Kamis, 26 Juni 2008

PRIBADI SUKSES


Perbaikilah Kepribadian Anda, dan Anda Akan Sukses

No. 13 - April 2005

"You are free to choose, but the choice you make today will determine what you will have, be and do in the tomorrows of your life" Zig Ziglar.

Hasil survey Stanford Research Institute, Harvard University & Carnegie Foundation menyimpulkan: Bahwa lima belas persen (15 %) dari alasan mengapa seseorang berhasil meraih keberhasilan dalam pekerjaan banyak ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi. Bagaimana yang 85 %? Delapan puluh lima persen dari mereka yang meraih sukses, banyak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai manusia! Survey yang lain pada 16 (enam belas) jenis industri di Amerika menunjukkan bahwa ternyata prestasi seseorang tidak ditentukan oleh faktor pendidikan formal apakah seseorang tersebut sarjana atau bukan sarjana,bukan oleh faktor jenis kelamin apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan, bukan oleh ras apakah mereka itu kulit putih atau kulit hitam, dan juga bukan oleh umur apakah diatas 40 tahun atau dibawah 40 tahun.

Prestasi seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Bahkan disimpulkan juga bakat yang dibawa sejak lahir hanya berperan sebagai faktor imbuhan saja bagi prestasi seseorang. Kepribadian dan prestasi ibarat flight-attitude yang di-install pada cockpit pesawat terbang. Bila flight attitude menunjukkan kemiringan 45 derajat, maka berarti pesawat miring 45 derajat. Bila kepribadian seseorang tidak positif, maka prestasi yang bersangkutan tidak akan sukses, walau faktor pendukung kesuksesan yang lain dimilikinya. Oleh sebab itu apabila seseorang ingin sukses, tidak ada jalan lain kecuali menimba terus ilmu dan pengetahuan agar wawasannya luas, bekerja terus menerus agar memperoleh pengalaman dan mempertajam keterampilan, berpola pikir dan berpola tindak positif untuk makin menampilkan kepribadian yang positif. Tiga faktor ini yaitu "knowledge, skill and behaviour" oleh Dale Carnegie disebut sebagai faktor keberhasilan seseorang (The Triangle of Success).


KNOWLEDGE

Perjalanan jaman senantiasa diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi manusia yang terlahir pada jamannya dituntut setidak-tidaknya mengetahui apa yang terjadi dan sedang berkembang, kemudian menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dengan sikap yang adaptatif walau harus melakukan perubahan yang memerlukan pengorbanan. Dalam konteks bekerja dan pekerjaan misalnya, penerapan teknologi yang modern sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat mau tidak mau harus diterima dengan baik, sebab kalau kita tidak melakukannya, bukan hanya ketinggalan dengan yang lain, tetapi bahkan mungkin kita akan terlindas dengan perubahan/kemajuan yang sedang berlangsung. "Make change an ally!" Jadikan perubahan itu sahabat anda. Sebab alergi dengan perubahan, kita akan mandeg.

Dalam pergerakannya, ada satu hal yang tidak pernah berubah, yaitu bahwa jaman akan menawarkan kepada kita berbagai kesempatan terus menerus. Tinggal terserahlah kepada kita akan menyambut kesempatan tersebut dan menangkap atau membiarkannya berlalu. Yang jelas kesempatan yang sama tidak akan datang lebih dari satu kali, hilang diambil oleh yang lain atau lenyap tertelan waktu. Siap atau tidak siap salah satu keberhasilannya tergantung penguasaan kita terhadap ilmu kita yang kita miliki. Sebab menangkap kesempatan harus berbekal ilmu pengetahuan. Semakin luas ilmu kita semakin cakap kita mengambil kesempatan. Hanya orang yang membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan yang banyak mampu menangkap berbagai peluang dan kesempatan.


