mana pun seperti Manusia Sempurna ini yang diteladani secara saksama. Tingkah laku pendiri agama Kristen tidak begitu mempengaruhi kehidupan para pengikut-Nya. Selain itu, tak ada Pendiri suatu agama yang dikucilkan tetapi memperoleh kedudukan mulia seperti Rasul Islam.
[Arabia, Oxford, 1922, h. 52]

Washington Irving (1783-1859)
Terkenal sebagai “sastrawan Amerika pertama”
“Dia makan secara sederhana dan bebas dari minuman keras, serta sangat gemar berpuasa. Dia tidak menuruti nafsu bermewah-mewah dalam berpakaian, tidak pula ia menuruti pikiran yang sempit; kesederhaannya dalam berpakaian dilatarbelakangi oleh sikapnya yang tidak mempedulikan perbedaan dalam hal-hal yang sepele…. Dalam urusan pribadinya dia bersikap adil. Dia memperlakukan kawan dan orang asing, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah, dengan cara yang adil. Dia dicintai oleh rakyat jelata karena dia menerima mereka dengan kebaikan hati dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka…. Keberhasilan militernya bukanlah kemenangan yang sia-sia dan sekali-kali tidak membuatnya merasa bangga, karena tujuan semuanya itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Ketika dia memiliki kekuasaan yang amat besar, ia tetap sederhana dalam sikap dan penampilannya, sama seperti ketika dia dalam keadaan sengsara. Sangat berbeda dengan seorang raja, dia tidak suka jika, ketika memasuki ruangan, orang menunjukkan penghormatan yang berlebihan kepadanya.”
[Life of Mahomet, London, 1889, h. 192-3, 199]

Annie Besant (1847-1933)
Teosof Inggris dan pemimpin nasionalis India, Presiden Kongres Nasional India pada 1917
“Siapa pun yang mempelajari kehidupan dan sifat Nabi besar dari jazirah Arabia ini, siapa pun yang mengetahui bagaimana ia mengajar dan bagaimana ia hidup, pasti memberikan rasa hormat kepada Nabi agung itu, salah seorang utusan Tuhan yang luar biasa. Dan meskipun dalam uraian saya kepada Anda akan tersebut banyak hal yang barangkali sudah biasa bagi kebanyakan orang, akan tetapi setiap kali saya membaca-ulang tentang dia, saya sendiri merasakan lagi kekaguman yang baru, menimbulkan lagi rasa hormat yang baru kepada guru bangsa Arab yang agung itu.”
[The Life and Teachings of Muhammad, Madras, 1932, h. 4]

Edward Gibbon (1737-1794)
Dianggap sejarawan besar Inggris di zamannya
“Memorinya (yakni, Muhammad) sangat besar dan kuat, sikapnya sederhana dan ramah, imajinasinya agung, keputusannya jelas, cepat, dan tegas. Dia memiliki keberanian berpikir maupun bertindak.”
[History of the Decline and Fall of the Roman Empire, London, 1838, vol.5, h.335]
==================================================
sumber :http://www.haddad-alwi.com/2008/04/14/apa-kata-non-muslim-tentang-muhammad-saw/

Selasa, 18 Oktober 2011

KISAH AL HABIB UMAR BIN HAFIZ


HABIB 'UMAR BIN HAFIDZ MAKAN MAKANAN SISA SANTRI-SANTRINYA MASYA ALLAH SUNGGUH MULIA HATINYA

by Majelis Rasulullah on 03:13 PM, 11-Sep-11



Cerita ini berasal dari anak pondok, Suatu ketika saat habib munzir sedang mondok di yaman, kebetulan saat itu dlm kondisi perang, shg sglanya serba sulit, disaat stok makanan sudah menipis karena saat itu pengiriman makanan dari luar yaman di blokir oleh pihak penjajah, makanan hanya cukup untuk keluarga habib umar. tapi ketika habib munzir slsai mkn memergoki anak habib umar sedang mengambil sisa2 makanan dri habib munzir dan santri2 yg lain, tanya habib munzir kpd anak trsbt sedang apa? Kata anak itu, saya mengambil sisa2 makanan yg tersisa buat abah (habib umar) belum makan, Masya Allah sungguh ahlaknya begitu mulia walaupun habib umar dan keluarganya tidak makan asal santri2nya tidak kelaparan. adakah diantara kita yg sanggup mencontoh ahlaknya habib umar bin hafid yg rela mementingkan orang lain daripada diri sendiri meskipun dalam kondisi yg sangat sulit.

KOMENTAR BLOGGER:

- Subhanallah: Ya Allah jadikan kami mengikuti kesederhanaan ulama dan para dzuriat Rasul SAW di setiap masa keturunan kami dan berkat kedudukan Nabi Muhammad dan kharomah Para Walimu dan Keberkahan kaum Muslimin.. aku memohon Rahmatmu Ya Allah...
Jadikan diriku, keluargaku, Bangsaku, Penerusku menjadi insan yang gemar berbuat kebaikan dan dijauhkan segala fitnah dunia dan akhirat dan selalulah beri keselamatan pada kami Ya Allah..amien. Washalallah Alla Sayidina muhammadin wa'alla allihi washohbihi wassallam Birohmatika Ya Arhamaa Rohimin.

ANAK YATIM



SUMBER: http://majelisratibmuhyinnufuussyamsisyumus.blogspot.com/

Daripada Abu Ummah diceritakan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Barang siapa yang membelai kepala anak yatim kerana Allah SWT, maka baginya kebaikan yang banyak daripada setiap rambut yang diusap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan dan lelaki, maka aku dan dia akan berada di syurga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan merenggangkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.” (Hadis riwayat Ahmad)


Mengulas hadis riwayat Ahmad itu, Al-Hafizah Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Cukuplah sebagai bukti yang menetapkan dekatnya kedudukan Nabi dengan kedudukan orang yang mengasuh anak yatim, kenyataan bahawa antara jari tengah dan jari telunjuk tidak ada jari yang lain.”

M Khalilurrahman Al-Mahfani dalam sebuah bukunya mencatatkan mengenai anak yatim: “Anak yatim adalah satu daripada komponen kehidupan yang harus kita rahmati. Dengan kata lain, kita harus menjadi rahmat bagi mereka, bukan menjadi musibah.”

Daripada Ibnu Abbas meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang memelihara anak yatim dalam kalangan umat Muslimin, memberinya makan dan minum, pasti Allah SWT akan masukkan ke dalam syurga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak boleh diampun.” (Hadis riwayat Tirmidzi)

Jelaslah bahawa pahalanya sangat besar bagi sesiapa yang berbuat baik atau memelihara anak yatim.

Daripada Abu Hurairah, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Sebaik-baik rumah di antara orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan sebaik-baiknya dan seburuk-buruk rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim, namun diperlakukan dengan buruk.” (Hadis riwayat Ibnu Majah)

Rahmat bagi mereka dizahirkan dalam bentuk kepedulian yang nyata, antara lain mengasuh mereka dalam keluarga kita, membantu ekonomi dan pendidikan, menjadi orang tua asuh, serta aktif mengelola rumah asuhan.

Allah SWT juga berjanji akan memberi pahala dan ganjaran yang setimpal kepada kaum Muslimin yang membantu meringankan beban anak yatim dengan memberi sumbangan wang ringgit (derma atau sedekah). Banyak atau sedikit sumbangan yang diberikan itu bukan ukurannya, tetapi keikhlasan yang penting. Allah melihat apa yang ada dalam hati.

Daripada Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Tidak ada suatu pagi yang dilalui oleh seorang hamba kecuali dua malaikat turun. Satu daripadanya berkata: Ya Allah, berilah ganti orang yang berinfak (dermawan). Malaikat yang satu lagi berkata: Ya Allah, berilah kehancuran bagi orang yang PELIT.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Diposkan oleh Majelis Ratib Muhyin Nufuus Syamsi Syumus di 18:14 0 komentar

Label: ANAK YATIM

Rabu, 12 Oktober 2011

Membeli Waktu Papa



Sumber rujukan: http://sadeng-online.blogspot.com/2010/05/membeli-waktu-papa.html

Arman adalah seorang karyawan perusaahan yang cukup terkenal di Jakarta, memiliki dua putra. Putra pertama baru berusia 6 tahun bernama Mahdi dan putra kedua berusia 2 tahun bernama Dika. Seperti biasa pukul 21.00 Arman sampai di rumahnya di salah satu sudut Jakarta, setelah seharian penuh bekeja di kantornya. Dalam keremangan lampu halaman rumahnya dia melihat Mahdi putra pertamanya ditemani Bik Yati pembantunya menyambut di gerbang rumah.

"Kok belum tidur Mahdi?" sapa Arman sambil mencium anaknya. Biasanya Mahdi sudah tidur ketika Arman pulang dari kantor dan baru bangun menjelang Arman berangkat ke kantor keesokan harinya.

"Mahdi menunggu Papa pulang, Mahdi mau tanya, gaji Papa itu berapa sih Pa?" kata Mahdi sambil membuntuti papanya.