SKILL

Keterampilan pada akhirnya akan dicapai seseorang apabila mereka melakukannya dalam praktek. Penguasaan ilmu pengetahuan saja tidaklah cukup untuk bisa disebut sebagai terampil apalagi ahli. Dengan praktek seseorang akan menemui berbagai pengalaman yang sangat variatif, berbagai persoalan dan bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut. Ini membuat penguasaan terhadap fungsi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya semakin tajam. Berbekal ilmu pengetahuan ditambah pengalaman, seseorang akan mudah menemukan esensi dari ilmu pengetahuan tersebut, yang akan berpengaruh kepada keberhasilan dalam pengeterapannya. Solusi-solusi terhadap masalah bisa dipermudah sebab esensinya dikuasai. Untuk rakyatnya yang diharapkan bisa mandiri dan tidak tergantung kepada negara lain / kapitalis, Mahatma Gandhi menghimbau agar rakyatnya mempraktekkan ilmu pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.. Beliau mengibaratkan betapa tinggi praktek itu dengan perumpamaan bahwa satu ons praktik nilainya sama dengan satu ton ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dengan praktik, seseorang akan mendapatkan banyak manfaat dan ilmu yang lebih detail dan mendalam, sebab betul-betul dirasakannya dan dipahaminya.


BEHAVIOUR

Dipengaruhi oleh karakter yang terbawa sejak lahir, serta lingkungan kehidupan sehari-hari, seseorang akan tampil dengan ciri khusus yang mengemuka sebagai behavior dalam bentuk pola pikir dan pola tindaknya. Tampilan ini secara umum disebut sebagai kepribadian atau personality yang dalam awal tulisan disebut mempengaruhi pencapaian prestasi seseorang dengan dominan. Ada yang beranggapan kepribadian adalah pembawaan yang merupakan keturunan dari orang tua, atau yang tak bisa dirobah. Seorang sarjana, James William, menyatakan bahwa kepribadian seseorang ibarat bawang merah, yang apabila dikupas kulitnya, akan diketemukan kulit yang lain, begitu berkali-kali. Artinya kepribadian sebagai potensi sesungguhnya sangat banyak dimiliki oleh seseorang. Namun tidak nampak. Yang nampak atau ditampilkan sekarang ini adalah sebagian saja dari kepribadian yang dimilikinya. Hakekat dari pengibaratan ini adalah bahwa kepribadian itu bisa dikembangkan. "Attitude is learned, not inherited." Bisa dipelajari, bukan bawaan keturunan.

SELF DEVELOPMENT

Dengan berbekal ilmu pengetahuan (Knowledge), keterampilan (Skill) dan kepribadian (attitude & behaviour) yang dimilikinya, seseorang akan berhasil dalam pekerjaannya dan berprestasi tinggi. Namun itu tentunya tidak cukup. Perjalanan zaman membuat pula "social environment" berkembang. Oleh sebab itu prestasi pun harus berkembang dari waktu ke waktu sehingga seseorang senantiasa dalam posisi "kini lebih baik". Ibarat perjalanan, prestasi berawal dengan pertanyaan untuk diri sendiri ; siapa saya, dimana saya, hendak kemana saya, bagaimana caranya agar sampai kesana.

SIAPA SAYA?

Alangkah sulitnya seseorang yang ingin berkembang tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Untuk itu jurnal kehidupan senantiasa harus diikuti, neraca kehidupan senantiasa harus dibuat. Dengan introspeksi, dengan retrospeksi. Seberapa luas ilmu pengetahuan kita miliki? Seberapa terampilkah kita bekerja? Sepositif apakah kepribadian kita? Pengenalan diri sendiri dan kesadaran akan kekuatan serta kelemahan sendiri merupakan modal utama seseorang untuk bisa melakukan pengembangan diri. Tidak pula bisa dianggap sepele adalah pengenalan seseorang dari atau oleh orang lain yang harus dimanfaatkan sebagai 'feed-back' bagi koreksi akan hal-hal yang tidak baik pada diri kita.

DIMANA SAYA?