"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"
"Mahdi cuma pingin tahu aja kok Pa?
"Baiklah coba Mahdi hitung sendiri ya. Kerja papa sehari digaji Rp 600.000, nah… selama sebulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Coba hitung berapa gaji papa sebulan?"

"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Mahdi lebih lanjut.
"Sehari papa kerja 10 jam Mahdi, nah hitung sana, Papa mau melepas sepatu dulu."

Mahdi berlari ke meja belajarnya dan sibuk mencoret-coret dalam kertasnya menghitung gaji papanya. Sementara Arman melepas sepatu dan meminum teh hangat buatan istri tercintanya.

"Kalau begitu, satu bulan Papa digaji Rp 15.000.000 ya Pa? Dan satu jam papa digaji Rp 60.000" Kata Mahdi setelah mencorat-coret sebentar dalam kertasnya sambil membuntuti Arman yang beranjak menuju kamarnya.

"Nah, pinter kamu Mahdi. Sekarang Mahdi cuci kaki lalu bobok" perintah Arman. Namun Mahdi masih saja membuntuti Arman sambil terus memandang papanya yang berganti pakaian.

"Pa, boleh tidak Mahdi pinjam uang Papa Rp 5.000 saja?" tanya Mahdi dengan hati-hati sambil menundukkan kepalanya.

"Sudahlah Mahdi, nggak usah macam-macam, untuk apa minta uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok saja. Papa ‘kan capek mau mandi dulu. Sekarang Mahdi tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"

"Tapi Pa..."
"Mahdi….!! Papa bilang tidur!" bentak Arman mengejutkan Mahdi.

Segera Mahdi beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi Arman menengok kamar anaknya dan menjumpai Mahdi belum tidur. Mahdi sedang terisak pelan sambil memegangi sejumlah uang. Arman nampak menyesal dengan bentakannya.

Dipegangnya kepala Mahdi pelan dan berkata:

"Maafkan Papa ya Nak. Papa sayang sekali pada Mahdi” ditatapnya Mahdi anaknya dengan penuh kasih sambil ikut berbaring di sampingnya.

"Nah katakan pada Papa, untuk apa sih perlu uang malam-malam begini. Besok ‘kan bisa? Jangankan Rp 5.000, lebih banyak dari itu pun akan Papa kasih."

"Mahdi nggak minta uang Papa kok, Mahdi cuma mau pinjam. Nanti akan Mahdi kembalikan, kalau Mahdi udah menabung lagi dari uang jajan Mahdi."

"Iya, tapi untuk apa Mahdi?" tanya Arman dengan lembut.

"Mahdi udah menunggu Papa dari sore tadi, Mahdi nggak mau tidur sebelum ketemu Papa. Mahdi pengen ngajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Mahdi ingin membeli waktu Papa."

"Lalu?" tanya Arman penuh perhatian dan kelihatan belum mengerti.

"Tadi Mahdi membuka tabungan, ada Rp 25.000. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 60.000, maka untuk setengah jam berarti Rp 30.000. Uang tabungan Mahdi kurang Rp. 5.000. Maka Mahdi ingin pinjam pada Papa. Mahdi ingin membeli waktu Papa setengah jam saja, untuk menemani Mahdi main ular tangga. Mahdi rindu pada Papa." Kata Mahdi polos dengan masih menyisakan isakannya yang tertahan.

"Arman terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah kecil itu dipeluknya erat-erat, bocah kecil yang menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan kepedulian.

Sudahkah kita menjadi ayah yang baik bagi anak kita sendiri??
Kami juga berkaca dari cerita tersebut semoga Tuhan memberi kita Petunjuk...

Jumat, 30 September 2011

Dunia yang Nisbi – Kalam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir


Kalam Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir

sumber:http://alkisah.web.id/2011/04/dunia-yang-nisbi-kalam-al-habib-abdullah-bin-husain-bin-thahir.html
“Perasaan senang, bahagia, tenteram, puas dan lapang dada ternyata tak timbul sebab keserasian suatu raihan manusia dengan keinginannya. Begitu sebaliknya, rasa sedih, masygul dan gundah gulana tak lahir karena kontradiksi harapan dengan kenyataan. Segala rasa itu adalah kesan maknawi yang dialirkan Sang Ilah ke hati hamba yang Ia kehendaki.”

“Tak jarang, seseorang yang hidup dalam kemiskinan, cacat fisik dan kepelikan lain yang menyusahkan, nyatanya bisa menghirup perasaan legawa, sejahtera, serta bahagia. Rasa hati yang positif itu bisa menjalar ke kawan-kawan dekatnya, bahkan kepada orang yang memandang wajahnya atau menyebut dirinya.”

“Banyak pula orang yang hidup dalam kemewahan materi, keperkasaan raga, jaminan masa depan, dan kenyamanan, tapi, dengan segenap fasilitas itu, ia tak merasakan damai. Hatinya sempit, keruh, susah, sumpek dan penuh gelisah. Siapa saja yang membicarakan orang semacam ini bakal merasakan suntuk, apalagi memandangnya atau berkumpul bersamanya.”

Begitulah Habib Abdullah bin Husein bin Thahir membaca gelagat manusia dalam kehidupannya. Sungguh tepat kiranya. Manusia memang sering teperdaya. Mereka senantiasa menyangka bahwa kebahagiaan hanya bisa direngkuh dengan kebendaan. Kekayaan pun mereka kejar-kejar setengah mati. Dan begitu mereka dapat, ternyata semua itu hampa, kosong, tak ada apa-apanya.

DAJJAL

“Dunia ini tak ada bedanya dengan Dajjal. Sebuah hadis Nabi SAW mengenalkan sosok Dajjal kepada kita: Ia (Dajjal) datang dengan membawa surga dan nerakanya sendiri. Surga versi Dajjal yang disaksikan orang-orang, hakikatnya adalah neraka yang membakar. Sedang neraka milik Dajjal yang terlihat oleh mata, ternyata, itulah embun surga yang menyegarkan.”

“Dunia pun segendang sepenarian. Ia mengusung surga dan neraka. Surga yang dihidangkan oleh dunia ternyata menyimpan azab, azab di dunia dan azab di akhirat. Sementara itu, neraka dunia yang dirasakan oleh manusia ternyata memendam sejuta nikmat, nikmat dunia dan nikmat akhirat.”

“Manakala kita menyaksikan seseorang dikaruniai anak yang banyak, limpahan emas dan perak, pakaian-pakaian megah, rumah dan kendaraan mewah, makan dan minuman lezat, istri nan jelita, kebun-kebun serta tanah-tanah yang lapang, jabatan tinggi, banyak pengikut, dan popularitas, kita pasti membayangkan bahwa ia telah berada di puncak kenikmatan dan kepuasan. Akan tetapi, bila kita mau merenungkan lebih jauh, kita tersadar: sejatinya ia berada di pusaran keletihan dan kepayahan; ia terkurung di dalam arus kesumpekan dan jurang fitnah serta marabahaya. Betapa tidak. Kalau kita kaji lagi, segenap kesusahan, keresahan dan laku dosa ternyata berpangkal dari kenikmatan-kenikmatan tersebut. Surga yang semu itu pun menjelma neraka.”

“Coba kita amati orang yang hidupnya pas-pasan dan merasa cukup dengan semua itu, yang jalan hidupnya zuhud, anaknya sedikit, pakaian dan rumah tinggalnya sederhana, tak bermodal, bukan tuan tanah, khumul dan tak dihiraukan orang banyak, serta menyepi dari keramaian, niscaya akan terbit rasa iba di hati kita akan keadaannya. Kita bakal menyangka bahwa orang seperti ini senantiasa digelayuti kesedihan. Kita takkan pernah tahu bahwa hati orang macam inilah yang sebenarnya jauh lebih bahagia dan damai dari orang model pertama tadi.”

“Itu masih di dalam tataran dunia. Di akhirat kelak, sang manusia tak berpunya akan beroleh harapan selamat dan sukses lebih besar dari si kaya raya. Dari sini kita bisa menyerap kearifan: neraka dunia sebenarnya adalah surga. Memang, tak ada kata rehat atau enak dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi bila kita membaca ihwal kedua macam orang di atas, kita bisa menyaksikan perbedaan yang sangat nyata.”

Itulah kenisbian dunia yang dikuak oleh Habib Abdullah. Semoga mata kita terbuka hingga bisa lebih bijak lagi dalam menyikapi hidup. Bila dikaruniai rizki lebih, mungkin kita bisa berbagi, dan bila diberi cobaan kesulitan hidup, kita mampu bersikap kuat dan bersabar. Simaklah doa beliau berikut ini,

“Ya Allah, tuntunlah kami menuju akhlak terindah, sungguh, tak ada yang kuasa mengantar kami ke sana selain diri-Mu. Palingkan jiwa kami dari akhlak-akhlak tak elok, sebab, nyatanya tak ada yang berdaya mengelakkan kami dari semua itu kecuali Engkau.”
www.forsansalaf.com

Kamis, 29 September 2011

Rahasia Sholat Dhuha



diambil dari:http://alkisah.web.id/2010/03/rahasia-sholat-dhuha.html

Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]

Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]

Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

Anjuran Shalat Dhuha

Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]

Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.

Waktu Afdol untuk Shalat Dhuha

Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim]

Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.

Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 08:00 AM ~ 11:00 PM

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

>> 4 RAKAAT
Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah]

>> 12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]

>> 8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”
[HR. Muslim]

Tata Cara Shalat Dhuha

1. Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.

2. Membaca surah Al-Fatihah

3. Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.

4. Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.

5. Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.

6. Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.

catatan :
>> Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam.

>> Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan.

>> Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan.

>> Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Selasa, 13 September 2011

BAHAGIA: KAPAN?


DISADUR DARI : bUKU HABIB HUSEIN ANIS HABSY
JUDUL : BAHAGIA DUNIA AKHIRAT

Kapan sebaiknya merasa bahagia?

Mungkin Anda menjawab setelah kuliah. Ketahuilah setelah kuliah, Anda harus melamar pekerjaan, setelah itu akan mendambakan pekerjaan yang menyenangkan dan gaji yang cukup, kemudian anda harus memikirkan pernikahan, lalu Anda berusaha memiliki rumah sendiri.

Apakah anda setelah memiliki rumah itu bahagia? sama sekali tidak!
Setelah Anda mempunyai rumah, Anda akan mendambakan anak, kemudian repot memikirkan pendidikan anak, lalu perhatian anda tertuju pada kesejahteraan anak.
Urusan anak ini menyita perhatian Anda sehingga suatu saat Anda berfikir bahwa apabila anak-anak semua bisa hidup mandiri, tinggal dirumah sendiri, mengurus urusan sendiri maka Anda akan merasa bahagia. Benarkah demikian? pada saat anak2 telah pindah rumah dan membina rumah tangga mereka sendiri, Anda telah berusia lanjut, dan Anda mulai mengkawatirkan kesehatan Anda sendiri, jadi kapan sebaiknya kita berbahagia? Jawabnya adalah: S E K A R A N G !

JANGAN SIBUKKAN PIKIRAN ANDA dengan hal-hal yang kurang menyenangkan atau pada orang-orang yang kurang Anda Sukai, sibukkan pikiran Anda dengan yang sebaliknya,sebab susah dan senang sering kali hanya ulah pikiran Anda.

Jangan sudi dipermainkan oleh pikiran Anda sendiri. Syukurilah semua yang anda miliki, jangan fokuskan perhatian pada apa2 yang belum anda punyai, karena ini akan menyebabkan Anda berkeluh kesah dan Keluhan Anda akan mendatangkan lebih banyak hal yang tidak menyenangkan.

H A W A N A F S U


Disadur dari buku: Bahagia DUNIA AKHIRAT - Oleh: Habib Husein Anis Habsy

H a w a N a f s u

Seorang penulis tak dikenal (Un Known Author) menggambarkan hawa nafsu (desire) secara menarik dalam cerita berikut:

Seorang raja keluar dari istananya untuk berjalan2 pagi. Ia bertemu dengan pengemis tua. Raja bertanya, "Apa yang kau inginkan?"

Sang Pengemis tertawa lalu berkata, " Kau bertanya seakan2 kau bisa memenuhi keinginanku!"

Tentu saja, Aku bisa memenuhi keinginanmu" kata raja tersinggung, "Apa keinginanmu, sebutkan saja!"

" Berpikirlah dua kali sebelum kau menjanjikan sesuatu," kata si pengemis
Pengemis itu bukan pengemis biasa. DUlu ia adalah guru sang raja, tapi ia lupa.

" Aku akan memenuhi semua keinginanmu,Aku adalah raja adi kuasa, mustahil aku tidak mampu memenuhi keinginanmu,:raja bersikeras.

Si pengemis akhirnya berkata,' Keinginanku sederhana saja.Penuhilah mangkok yng ku gunakan ini,"
"Tentu,"kata raja. Ia memanggil salah seorang wazirnya lalu memerintahkan," Penuhilah mangkok ini dengan uang."

Wazir pergi mengambil uang dan menuangkan kedalam mangkok.Tapi uang itu lenyap dalam mangkok, lagi-lagi uang itu lenyap. Dan begitu seterusnya. Berita mulai tersebar dan orang-orang mulai berdatangan. Harga diri raja dipertaruhkan depan khalayak ramai.

Raja berkata kepada wazirnya," kalau kekayaan kerajaan ini harus terkuras habis, aku rela, tapi aku tidak boleh kalah dengan pengemis ini."

Intan berlian, mutiara, zamrud dan kekayaan lainnya mulai masuk kedalam mangkuk. Semua yang masuk ke dalamnya lenyap begitu saja.

Akhirnya masuk waktu maghrib, orang-orang yang berkerumunan terpaku membisu. " Aku mengaku kalah," kata sang raja. "Namun sebelum kau pergi, obatilah penasaranku ini, Sesungguhnya mangkuk ini terbuat dari apa?"

Si pengemis tertawa dan berkata "Tak ada yang perlu dirahasiakan, mangkok ini terbuat dari hawa nafsu manusia'

Ketika menginginkan komputer, mobil, atau rumah kita mengalami suasana yang penuh penantian. Kita merasa tegang; waktu berjalan sangat lambat. Setelah penantian yang panjang akhirnya sampailah baRang itu ketangan kita, dan kita merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Saat itu kita adalah orang yang paling bahagia di dunia. Namun dengan berjalannya waktu tiba-tiba rasa bahagia dan asyik itu lenyap begitu saja. Dan kemudian timbul keinginan baru. Setiap kali kita berhasil memenuhi suatu keinginan muncullah keinginan baru. Apakah kita rela dipermainkan oleh keinginan kita sampai ajal datang menjemput?

Katakan pada hawa nafsu S T O P !!! lalu kita menikmati dan mensyukuri apa2 yang kita miliki. Sebab barang2 lama kita ternyata masih mengasyikkan dan bisa memenuhi keperluan kita, dan sebagian barang itu kita peroleh dengan susah payah dan juga tidak semua orang mampu memilikinya.

Selasa, 18 Januari 2011

KEUTAMAAN AL-MA’TSURAT


Sunday, July 17, 2005
KEUTAMAAN AL-MA’TSURAT

Diunngah dari:http://pedulidpk2.blogspot.com/2005/07/keutamaan-al-matsurat.html

Al-Ma’tsurat adalah kumpulan wirid yang disusun oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna. Di dalamnya terdiri dari ayat-ayat pilihan dan lafal-lafal dari hadits Rasulullah saw. yang biasa beliau amalkan dalam wiridnya. Dinamakan Al-Ma’tsurat, karena memang semua yang ada dalam kumpulan wirid ini dituntunkan (ada riwayatnya) oleh Rasulullah saw. Kata ‘Ma’tsur’ sendiri artinya yang dituntunkan (ada riwayatnya) oleh Rasulullah saw.
Membaca wirid merupakan salah satu sarana dzikir (mengingat Allah) di samping sarana-sarana yang lain. Setiap mukmin harus senantiasa mengingat Allah dalam setiap kesempatan. Yang demikian ini akan menguatkan hatinya dan menjaga kestabilan jiwanya. Dzikir kepada Allah setiap saat juga merupakan karakteristik para ulul albab (orang-orang yang berakal). Allah berfirman,
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring ........ “ (Ali Imran : 191)
Jamaah Ikhwanul Muslimin yang dirintis oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna ingin membina setiap mukmin menjadi sosok manusia seutuhnya. Disamping tarbiyah ruhiyah. Setiap anggota Ikhwanul dituntut untuk senantiasa ber-ittiba’ kepada sunnah Nabi saw. Diantaranya dengan mengamalkan wirid-wirid beliau setiap harinya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab : 21)
wirid Al-Ma’tsurat bisa kita amalkan setiap hari pada pagi dan petang hari. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan nama) Allah dengan berdzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab : 41-42)
Cukuplah kiranya hadits berikut untuk menjelaskan keutamaan dzikir dan para pelakunya.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Aku itu ada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah jamaah, Aku akan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik dari mereka.” (Muttafaq ‘alaih)


1.
Allah swt. berfirman :

“Maka jika kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.”


Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Anas ra. dari nabi saw. bahwa beliau bersabda.

“Barangsiapa di waktu pagi mengucapkan a’udzu billahis sami’il alim ....., dia akan dibebaskan dari gangguan syetan hingga sore hari.”

2.
Hadits Ubay bin Ka’ab ra. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah diturunkan dalam Taurat, Zabur, Injil, atau Furqon yang sebanding dengan Al-Fatihah. Sesungguhnya ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Qur’an yang agung yang dianugerahkan kepada ku.” (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan, ‘Hadits ini hasan shahih.’)


Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi saw., bahwa beliau saw. bersabda,

“Setiap pekerjaan yang bermanfaat yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrohmanir-rohim’, maka perkara itu terputus.” Artinya, amal itu sedikit nilai berkahnya.