Seseorang hidup di tengah-tengah masyarakat, tidak terlepas dari interaksi antar berbagai aspek kepentingan baik manusia yang memiliki kepribadian berbeda-beda., dengan teman sekerja, lembaga / perusahaan dimana kita bekerja, masyarakat, bahkan sistem kerja yang saling interaksi secara global. Seseorang selalu berada di tengah-tengah berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Oleh sebab itu dimana letak posisi seseorang dalam interaksi organisasi, apa statusnya, harus disadari sebagai awal pijak perjalanan prestasi yang panjang.


HENDAK KEMANA SAYA?

Tujuan hidup hendaklah jelas. Clear Goal in Life kata sebagian orang. Bekerja sebagai usaha mewujudkan tujuan hidup haruslah jelas juga.Buat apa kita bekerja? Puaskah kita dengan kondisi sekarang? Atau kita ingin berkembang? Kemana kita akan menuju? Menentukan tujuan dengan jelas merupakan motivasi yang akan menggerakkan kita. Seberapa kuat (strength) kita, apa saja kelemahan (weakness) kita. Apabila sudah kita ketahui, dinamika interaksi sosial banyak menawarkan peluang (opportunities). Bahwa kita bisa menggapai kesempatan, adalah tergantung kesiapan kita. Adakah itu? Di samping itu harus diwaspadai pula bahwa di dalam berbagai kesempatan, ada juga ancaman -ancaman (threats) yang bisa membuat tujuan kita gagal.

BAGAIMANA CARANYA?

Dibumbuhi oleh semangat (enthusiasm), seseorang harus mencapai prestasinya. Untuk itu dalam pelaksanaannya haruslah berbahasa prestasi, bermotif prestasi (achievement motive orieented). Pada diri seseorang, motif prestasi bisa dikembangkan. Kebiasaan mengetahui apa yang dilakukan, senantiasa ingin mencapai hal yang lebih baik dari waktu sebelumnya, membandingkan antara hasil dan resiko-resiko, akan membawa seseorang kepada peningkatan motif prestasi yang semakin tinggi. Akhirnya secara naluriah pada diri seseorang akan terbentuk jiwa yang selalu ingin berprestasi. Seiring perjalanan hidupnya, tampillah suatu sosok jati diri yang mencerminkan kepribadian yang positif,yang bisa filling-nya mempercepat pemilihan antara kegiatan yang berguna bagi prestasinya dengan yang tidak. Dan kata tanya yang tepat untuk ini adalah di dalam kita berkegiatan atau bekerja, selalu ada pertanyaan kepada diri sendiri kenapa tidak yang terbaik yang aku lakukan?


PRESTASI, TERMINAL DARI TUJUAN

Individu adalah bagian dari institusi. Apabiia individu-individu berkembang, berkembang pulalah institusi, demikian sebaliknya. Dan apabila institusi berkembang, celah dan kesempatan semakin banyak, yang bisa kita tangkap semakin banyak pula kemungkinannya. Secara umum, "performance" kita akan saling terkait dengan performance institusi dimana kita bekerja. Oleh sebab itu bagi yang memahami alur pemikiran ini tak ada pilihan kecuali mengejar prestasi dengan bekerja sebaik-baiknya, sebab jalan kearah pencapaian tujuan semakin terbuka.

Pada akhirnya seiring perjalanan umur, sampailah kita di terminal tujuan hidup kita, di puncak karir dan bolehlah kita menghela nafas panjang sambil berucap: "Alhamdulillah, aku menjadi sebaik-baik diriku. Alhamdulillah tidak sia-sia hidupku,".