3.
Diriwayatkan oleh Ad-Darami dan Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dari ibnu Mas’ud ra. bahwa dia berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari surat Al-Baqoroh di permulaan siang, maka ia tidak akan didekati oleh syetan hingga sore. Dan jika membacanya sore hari, maka ia tidak akan didekati oleh syetan sampai pagi hari dan ia tidak akan melihat sesuatu yang dibenci pada keluarga dan hartanya.”


Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Hakim dalam Shahih-nya, dari Ibnu Mas’ud ra. Nabi saw. bersabda,

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat; empat ayat dari awal surat Al-Baqoroh, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, serta ayat-ayat terakhir dari Al-Baqoroh tersebut, maka rumahnya tidak akan dimasuki oleh syetan sampai pagi.”

4.
Dari Abdullah bin Hubaib ra., ia berkata, “(Suatu ketika) kami keluar pada malam yang gelap gulita dan sedang hujan. Kami meminta kepada Rasululloh saw. agar berkenan mendo’a-kan kami. Maka kami pun menjumpai beliau, lalu beliau bersabda, ‘katakanlah !’ Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian beliau bersabda, ‘katakanlah !’ Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian saya bertanya, ‘apa yang harus saya kataka, wahai Rasululloh ?’ Beliau bersabda, ‘Qulhuwallohu ahad dan dua surat perlindungan (Al-Falaq dan An-Naas) tatkala sore dan pagi hari masing-masing tiga kali, niscaya ia sudah mencukupi dari segala sesuatu.” (Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa’i. At-Tirmidzi berkata, ini hadits hasan shahih.”)

5.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasululloh saw. tatkala pagi hari selalu membaca : asbahna wa asbahal mulku lillah ......., dan ketika sore hari berkata : amsaina wa amsal mulku lillah .......” (Hadits riwayat Ibnu Sunni dan Al-Bazzar. Al-Baihaqi berkata ‘hadits ini sanadnya baik’)

6.
Dari Ubay bin Ka’ab ra. berkata, “Ketika pagi hari Rasululloh saw. Mengajarkan kepada kami untuk membaca : asbahna ‘ala fitrotil islam ......., dan ketika sore hari juga membaca do’a yang sama.” (Hadits riwayat Abdullah bin imam Ahmad ibnu Hambal dalam zawaid-nya).

7.
Dari ibnu Abbas ra., ia berkata, “Telah bersabda Rasululloh saw., ‘barangsiapa membaca tiga kali : allahuma inni asbahtu mingka ......., maka wajib bagi Allah untuk menyempurnakan nikmat-Nya kepada orang tersebut.” (Hadits riwayat Ibnu Sunni).

8.
Dari Abdullah bin Ghannam Al-Bayadhi bahwa Rasulullah saw. bersabda, “barangsiapa ketika pagi membaca : allahumma ma-asbaha bi ......., maka sesungguhnya ia telah menunaikan syukur pada hari itu. Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia telah menunaikan syukur pada malam harinya.” (Hadits riwayat Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dalam shahih-nya)

9.
Dari Abdullah bin Umar ra., bahwasanya Rasulullah saw. bercerita kepada mereka tentang seorang hambadari hamba Allah yang mengatakan : ya rabbi lakal hamdu ......., maka dua malaikat merasa berat dan tidak tahu bagaimana harus mencatat (pahalanya). Kemudian keduanya naik ke langit seraya berkata, ‘Wahai Tuhan kami, sesungguhnya hamba-Mu telah mengatakan satu perkataan yang kami tidak tahu bagaimana mencatat (pahala)-nya.’ Allah swt. – Dia Mahatahu apa yang dikatakan hamba-Nya – berfirman, ‘Apakah yang dikatakan hamba-Ku ?’ kedua malaikat menjawab, ‘sesungguhnya ia mengatakan : ya rabbi lakal hamdu ........’ maka Allah swt berfirman, ‘Catatlah pahalanya sebagaimana yang diucapkan oleh hamba-Ku tadi, sampai ia berjumpa dengan-Ku niscaya Aku akan membalasnya.’” (Hadits riwayat Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan para perawinya tsiqoh).

10.
Dai Abi Salam ra. – seorang pelayan Rasulullah saw. – dalam hadits marfu’, ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi dan sore hari mengatakan : radiitu billahi rabba .........., maka adalah wajib bagi Allah untuk meridhainya.” (Hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Al-Hakim)

11.
Dari Juwairah (Ummul Mukminin ra.), Nabi saw. keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana. Lalu Rasulullah saw. Bertanya, ‘engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi ?’ Juwairah menjawab, ‘ya’ maka Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu adalah) yakni : subhanallahi wabihamdihi, ‘adadakhalqihi ..........” (Hadits riwayat Muslim)

12.
Dari Utsman bin Affan ra. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore membaca : bismillahilladzi la yadhurru ......, kecuali bahwa tidak ada sesuatu yang membahayakannya.” (Hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan Shahih)

13.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw. berkutbah di hadapan kita, seraya bersabda,

“Wahai sekalian manusia, takutlan kalian kepada syirik, karena sesungguhnya syirik itu lebih lembut dari binatang semut.” Kemudian berkatalah seseorang kepada beliau, ‘bagaimana kita berhati-hati kepadanya wahai Rasul, sementara dia lebih lembut daripada binatang semut ?’ Rasulullah saw. Bersabda, ‘Katakanlah allahumma inna na’udzubika ........’ (Hadits riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang baik. Juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la sebagaimana hadits tadi dari Hudzaifah, hanya saja Hudzaifah berkata, ‘Beliau (Rasulullah saw.) membacanya tiga kali’)

14.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menjelang sore membaca : a’uudzu bikalimatillahi ........ sebanyak tiga kali, maka tidak akan membahayakan baginya racun yang ada pada malam itu.” (Hadits riwayat Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

15.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. masuk masjid, tiba-tiba beliau jumpai seorang anshor yang bernama Abu Umamah. Rasulullah saw., bertanya ‘Wahai Abu Umamah, mengapa kamu duduk-duduk di masjid di luar waktu shalat ?’Abu Umamah ra. menjawab, ‘Karena kegalauan yang melanda hatiku dan hutang-hutangku, wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Bukanlah aku telah mengajarimu beberapa bacaan, yang bila kau baca niscaya Allah akan menghilangkan rasa galau dari dirimu dan melunasi hutang-hutangmu ?’ Abu Umamah berkata, ‘Betul, wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Ketika pagi dan sore ucapkanlah : allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan ......’ Kemudian aku melakukan perintah tadi, maka Allah menghilangkan rasa galau dari diriku dan melunasi hutang-hutangku.” (Hadits riwayat Abu Dawud)

16.
Dari Abdurrahman bin Abu Bakar ra., dia berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesunguhnya aku mendengar engkau berdo’a, allahumma ‘afini fi badani ........ engkau lakukan itu tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore,” Sang ayah berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. berdo’a seperti itu, maka aku pun ingin mengikuti sunnah beliau.” (Hadits riwayat Abu Dawud dan yang lainnya)

17.
Dari Syaddad bin Aus ra., Nabi saw. Bersabda, “Sayyidul Istighfar (do’a permohonan ampunan yang terbaik) adalah : allahumma anta rabbi la-ilaha illa anta khalaqtani ....... barangsiapa membacanya ketika sore hari dengan yakin akan kandungannya, kemudian meninggal pada malam itu, maka ia pun akan masuk surga. Dan barangsiapa membacanya pada pagi hari dengan yakin akan kandungannya kemudian meninggal pada hari itu, maka ia akan masuk surga.” (Hadits riwayat Bukhari dan yang lainnya)

18.
Dari Zaid (pelayan Rasulullah saw.) berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘barangsiapa yang membaca : astagfirullahalladzi la-illa huwal hayyu ......, Allah akan mengampuninya, meski ia lari dari pertempuran.” (Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata, ‘Hadits ini shahih berdasarkan atas syarah Bukhari dan Muslim)

19.
Dari Abu Darda’ ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca shalawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore, maka ia akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat.” (Hadits riwayat Thabrani)

20.
Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya berkata, “Barangsiapa bertasbih kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang melakukan haji seratus kali. Barangsiapa bertahmid kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang membawa seratus kuda perang untuk berjihad di jalan Allah. Barangsiapa mengucapkan tahlil (Lailaha illallah) seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti memerdekakan seratus budak dari anak cucu Ismail. Barangsiapa mengucapkan takbir (Allahu Akbar) seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka Allah tidak akan memberi seorang melebihi apa yang diberikan kepadanya, kecuali orang itu melakukan hal yang sama atau lebih.” (Hadits riwayat Tirmidzi dan ia berkata, ‘Hadits ini hasan.’ An-Nasa’i juga meriwayatkan hadits yang sama)


Dan dari Ummu Hani’ ra., Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Wahai Ummu Hani’, ketika pagi hari bertasbihlah kepada Allah seratus kali, bacalah tahlil seratus kali, bacalah tahmid seratus kali, dan bertakbirlah seratus kali, maka sesungguhnya seratus unta yang kau qurbankan, dan seratus tahlil itu tdak akan menyisakan dosa sebelumnya dan sesudahnya.” (Hadits riwayat Thabrani)

21.
Dari Abu Ayyub ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi hari membaca : la-ilaaha illallahu wahdahu la-syarika lahu ........ sepuluh kali, maka Allah akan mencatat setiap kali itu dengan sepuluh kebaikan dan menghapus sepuluh kejelekan, serta mengangkatnya dengan bacaan tadi sepuluh derajat. Bacaan tadi (pahalanya) bagaikan memerdekakan sepuluh budak, dan ia bagi pembacanya sebagai senjata bagi permulaan siang sampai menjelang sore, serta hari itu ia tidak akan mengerjakan pekerjaan yang akan mengalahkannya. Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia (pahalanya) seperti itu juga.” (Hadits riwayat Ahmad, Ath-Thabrani, Sa’id bin Mansur, dan yang lainnya)

22.
Dari Jubair bin Muth’im ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca : subhanakallahumma wabihamdika ....... pada suatu majelis dzikir, maka bacaan itu seperti stempel yang dicapkan kepadanya. Dan barangsiapa mengucapkannya pada forum iseng, maka bacaan itu sebagai kafarat baginya.” (Hadits riwayat An-Nasa’i, Al-Hakim, Ath-Tharani, dan yang lainnya)

13.
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata, “Kami meriwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ dari Ali ra., ‘Barangsiapa suka mendapatkan timbangan kebajikan yang sempurna, maka hendaklah di akhir majelisnya ia membaca subhana rabbika raabil ‘izzati amma yasifuun ............”


Pustaka
_______, 1984. Al-Qur’an dan terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia. jakarta
Sabiq, S. 1988. Fikih Sunah. jil 5. Al-Ma’arif. Bandung. 254-313.
An-Nawawi, S. 1996. Riyadhus Shalihin. Jil 2. Pustaka Amani. Jakarta. 363-368.
Shaleh, Q., A. A. Dahlan, dan M. D. Dahlan,. 1993. Asbabun Nuzul : latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Cet 15. CV. Diponegoro. Jakarta.

posted by peduli | 12:14 AM

Kamis, 13 Januari 2011

SUKSES BISNIS KARENA HOKI



SUKSES BISNIS KARENA HOKI
Posted on Januari 12, 2011 by Perdana Akhmad S.Psi

Oleh : ustadz Zainal Abidin, L.c

sumber:http://metafisis.wordpress.com/2011/01/12/sukses-bisnis-karena-hoki/

Langkah yang ditempuh para pembisnis dalam melancarkan usahanya beraneka ragam ada yang realistis dan ada pula yang tidak realistis. Yang realistis mereka menempuh cara dengan perbaikan manajemen, mengikuti training leadership, memperketat peraturan perusahaan, memperluas jaringan marketing, dan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan mereka yang menempuh cara yang tidak realistis dengan menggunakan jasa dukun, meyakini hoki, neptu lahir atau pergi ke kuburan keramat.

Banyak kita saksikan para usahawan kita bila menghadapi kepanikan bisnis mereka berlomba-lomba mendatangi paranormal karena mereka beranggapan bahwa para normal mengetahui hal-hal ghaib yang bisa membantu membangkitkan kembali bisnisnya, atau bisa mencarikan bentuk usaha yang membawa hoki. Dan yang lebih aneh lagi mereka mendatangi kuburan para wali dan tempat keramat untuk melancarkan rizkinya, memudahkan lobi bisnisnya, membantu kenaikan pangkatnya, mengairi ladang yang kering dan sebagainya, karena mereka meyakini bahwa para wali di alam barzah dan tempat keramat memiliki kekuatan ghaib yang berkaitan masalah rizki atau lainnya, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah suatu bentuk kesyirikan dan menghilangkan ketawakalan kepada Allah serta ketergantungannya kepada ar-Razaq (dzat pemberi rizki), sementara kunci rizki dan perbendaraan bumi ditangan Allah:

“Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami”.( al-Munafiqun: 7).

Pengusaha Muslim harus meninggalkan cara-cara yang tidak realistis untuk mengembangkan usahanya apalagi mendatangi dukun ataupun tempat-tempat keramat karena hal itu akan mendatangkan murka Allah dan menumbuhkan rasa ketergantungan kepada makhluk dan paranoid dalam usaha, sementara rizki bila telah menjadi bagian kita tidak akan lari sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam:

”Seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, maka rezekinya akan menemuinya sebagaimana kematian menemuinya.” (1)

Begitu pula membenarkan apa yang mereka kabarkan merupakan pelanggaran besar dan mendatangkan murka Allah berdasarkan hadits dari Imram bin Hushain berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

“Bukan dari golongan kami orang yang menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain, yang bertanya dan yang menyampaikan, atau bertanya kpada dukun dan yang mendukuninya atau yang menyihir dan yang meminta sihir untuknya, dan siapa saja yang membuat buhulan dan barangsiapa yang mendatangi kahin dan membenarkan apa yang di katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”(2)

Tentang hukum mendatangi dukun, Imam Al Qurtubi rahimahulloh berkata:

“Wajib bagi setiap orang yang mampu, baik da’i atau yang lainnya, untuk mengingkari orang yang melakukan perbuatan perdukunan di pasar dan mengingkari dengan keras terhadap siapa saja yang mendatangi para dukun. Tidak boleh kita tertipu, karena apa yang diberitakan itu benar atau banyaknya orang yang datang kepada mereka atau menggunakan julukan ahli ilmu. Sebenarnya mereka bukanlah ahli ilmu, tetapi yang lebih tepat adalah orang bodoh, karena mereka masih melakukan perbuatan yang terlarang.”(3)

Ada seorang jamaah bercerita bahwa dirinya pernah mempergunakan jasa dukun untuk melariskan dagangannya. Singkat cerita, benar apa yang dikatakan sang dukun dan tidak berapa lama usahanya maju dengan pesat, sehingga dia bergelimang dengan harta, keluarganya dimanjakan dengan kemewahan bahkan dia bingung bagaimana harus mempergunakan uangnya. Akan tetapi suatu saat, karena ia tidak bisa memenuhi apa yang diwajibkan jin atas dirinya, dalam sekejap usahanya hancur, hutang-hutangnya pun menumpuk dan para suplier tak henti-henti menagihnya. Karena merasa tidak sanggup menghadapai beban berat hidupnya ia meninggalkan tempat usahanya dan pergi ke Jakarta. Akan tetapi Jin-jin yang selama ini membantunya senantiasa meneror diri dan keluarganya dengan gangguan-gangguan yang berupa ular-ular kecil yang selalu muncul di tiap sudut lantai keramik rumahnya.

Setelah hubungan dirinya dengan dunia klenik tidak lancar, kepercayaan dirinyapun hilang, ia menjadi lemah dan mudah berputus asa, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan memulai usaha dari mana. Selama ini, dalam menjalankan usahanya ia selalu bergantung dengan arahan dan ramalan paranormal.

Dari kasus tersebut saya berkesimpulan bahwa mereka adalah orang-orang yang takut dengan masa depan, mereka akan optimis jika digambarkan masa depannya cemerlang, sebaliknya mereka berubah menjadi pesimis jika dikatan bahwa masa depannya suram dan tidak menguntungkan. Bila hal ini diteruskan dan dia tidak bertaubat memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala dan mengembalikan keyakinannya kepada Allah ia akan menjadi manusi yang kehilangan kepercayaan, hidup diliputi dengan kecemasan dan takut menatap masa depan.

Lihatlah bagaimana mereka dipermainkan oleh sang dukun yang telah bekerja sama dengan koleganya dari bangsa jin untuk menyengsarakan para pengusaha yang bingung untuk mencari solusi ternyata malah makin terpuruk ibarat sudah jatuh sambil duduk, tertimpa tangga dan terbentur tembok. Maka hendaknya seorang pengusaha muslim harus tetap istiqamah dalam menghadapi rintangan bisnis, tetap optimis dalam keterpurukan, sambil terus bangkit mencari solusi dan jalan keluar yang disertai tawakkal dan yang tidak kalah pentingnya adalah berdoa kepada Allah memohon kemudahan dan jalan keluar serta mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amal shalih. Kejarlah yang punya rizki yaitu Allah ta’ala jangan hanya pandai mengejar peluang rizki.

Wahai saudaraku, sederhanalah dalam mencari harta. Jangan rakus dan membabi buta tanpa memerhatikan aturan agama, dan jangan menodai hak orang lain, karena rezekimu tidak akan berpindah ke tangan orang lain, seorang hamba dalam mengarungi kehidupan hanya butuh terhadap tiga pilar karena tidak akan sukses kecuali dengannya: bersyukur, mencari kesehatan, dan bertobat dengan tobat nasuha.(4)

Footnote:
1. Lihat Shahihul Jami’ no: 5240.
2. Dikeluarkan Al-Bazzar sebagaimana dalam Kasyful Astaar 3/399 No.3044. At-Thabrani dalam al-Mu’jam Al-kabir 18/162 No.355 dan disebutkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jaami’ 2/956.
3. Lihat Ahkamul Qur’an, al-Qurthubi, 2/ 44.
4. Lihat al-Fawaid, Ibnu Qayyim, hal. 288.