Sumber: Majalah Human Capital No. 13 | April 2005

Minggu, 22 Juni 2008

AUDIT LANGKAH


Saatnya Mengaudit Langkah
Oleh: Ubaydillah, AN
Jakarta, 6 Januari
2006

Hidup adalah sebuah pilihan
Jika hingga detik ini Anda merasa sudah berusaha kemana-mana, sudah mengerahkan segala daya upaya yang paling optimum menurut perasaan Anda, sudah berdo’a dengan redaksi yang paling hebat, sudah menghubungi siapa saja yang menurut Anda pantas dihubungi, dan ternyata hasilnya masih jauh dari yang Anda inginkan, atau bahkan sama sekali tak match, maka ada satu hal yang penting untuk dihindari dan ada satu hal yang perlu untuk dilakukan.

Satu hal yang penting untuk dihindari adalah membiarkan diri kita larut, hanyut, dan tenggelam ke dalam kesedihan meratapi nasib yang menurut perasaan kita “kok jauhnya minta ampun banget” dengan impian kita. Alasan yang perlu kita sederhanakan antara lain bahwa selain bukan hanya kita seorang saja di dunia ini yang merasakan perasaan demikian, munculnya “bad-surprise” dalam nasib kita itu adalah sesuatu yang diizinkan Tuhan untuk ada di muka bumi ini.

Karena atas izin-Nya, maka ia ada dan terjadi bukan untuk sebuah kesia-sian belaka, melainkan ada kegunaan yang bisa dimanfaatkan, meskipun harus diakui bahwa menurut perspektif manusia, tentulah tidak ada dari kita yang menginginkannya; tidak ada yang ingin merasakannya; dan tidak ada yang ingin mengalaminya, selain juga tidak boleh mengharapkannya.

Lantas apa kegunaan itu? Sampai pada tahap ini, sering sekali kita melupakan satu hal bahwa yang dipersilahkan untuk memilih kegunaan tertentu itu adalah kita, bukan malah balik bertanya kepada dunia tentang apa gunanya atau malah memasang sikap apatis yang menolak untuk menggali kegunaan selain yang sudah kita rasakan. Penderitaan itu memang membuat manusia menderita, upset, hopeless, distress, frustasi, dan seterusnya, tetapi soal untuk apa itu akan kita gunakan, adalah pure pilihan kita.

Semua itu pilihan kita, mau digunakan untuk menghancurkan diri, atau untuk pembangkit energi. Mau dijadikan racun, atau dijadikan obat – meski obat seringkali pahit rasanya. Mau dijadikan bencana atau mau dijadikan lentera – pencerahan jalan hidup. Semua balik lagi terserah pilihan kita, manusia.

Satu hal lain lagi yang perlu kita ingat bahwa tentu saja untuk mengusahakan dan mewujudkan kegunaan positif itu lebih sulit dari pada memilih kegunaan yang negatif. Dunia ini mengajarkan bahwa untuk mendapatkan hal-hal positif, dibutuhkan inisiatif sementara untuk mendapatkan hal-hal negatif hanya dibutuhkan pengabaian dan membiarkan. Tetapi di sisi lain, dunia juga mengajarkan bahwa untuk berinisiatif, biasanya beban yang ditanggung satu ons tetapi dengan mengabaikan, beban yang kita tanggung bisa kelak menjadi satu ton.

Defining Moment
Satu dari sekian kegunaan positif yang sudah dipilih oleh orang-orang positif di dunia ini adalah menjadikan hal-hal buruk yang tidak diinginkannya sebagai ”defining moment”. Artinya, penderitaan yang dialami, entah itu besar atau kecil, dadakan atau berkepanjangan, dijadikan dorongan yang benar-benar tepat (pil) untuk melakukan perubahan, perbaikan, audit, dan seterusnya. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai moment untuk menaikkan standar prestasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam kaitan dengan pembahasan kita kali ini, mungkin kita perlu menjadikan kenyataan buruk yang kita alami sebagai moment untuk meng-audit hal-hal berikut:

1. Sasaran yang kita tetapkan
Termasuk dalam cakupan sasaran di sini antara lain: cita-cita, keinginan, tujuan, target, dan seterusnya. Mengapa sasaran yang perlu diaudit? Jika kita tidak punya sasaran, ibaratnya seperti orang bingung sedang jalan-jalan. Jika kita punya sasaran tetapi telalu tinggi menurut ukuran riil kita, kegoncangan akan muncul. Jika kita turunkan terlalu rendah menurut ukuran riil kita, maka kemandekan mengancam.