Filed under: ARTIKEL CAMPURAN, MACAM PRILAKU SYIRIK Ditandai: | hoki, bisnis
« PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB

Jumat, 07 Januari 2011

Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya

Adab-Adab Berdoa
Studi Kritis Perayaan Maulid Nabi -shallallahu alaihi wasallam- »
Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya

January 20th 2010 by Abu Muawiah | Kirim via Email

05 Shafar



Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya

Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ آمَنُو

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Allah Ta’ala berfirman tentang doa Ibrahim -alaihishshalatu wassalam-:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Wahai Rabb kami, beri ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan semua orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)

Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nuh -alaihishshalatu wassalam- bahwa beliau berdoa:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Wahai Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke dalam rumahku dalam keadaan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.” (QS. Nuh: 28)

Dan juga tentang Nabi Muhammad -alaihishshalatu wassalam- dimana beliau diperintahkan dengan ayat:
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
Dari Abu Ad-Darda’  dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Dalam riwayat lain dengan lafazh:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Penjelasan ringkas:
Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan orangnya termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para Nabi -alaihimushshalatu wassalam- dan juga orang-orang saleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekapun mendoakan saudaranya di dalam doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan kesempuraan iman mereka. Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

Karenanya Allah dan Rasul-Nya memotifasi kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan saudaranya, sampai-sampai Allah Ta’ala mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itupun diperintahkan oleh Allah untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Karenanya jika dia mendoakan untuk saudaranya -dan tentu saja doa yang sama akan kembali kepadanya- maka potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan dia mendoakan untuk dirinya sendiri.

Hanya saja satu batasan yang disebutkan dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- adalah saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan.

Sebagai tambahan adab-adab berdoa dari dalil-dalil di atas:
1. Jika dia mendoakan orang lain maka hendaknya dia mulai dengan mendoakan dirinya sendiri.
Dari Ubay bin Ka’ab -radhiallahu anhu- dia berkata, “Jika Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- menyebut seseorang lalu mendoakannya, maka beliau mulai dengan mendoakan diri beliau sendiri.” (HR. At-Tirmizi: 5/463) Hanya saja juga telah shahih riwayat bahwa beliau -shallallahu alaihi wasallam- tidak memulai dengan diri beliau sendiri, seperti pada doa beliau untuk Anas, Ibnu Abbas, dan ibunya Abu Hurairah -radhiallahu anhum-. (Lihat Syarh An-Nawawi terhadap Shahih Muslim: 15/144, Fath Al-Bari: 1/218, dan Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmizi: 9/328)
2. Dia mendoakan kedua orang tuanya ketika dia berdoa untuk dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra`: 24)
3. Mendoakan kaum mukminin dan mukminat tatkala mendoakan dirinya sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Ayat Penjagaan (Alloh SWT)



Jumat, 23 Januari 2009
Syeikh Mustafa Haqqani: Ayat Khirzi Penangkal Sihir dan Jin





Pada 29 Desember lalu, di zawiyah Hasbi, ba'da Maghrib, sh Mustafa memberikan pesan kepada kita semua mengenai pentingnya melazimkan ayatul hirz di zawiyah-zawiyah maupun di pribadi kita masing-masing. Apa manfaat dari ayatul hirz? Berikut salinan dari pesan yang disampaikan oleh Sh Mustafa:

Dulu ketika saya di Malaysia, saya begitu tercekam. Negara Islam tapi koq banyakan pemecahan masalah hubungan antar pribadi dengan sihir. Saya jadi agak.. punya catatan "...lho koq?".

Astaghfirullah al adzim, hari-hari ini di kultur kita, ternyata sihir, lebih dari yang pernah aku saksikan di Malaysia.

Oleh karena itu, saya terangsang untuk meng-introduce ayatul hirz (Ayat-ayat Penangkal - red). Kata Rasulullah “barang siapa setelah maghrib membaca al-fatihah berikut 11 ayat dari surat al-baqarah”; tetapi beliau tidak mengatakan begitu: "berikut alif lam mim sampai muflihun, ayat kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat yang terakhir…". --Barangkali ini juga kebijakan yang diambil oleh kalangan tradisional, maka bahagian yang vital dari surat al-baqarah ini di introduce dalam kesehariannya. Ternyata sekarang kita lihat gunanya. Sebab itu di maghrib, di subuh, seyogyanya kita sisipkan (ayatul hirz – red)--. Sebab kata Rasul: “…dijamin aman dari aneka macam kejahatan manusia, jin dan setan sampai waktu subuh”. Berarti habis subuh harus dibaca lagi.

Saya banyak menjumpai kasus, telah mengadu kepada saya, merupakan fenomena interaktif tetapi pakai jinni power. Jadi barangkali lebih baik secara conditional di zawiyah-zawiyah kita atau di setiap pribadi kita, lazimkanlah ayatul hizr. Sehingga, karena itu, tadi, sesudah tahlil 10x, yang itu memang di-seyogyakan di waktu maghrib,dengan fadzilah, insyaAllah dijamin mantab aqidah dan husnul khotimah. Jadi sayang kalau tidak kita integrasikan: disambung dengan ayatul hizr, baru tasbih.

Sebenarnya, prinsipnya, patokannya, solat sunah ba'diyah itu disegerakan, dalam tradisi Naqshbandi, untuk mengelakkan kocar-kacir. Sebab Allah sendiri yang mengatakan, [arab] "the only way to aproach Me", kata Allah, "adalah kalau orang doyan dengan perfection. Sudah yang wajib, dilakukan yang sunah". Mekanismenya [arab] "sehingga dia semakin mencintai Aku dan Aku berlipat ganda kecintaannya kepada dia".[arab]. "kalau dia mencintai Aku, Aku jadi kuping dia, jadi mulut dia, jadi mata dia, jadi tangan dia, jadi kaki dia. apa yang tergerak di hati, Aku ya-kan. Barangsiapa kurangajar terhadap orang semacam itu, Aku sendiri yang mempermaklumkan perang!" (terhadap orang yang kurang ajar kepada orang semacam itu). Ini background; reference-nya.

Kenapa, semua solat kita yang 5 itu ada qobliyahnya? Kecuali subuh & ashar ada pula ba'diyahnya? Itu dibikin amat ketat. Artinya, mudah-mudahan tidak dengan karena kita menyisipkan ayatul hirz, solat sunahnya keteteran. Jadi setelah itu tetap untuk dilangsungkan amalan harian, yang di transformasikan dari Rasulullah melalui Sayyidina Abu Bakr dan yang terakhir kita terima dari sh Nazim. Jadi itu tetap untuk di-tradisikan. Itu belum selesai sampai solat ba'diyah tapi (ayatul hirz – red) ditaruh sesudah doa penutup solat.
Merenunglah kalian, wahai orang yang dikedalaman hatinya ada fungsi yang bergetar, yang hidup!

Adapun Ayat Khirzi adalah sbb :

Surah Al Fatehah

Surah Al Baqarah ayat 1 s.d 5

Ayat Kursi

Surah Al Baqarah ayat 256 s.d 257

Surah Al Baqarah ayat 284 s.d 286

Surah Al A'raaf ayat 54 s.d 56

Surah Al Isro' ayat 110 s.d 111

Surah As Shaffaat ayat 1 s.d 11

Surah Ar Rahman ayat 33 s.d 35

Surah Al Hasyr ayat 22 s.d 24

Surah Al Jin ayat 1 s.d 4

Wassalam,
Disarikan dari mailist : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
Diposkan oleh Energi Enlightment di 01.01 0 komentar
Self Healing ala Nabi SAW
(Di intisarikan oleh Jokotry dari hasil shohbet-Untaian Mutiara Hikmah Syaikh Mustafa)


Setiap orang dapat melakukan pengobatan sendiri dalam kondisi normal. Guru kami Syech Mustafa pernah mengajarkan cara Rosululullah dalam melakukan pengobatan, yaitu dengan mengusapkan tangan kanan kebagian yang sakit sebanyak tujuh kali, sambil mengucapkan doa berikut ini :

اَعُوْذُ بِعِزَّ ةِ اللهِ وَ قُدْر تِهِ وَ سُلْطَا نِهِ مِنْ شَرِّ مَا اَجِدُ وَاُخَدِرْ

A’udzu bi izzatillaahi wa qudratihi wa shulthanihi min syarri maa ajidu wa ukhodir. (Aku berlindung kepada keagungan Allah, kekuasaanNya dan kemuliaanNya dari rasa sakit yang aku rasakan dan sembuhkanlah ya Allah).

Catatan : Kalau untuk diri sendiri (AJIDU), Untuk orang lain perempuan (AJIDU diganti TAJIDU), kalau untuk orang lain laki-laki (AJIDU diganti YAJIDU).

Catatan :
Doa tersebut instruksi Nabi Muhammad ketika menjenguk Sayyidina Utsman yang sedang sakit. Nabi mengatakan kepada Utsman, untuk membaca doa tersebut diatas dan mengusapkan tangan kanannya sebanyak tujuh kali. Sayyidina Utsman melakukannya, dan akhirnya Allah berkenan menyembuhkan penyakitnya.

Disarikan dari mailist : muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
Diposkan oleh Energi Enlightment di 00.56 0 komentar
Maqam Basyariyyah (Kemanusiaan) Nabi SAW

Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Khutbat al-Jumu'ah, 24 Oktober, 1997

Masjid at-Tawhiid, Mountain View, California

Bismillaah ir-Rahman ir-Rahiim

was-shalaat was-salaam ala Sayiddina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

akan Saya baca terjemahan bahasa Inggrisnya. Dalam Surat al-Kahfi ayat 107, yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal." 108, "Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya." 109, "Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).’" Dalam ayat 110 berbunyi, "Katakanlah: ’Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Ilah (Tuhan) kamu itu adalah Ilah (Tuhan) Yang Esa’". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-nya."

Dalam ayat-ayat ini, kita melihat bahwa Allah SWT telah berjanji bahwa barangsiapa berbuat baik, Ia pun akan memberikan pada mereka surga-surga. Mereka yang beriman, yang menerima Islam, yang tidak hanya menerimanya tanpa melakukan amal (perbuatan baik), karena kalian pun bisa menjadi Muslim tanpa amal—tetapi di sini Ia menekankan bahwa, "Wahai Muslim, Wahai Mu'min, kalian harus melakukan amal kebajikan." Dan Ia menekankan akan pentingnya melakukan perbuatan baik. Tidak hanya, "Aku percaya, aku seorang Muslim, dan aku berbuat kejahatan. Aku melakukan salatku tetapi aku berbuat kejahatan.” Tidak. Allah SWT menempatkan amal kebajikan bersama Iman, dus amal kebajikan adalah sejajar bersama Iman.

Kalian bisa saja beriman, kalian bisa mengatakan, “La Ilaaha Ill-Allah Muhammadun RasulAllah”, tetapi mungkin kalian tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik. Persyaratannya adalah bahwa kalian harus menjadi seorang yang beriman dan kalian harus berbuat kebajikan. Siapa yang berbuat kebajikan, mereka akan memperoleh Surga Firdaus. Mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Mereka tidak akan berada di tempat lain. Allah SWT akan membalas mereka atas Iman mereka dan atas amal mereka.

Tanpa amal, kalian tak akan memperoleh Surga Firdaus. Allah SWT mungkin akan mengirim kalian ke tempat lain. Tapi, dengan amal kebajikan, kalian akan mendapatkan Jannat al-Firdaus.Muslim harus bekerja keras untuk melakukan amal kebajikan—dan tidak sekedar memikirkannya, “Aku datang dan salat, dan aku percaya bahwa Allah SWT adalah Pencipta kita dan Sayyidina Muhammad SAW adalah Utusan-Nya,” melainkan “Aku harus bekerja keras untuk kebaikan masyarakat, untuk kebaikan ummat Muslim. Maka aku akan meraih Jannat al-Firdaus.”

Kita semua, alhamdulillah, adalah orang-orang yang beriman. Jika kita tidak beriman tentu kita tidak akan datang ke sini. Jadi, kita harus beriman pada Pesan dari Allah SWT. Apa yang Allah SWT telah turunkan bagi kita melalui Sayyidina Muhammad SAW, kita harus menerimanya. Kita tak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain. Kita harus mengambil seluruhnya bersama-sama dan berusaha untuk maju, atau pencapaian kita akan Surga tidak akan lengkap. Kita mungkin hanya akan memperoleh derajat yang lebih rendah dalam surga.

Dan kita tidak menginginkan hal itu. Setiap orang menginginkan lebih karena Allah SWT begitu Pemurah. Allah SWT adalah Sang Maha Pemurah Yang Mutlak. Kita ingin untuk berbuat lebih untuk mencapai lebih.Dan Allah SWT melanjutkan, “Katakanlah!”—“Qul Ya Muhammad SAW!” Hanya bagi Allah SWT-lah untuk mengatakan, “Katakan wahai Muhammad SAW! Jika seluruh lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhanku, lautan itu akan habis, habis seluruhnya, tinta akan habis, pena-pun akan patah dan habis, sekalipun jika kita tambahkan lautan atas lautan atas lautan, seluruh lautan dan samudra itu akan habis, tetapi Kalimat-Kalimat Allah SWT itu tak akan pernah habis.” Ayat itu dimulai dengan, “Wahai Muhammad SAW, katakan pada mereka...,“ karena Sayyidina Muhammad SAW telah mengetahui, hal itu bukanlah bagi beliau, tapi bagi kita untuk mengetahuinya. Karena beliau yang telah diundang untuk Isra' dan Mi'raj, mengetahui pentingnya, mengetahui Tawhid Allah SWT (Keesaan Allah SWT), mengetahui Keagungan Allah SWT. Allah SWT berfirman pada beliau, “Qul!” Katakan pada siapa? Katakan pada mereka, pada Ummah, pada hamba-hamba Allah SWT, pada seluruh manusia. Di sinilah kita harus melihat bahwa ada suatu perbedaan antara status Muhammad SAW dengan status dari seluruh manusia. Allah SWT berfirman pada beliau, “Qul Ya Muhammad SAW”—“Katakan pada mereka Wahai Muhammad SAW, karena engkau sudah tahu. Aku telah memanggilmu ke Hadirat-Ku karena dirimu adalah intan permata yang paling berharga dalam alam semesta ini. Engkau mengetahui Keagungan-Ku. Maka, katakanlah pada mereka apa yang kau tahu tentang Diri-Ku. Katakan pada mereka bahwa sekali pun seandainya lautan dan samudra adalah tinta...”

Beginilah pikiran kita bekerja, dengan imajinasi dan perumpamaan. Karena itulah Allah SWT memberikan pada kita suatu contoh dalam Quran Suci agar kita mengerti, perumpaan akan “samudra dan lautan sebagai tinta, untuk menulis Kalimat-kalimat Allah SWT.” Kemudian bayangkanlah bahwa lautan itu akan habis, sedangkan Kalimat-Kalimat Allah SWT tak akan pernah habis. Bahkan jika seandainya kalian menambahkan lagi samudra lalu lautan lalu samudra lalu lautan...” Jadi, artinya pengetahuan kita adalah apa? Pengetahuan kita bukan apa-apa, tidak ada apa-apanya. Seluruh ilmu dan pengetahuan yang kita banggakan hari ini, komputer, teknologi, rekayasa (engineering), fisika, kedokteran, semua nihil, bukan apa-apa, dibandingkan dengan Kalimat-Kalimat Allah SWT, dibandingkan dengan Ilmu dan Pengetahuan Allah SWT, dibandingkan dengan Ilmu dan Pengetahuan Nabi Muhammad SAW. Jika seluruh rekayasa dan teknologi ini, dan juga ilmu kedokteran ini, bukan apa-apa, itu berarti pengetahuan Sayyidina Muhammad SAW, yang telah Allah SWT berikan padanya, dapat melakukan mu'jizat dan keajaiban. Ilmu dan pengetahuan itu dapat mengubah apa pun di alam semesta ini. Pengetahuan dan Ilmu dari al-Quran Suci yang dapat kita pahami, dapat mengubah seluruh alam semesta ini. Di manakah pengetahuan itu? Di manakah ilmu dan sains itu? Karena Allah SWT telah melukiskan dalam al-Quran Suci bahwa pengetahuan iptek kita itu bukan apa-apa, maka ia tidak memiliki nilai apa pun.

Ayat itu bermakna, “Katakan pada mereka, Ya Muhammad SAW, tentang apa yang kau ketahui tentang Diri-Ku. Tentang Ilmu-Ku dan katakan pada mereka bahwa pengetahuan yang telah Kami berikan pada mereka tak berarti apa-apa dibandingkan Ilmu-Ku. Bahkan seandainya samudra dan lautan ditambahkan atas samudra dan lautan lalu ditambahkan atas samudra dan lautan, Kalimat-Kalimat-Ku, Ilmu-Ku tak akan pernah habis!” Jadi, kita sangatlah kecil, tak berarti apa-apa. Jadi, ilmu yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada kita melalui Quran Suci dapat melakukan kekuatan-kekuatan yang ajaib (mu'jizat). Di manakah ilmu itu? Kita harus mencari ilmu itu, kita harus melakukan riset dan penelitian atasnya. Bukan hanya riset untuk sains, bukan hanya riset untuk teknologi saja, karena sains teknologi tak bernilai apa-apa (dibandingkan ilmu dari Quran Suci).

Sains dan teknologi biasa tak akan mampu membawa kalian ke surga, tapi ilmu Allah SWT-lah yang akan membawa kalian ke surga. Dan karena ilmu manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT adalah tak ada artinya, kita pun mesti menyadari betapa kurang dan lemahnya diri kita. Dan karena itu pulalah kita lalai dan bodoh akan ilmu dan pengetahuan tadi. Karena itulah mengapa Nabi SAW berkata kepada kita, dalam lanjutan ayat tadi, “Wahai Muslim, wahai manusia, Ilmu Allah SWT tak pernah habis. Bahkan setelah samudra di atas samudra...”