Supaya kegoncangan yang kita alami tidak berkepanjangan, maka sasaran yang sudah kita teorikan di kepala perlu diaudit, entah itu diturunkan sementara, diperbaiki, diperjelas, dipendekkan, di-spesifik-kan, berdasarkan keadaan-diri kita pada hari ini. Meskipun ini tidak mengubah kenyataan buruk sedikit pun, tetapi kegoncangan batin yang kita alami sudah kita datangkan obatnya.

2. Cara, strategi, kebiasaan yang kita pakai
Hal lain yang perlu diaudit adalah cara, strategi atau seperangkat kebiasaan yang biasa kita gunakan selama ini untuk meraih sasaran yang kita inginkan dan ternyata masih gagal. Menurut hasil renungan Napoleon Hill, kebanyakan kita gagal usahanya bukan karena kita tidak mampu mewujudkan keberhasilan yang kita inginkan, melainkan karena kita mempertahankan satu cara yang sudah jelas-jelas gagal di lapangan.

Bahkan jika dilihat dari penjelasan firman Tuhan kepada kita semua, mempertahankan cara atau strategi yang sudah nyata-nyata gagal dan menolak untuk mengais cara lain, termasuk bukti dari keputusasaan kita terhadap rahmat-Nya, yang dalam bahasa agama sering disebut sesat atau gelap. Karena itu, yang diperintahkan kepada kita adalah meyakini adanya pintu lain yang sudah terbuka jika kita mendapati satu pintu yang tertutup. Sayangnya, terkadang kita terlalu lama memandangi pintu yang sudah nyata-nyata tertutup sehingga kita gagal menemukan pintu lain yang sudah terbuka.

Cara, strategi atau kebiasaan yang perlu diaudit, bukan semata yang dalam bentuk fisik, melainkan yang lebih penting lagi, adalah cara berpikir, strategi berpikir, kebiasaan berpikir atau sesuatu yang ada di dalam batin kita. Jim Rohn berpesan: “Semua yang ada di luar dirimu akan berubah jika kamu mengubah dirimu.” Hal ini karena semua kreasi fisik, entah itu tindakan atau hasil tindakan, awalnya diciptakan dari dalam batin kita (kreasi mental). Tindakan yang jitu lahir dari pikiran yang jitu, tindakan yang masih meleset lahir dari pikiran yang belum pas, kira-kira begitulah.

3. Orang, lingkungan atau jaringan yang kita masuki
Jika dalam bisnis perumahan ada kata pusaka yaitu: lokasi, lokasi, dan lokasi, maka dalam meng-audit langkah atau mengubah nasib kita, mungkin kata pusaka itu perlu diganti menjadi: orang, orang dan orang. Orang, lingkungan dan jaringan yang kita masuki, memang tidak membuat / mengubah kita menjadi apapun tetapi jika kita ingin mengubah diri dalam arti yang luas, maka ini perlu mengubah jaringan orang yang kita kenal, entah dengan cara menambah, mengurangi, memperluas, memperdalam hubungan, dan lain-lain.

Dengan mengubah jaringan orang yang kita kenal, maka ini akan menciptakan jalan bagi perubahan pola berpikir, strategi, kepercayaan, kebiasaan, pengetahuan, metode, dan seterusnya. Mungkin, saking pentingnya peranan orang itu bagi kita, sampai-sampai ahli filsafat bisnis Amerika, Jim Rohn, mengatakan: “Jika buku yang anda baca dan orang yang anda ajak bergaul sama, maka dalam lima tahun ke depan, kemungkinan besar nasib anda masih sama.”

Untuk mengubahnya, sudah pasti membutuhkan modal, tetapi modal di sini tidak mutlak identik dengan uang yang banyak atau sejumlah modal yang saat ini tidak ada di tangan kita. Prakteknya sering membuktikan bahwa orang yang perlu masuk dalam daftar “jaringan” itu sudah disediakan Tuhan di sekeliling kita tetapi selama ini jarang kita perhatikan, jarang kita bedakan, jarang kita telaah, dan jarang kita gali.

Menjaga 3K
Menjalani hidup memang berbeda seribu derajat dengan membahas kehidupan. Dalam membahas kehidupan seperti dalam tulisan ini, enak saja kita mengganti, mengubah dan meng-audit langkah sekehendak kita, tetapi dalam menjalani, tentu saja tidak bisa kita meng-audit dan mengubah sekehendak kita. Hemat saya, ada sedikitnya tiga hal yang perlu dijaga seiring dengan keputusan kita untuk meng-audit dan memperbaharui langkah, yaitu:

1. Kebutuhan
Kata orang yang sudah sering kita dengar, kebutuhan itu tidak mengenal kata nanti, bahkan ampun pun tidak. Ungkapan lain mengatakan bahwa lebih enak ngomong sama orang yang marah ketimbang ngomong sama orang yang lapar. Ini semua menunjukkan bahwa kebutuhan itu tidak bisa diganggu-gugat dan karena itu, agenda apapun yang akan kita jalankan, hendaknya jangan sampai menganggu aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan. Atau dengan kata lain, hendaknya kita tetap menjalankan aktivitas yang sasarannya untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak bisa diganggu-gugat di tengah-tengah kesibukan kita memikirkan tiga hal yang perlu diaudit di atas. Jika kebutuhan ini terancam, maka kita semua sudah tahu akibatnya.

2. Keinginan
Meskipun kebutuhan itu tidak mengenal ampun dan kata nanti, tetapi jika pikiran ini terlalu kita fokuskan hanya untuk kebutuhan, hanya apa adanya, tanpa visi, tanpa imajinasi, tanpa cita-cita, tanpa keinginan, maka Mohamad Ali mengibaratkan seperti seandainya bumi ini tanpa langit: kering dan gelap. Marylin King, mantan seorang atlet, menyimpulkan:

“ Astronot, atlet dan eksekutif perusahaan memiliki tiga hal kembar. Mereka punya sesuatu yang sangat berarti bagi mereka; sesuat yang benar-benar ingin mereka lakukan. Kami menyebutnya gairah. Mereka memandang tujuan dengan sangat jelas dan mengimajinasikannya secara ajaib sehingga tampak begitu kuat dan mereka membayangkan dirinya menapaki langkah-langkah kecil dalam perjalanan menuju tujuan itu. Kami menyebutnya visi. Akhirnya mereka melakukan sesuatu setiap hari, sesuai dengan rencana yang akan membawa mereka selangkah lebih dekat ke mimpi mereka. Kami menyebutnya aksi.”

Artinya, selain kita perlu memprogam aktivitas yang sasarannya kebutuhan, kita pun perlu memprogram aktivitas yang sasarannya adalah mewujudkan keinginan (visi, cita-cita, dst) yang belum terwujud atau beru terwujud sebagian, agar tidak kering dan gelap (demotivator dan apatis), seperti bagaikan bumi tanpa langit, bagaikan burung tanpa sayap, bagaikan mobil yang rodanya terpendam lumpur “kebutuhan”.

3. Kelancaran
Tak cukup sepertinya jika kita hanya memprogram aktivitas yang kita lakukan hari ini semata untuk sasaran kebutuhan dan keinginan. Ada satu hal lain yang perlu kita programkan, yaitu mengatasi masalah-masalah, entah itu tehnis, hubungan, dan lain-lain yang kedatangannya tidak diundang. Membiarkan masalah, bukan berarti menghilangkan masalah.Tetapi jika kita mengerahkan seluruh pikiran dan aktivitas kita hanya untuk mengurusi masalah, maka keinginan dan kebutuhan kita akan yatim, yang juga masalah.