Apa yang difirmankan Allah SWT setelah itu? Ia berfirman, “Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti dirimu, tapi telah diwahyukan kepadaku." Apakah maknanya di sini? Banyak orang sekarang berkata, “Ah, Muhammad SAW tidaklah seperti kami, tapi ia lebih baik daripada kami karena telah diwahyukan padanya.” Tetapi, ini bukanlah makna dari ayat tersebut. Ayat tersebut bermakna, “Aku adalah seorang manusia yang telah mengerti Kemuliaan dan Keagungan Allah SWT, dan tak seorang pun dapat memperoleh pengetahuan ini.” Seberapa pun tingginya maqam dan kedudukan yang mungkin kita raih, kita tetaplah memilik batasan-batasan. Makna dari, “Aku adalah seorang manusia seperti dirimu,” BUKANLAH “Aku adalah suatu badan, suatu tubuh fisik sehingga engkau tidaklah lebih baik dariku dan aku tidaklah lebih baik darimu kecuali bahwa aku menerima wahyu.” Bukan! Maknanya yang benar adalah, “Wahai Muslim, sekalipun dengan apa yang telah Allah SWT berikan padaku, akan keagungan dan kenabian (nubuwwah) dan wahyu, tetaplah aku tidak akan mampu mengetahui seluruh ilmu Allah SWT, tetaplah seluruh karunia itu memiliki batasannya, bahkan bagiku.” Ayat itu tidaklah bermakna bahwa kalian dapat meminimalkan peran dari Sayyidina Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama baru kontemporer Islam. Tidak!

Mayoritas Ulama dalam Islam menekankan pentingnya ayat ini, di mana Sayyidina Muhammad SAW tengah menunjukkan pada orang-orang, “Bahkan dengan kebesaranku, bahkan dengan kekuatan yang Allah SWT telah karuniakan padaku, bahkan dengan Isra' dan Mi'raj, bahkan dengan wahyu, tetaplah aku terbatas dalam mengetahui Ilmu Allah SWT. Tetapi kalian pun terbatas dalam mengetahui pengetahuanku.” Sayyidina Muhammad SAW tengah menekankan, “Kalian terbatas dibandingkan pengetahuanku dan aku pun terbatas dibandingkan Ilmu dan Pengetahuan Allah SWT.” Wahai Muslim, Allah SWT tidak menerima syiriik (sekutu) apa pun. Dan itulah mengapa Sayyidina Muhammad SAW bersabda dalam ayat ini, “Aku hanyalah seorang manusia,” ini bermakna, “Aku tidaklah mensekutukan diriku sendiri dengan Allah SWT. Karena itulah ilmuku tidaklah sama. Dan, sebagai Nabi Muhammad SAW, Penutup para Rasul, tak seorang pun dapat meraih tingkatanku. Kalian harus mengetahui batasan kalian, dan aku pun mengetahui batasanku terhadap Tuhanku.”

Zuhair ibn Jandab RA, salah seorang Sahabat, berkata, “Apakah yang menjadi alasan turunnya ayat yang mengatakan, "Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhan-nya." Ayat itu turun untuk menunjukkan perbedaan di antara kita dan Nabi SAW; dan antara Nabi SAW dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, aku adalah seorang manusia seperti dirimu, tapi telah diwahyukan padaku,” bermakna, “Aku mengetahui batasanku, dan engkau pun mengetahui batasanmu, tetapi telah diwahyukan padaku bahwa jika seseorang ingin untuk melakukan amal, ingin untuk berada di Hadirat Tuhannya, namun karena dia tak mampu meraih pengetahuan Tuhannya, ia pun terbatas, maka hendaklah ia melakukan amal kebajikan, amal salih untuk Akhiratnya.” “Siapa yang ingin berada di Hadirat Allah SWT di Akhirat, hendaklah ia melakukan amal kebaikan. Dan hendaklah ia tidak menyekutukan seorang pun dalam ibadah kepada Allah SWT.”

Mengapakah ayat tersebut turun? Ayat itu bukanlah tentang syirik dalam menyembah seseorang bersama Allah SWT, ayat itu tidaklah bermakna demikian, sebagaimana mereka mengatakannya saat ini. Mereka melabeli mu'min dan muslim dengan menggunakan ayat-ayat Quran yang Allah SWT turunkan berkenaan dengan orang-orang Kafir, Yahudi, dan Kristen, mereka yang menyembah berhala, atau mensekutukan seseorang dengan Allah SWT. Ayat itu berkata, “Jangan sekutukan siapa pun.”Menurut Zuhair ibn Jandab RA, ia mendatangi Sayyidina Muhammad SAW dan berkata, “Ya RasulAllah SAW, terkadang aku melakukan sesuatu untuk Allah SWT, aku melakukan amal yang kulakukan untuk menyenangkan Tuhanku, dan aku akan melakukannya untuk ridha Allah SWT dan untuk cinta-Nya bagiku, tapi saat orang-orang tahu akan amal itu, aku akan senang jika orang-orang tahu akan apa yang telah kuperbuat.”

Kemudian Nabi SAW bersabda, “Ya Zuhair RA, jangan sekutukan siapa pun dalam ibadahmu.” Ini berarti jangan senang bahwa orang-orang tahu tentang apa yang telah kau perbuat, karena ini adalah kesyirikanmu. Kedudukanmu di hadapan Allah SWT seakan-akan dirimu bangga atas apa yang telah kau perbuat. Itu berarti kau ingin agar orang-orang menghormatimu dan mencintaimu karena engkau telah melakukan amal ini. Amal itu tidaklah murni bagi Allah SWT. Kini, kita menyaksikan orang-orang senang—saat mereka melakukan sesuatu, mereka ingin setiap orang tahu. Saat mereka melakukan pengumpulan dana, mereka ingin setiap orang untuk tahu berapa banyak yang telah mereka sumbangkan untuk masjid, atau untuk hal-hal Islami lainnya.

Kenapa? Karena mereka akan menjadi terkenal dalam masyarakat dan orang-orang akan menyebut mereka, “Oh, mereka adalah orang-orang yang amat baik.” Itu adalah syirik-mu atas amalmu di hadapan Allah SWT bersama seseorang lainnya. Kalian tak perlu itu. Itu tidaklah haram, tetapi itu tidaklah sempurna.

Dan beberapa 'ulama berkata, ada dua macam amal. Ada `amal al-mubtadi`iin dan `amal al-kamiliin, amal para pemula, dan amal orang-orang yang sempurna. Ini berarti bahwa mereka yang dalam Islamnya, berusaha untuk maju, senang untuk menunjukkan bahwa mereka tengah melakukan sesuatu. Mereka yang telah mencapai maqam kesempurnaan, suatu maqam dari tazkiyyatun-nafs, pensucian diri tak akan peduli apakah orang lain tahu atau tidak atas apa yang telah mereka perbuat, karena mereka melakukannya untuk Allah SWT. Wahai Muslim, amal kita mestilah hanya untuk Allah SWT, dan amal kita mestilah tersembunyi. Tak seorang pun mesti tahu apa yang telah kita lakukan. Maka, saat itulah, kita tak akan mengizinkan ego kita untuk bermain dengan kita.

Hal yang paling berbahaya, sebagaimana disabdakan Nabi SAW, “Hal yang paling kutakutkan bagi ummatku adalah syirik tersembunyi, yaitu penyekutuan tersembunyi dalam amalan-amalan ummatku, bahwa mereka akan bangga di hadapan masyarakat, dan berkata, ‘Kami telah melakukan ini.’” Itu adalah di mana kalian menempatkan diri kalian di hadapan Allah SWT. Kalian mesti menyembunyikan diri kalian. Jika kalian memberikan sesuatu dengan tangan kanan kalian, tangan kiri kalian tak boleh tahu. Saat kalian menulis cek, tak seorang pun boleh tahu kecuali dirimu sendiri. Wahai Muslim, Allah SWT adalah Maha Penyayang terhadap diri kita, dan Dia mengirimkan bagi kita, dalam Islam, begitu banyak kebahagiaan, begitu banyak keagungan, dan begitu banyak cinta, hingga jika kita benar-benar mengikuti jalan dari Sayyidina Muhammad SAW, kita akan beroleh kebahagiaan dan kita akan melihat bahwa anak-anak kita pun tak akan hilang tersesat, karena Allah SWT tak suka menjadi seorang tiran bagi hamba-hamba-Nya. Allah SWT adalah Maha Pemurah terhadap hamba-hamba-Nya. Jika kita baik, kita pun akan melihat kebaikan. Jika kita melakukan suatu kesalahan, kita pun akan melihat sesuatu sepertinya. Wahai Muslim, sucikan hatimu, dan sucikan hatimu, dan bukalah dirimu sendiri pada cinta Allah SWT. Allah SWT berfirman, "Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." Semoga Allah SWT menaruh kita dalam rahmat itu.

Wa min Allah at tawfiq

©As-Sunnah Foundation of America (http://www.sunnah.org)