Jadi, menurut nasehat Anthony Robbins, gunakan 10 % saja untuk memikirkan masalah (what and why), lalu gunakan sisanya untuk memikirkan pemecahan masalah (how). Tenggelam dalam memikirkan masalah, justru malah akan membuat kita bermasalah. Nasehat lain bisa kita dengarkan dari Brian Tracy, seorang konsultan SDM, yang mengatakan: “bukan dimana saat ini kita berada; yang menentukan kita, melainkan ke mana langkah ini akan kita gerakkan.” Masalah tidak membuat kita keman-mana tetapi apa yang akan kita lakukan terhadap masalah itu akan menentukan di manan nanti kita berada.

Dengan belajar menjalani tiga hal di atas, minimal kita tidak perlu bertengkar dengan kenyataan yang ada di hadapan kita, pun juga kita tidak tenggelam di dalam kenyataan itu, serta tidak terhanyut ke dalam memikirkan masalah siang dan malam. Sekali lagi perlu kita ingat, ini baru membahas kehidupan, belum masalah menjalani kehidupan. Selamat menjalankan.

Jumat, 20 Juni 2008

REZEKI BAROKAH


Monday, August 20, 2007
Rezeki yang Barokah
Pada dasarnya manusia tidak memiliki apa-apa, ia dilahirkan kedunia tanpa seutas kain pun menutupi tubuhnya, melalui perantaan orang tuanyalah Allah lalu memberikan pakaian, memberi makanan, dan memberikannya penghidupan.

Saat sang manusia, beranjak dewasa dan mampu mencari penghidupan secara mandiri, sedikit demi sedikit Allah memberi dari bagiannya.
Dalam masalah rezeki, Allah tidak memandang siapa yang di beri. Di berikan kepada semua manusia yang berusaha.

Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menggapai jatah rezekinya tersebut, dari yang bekerja kepada orang lain hingga berusaha secara mandiri.

Sebagai hamba kita harus meyakini bahwa nafas yang kita hirup, kesehatan, kesempatan, waktu luang dan ilmu pengetahuan yang dengannya kita beraktifitas, itu semua adalah rezeki dari Allah, yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya.

Selain rezeki yang bersifat gratis diatas, masih ada rezeki lain yang harus kita gapai dengan usaha. Sejauh mana kita melompat maka sejauh itu pula yang kita dapat. Kegigihan dan keuletan kita dalam meraih, sebanding dengan rezeki ( baca : amanah) yang akan Allah berikan.

Pada dasarnya manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah. Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.

Menjadi hak Allah untuk memberikan berapa banyak kepada manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak amanah.

Harta yang saat ini berada dalam kekuasaan kita sebenarnya adalah milik Allah, harta itu bukan milik kita, terserah kepada Allah kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak maka Allah yang akan menyalurkan (bisa secara paksa!).

Uang yang saat ini ada di kantong kita bisa jadi adalah milik pedagang kain dimana kita berbelanja, milik seorang pengemis yang bersimpuh di perempatan lampu merah, atau bahkan uang tersebut adalah mllik pencopet yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.

Yang sebenarnya menjadi milik kita adalah uang yang kita sedekahkan, karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat nanti, sedangkan tabungan yang tersebar di bank-bank di dunia ini masih misteri milik siapakah harta tersebut.

Betapa banyak kisah mengharukan bertabur hikmah yang ada di depan mata, bagaimana seorang yang kaya raya kehilangan seluruh harta kekayaannya hanya karena penyakit yang dideritanya, atau bagaimana kita tidak memetik pelajaran kepada manusia yang kehilangan harta yang di kumpulkan selama puluhan tahun, dalam hitungan detik hilang begitu saja tersapu dahsyatnya tsunami !.,

Tidak ada alasan bagi kita untuk bersombong dengan harta yang ada, justru kita harus sedih apabila masih banyak hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Ingat, dari harta yang ada pada kita, sebagiannya adalah milik orang lain dan kita wajib menunaikannya kepada yang memang berhak, atau menunggu Allah yang akan menunaikannya.

Salah satu ciri orang yang beriman adalah ia berbahagia dan bersyukur kepada Allah apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya, akan menjadi setitik nila pada susu sebelanga. Naudzubillah mindzalik.

Dalam sejarah tidak pernah di temukan ada orang ynag gemar berinfak lalu jatuh miskin, justru bila kita rajin bersedekah maka itu akan membuat Allah makin percaya kepada kita dengan terus menambah kran-kran rezeki dari jalan yang tidak terduga sebelumnya.

Apabila kita memahami konsep rezeki, maka kita akan ikhlas dengan apa yang Allah berikan. Dengan harta yang ada pada orang lain, itu adalah urusan dia dengan Allah, tidak pada tempatnya kita memikirkan harta orang lain, apalagi bila kita dengki. Cukuplah keyakinan bahwa masing-masing kita sudah memiliki takaran kekayaan dari Allah.

Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.

Bagaimanapun cara kita mengapai rezeki yang sudah Allah takar buat kita, maka itu pula yang akan kita dapatkan, karena memang setiap kita sudah memiliki sejumlah rezeki yang di tentukan. Apapun cara kita mengambilnya maka itu akan mengurangi jatah kita masing-masing.

Apabila kita mengambil harta yang sudah di janjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.

Namun apabila kita mengambilnya dengan cara yang curang, maka harta itu hanya akan menyengsarakan, menjadi sumber permasalahan. Karena setiap rupiah yang kita nafkahkan buat anak dan istri akan berimplikasi buat masa depan. apalah arti kakayaan apabila tiada ketenangan dalam keluarga.

Tiada kebahagiaan bagi hamba yang menggapai rezekinya dengan cara yang tidak sah, karena hal tersebut akan membawa bencana tiada bertepi. Memang secara materi kita punya, namun hati terasa gersang karena nurani yang halus sudah kita campakkan.

Ketidakberkahan harta tersebut akan membawa kedukaan yang tidak berkesudahan, dari ketidak harmonisan keluarga hingga penyakit yang terus mendera. Kesemua itu akan membawa kegelisahan tiada akhir, hingga kita bertobat dan menunaikan hak orang yang kita rampas.

Adapun orang yang bermalas-malasan sama saja dengan sorang yang sudah di janjikan sebuah hadiah di ujung jalan, namun tidak mau berjalan untuk mengambilnya. Tiada sedikitpun usaha untuk mengapainya. Padahal diakherat nanti kita akan di tanya dengan apa yang kita miliki, mengapa kita tidak memaksimalkan fungsi segala yang Allah berikan, mengapa kita tidak menggunakan tangan kaki kita untuk bekerja keras, mengapa tidak kita gunakan akal kita untuk bekerja cerdas ?.

Sekali lagi perlu di tegaskan disini bahwa semua yang kita miliki itu adalah milik Allah, dan Allah menitipkan sebagian harta yang berada di genggaman kita tersebut untuk kemaslahatan orang lain. Diperlukan cara yang ahsan untuk menjemputnya dan diperlukan cara yang bijaksana untuk menyalurkan kepada orang lain, maka niscya Allah akan melipatgandakan harta yang sudah kita infaqkan tersebut hingga tujuh ratus kali lipat bahkan lebih.

Anda mau kaya? Maka bersedekahlah…..
dikutip dari: http://widoyo2016.blogspot.com

RENUNGAN KISAH


Akhir Cerita Si Belang, Si Botak, dan Si Buta
oleh :Ainulkhalis
Monday, 19 May 2008

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang belang, botak, dan buta. Allah bermaksud menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat kepada mereka.


Malaikat itu datang kepada Si Belang dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?'
Si Belang menjawab, 'Saya menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku.'
Maka, malaikat itu lantas mengusap Si Belang. Seketika itu hilanglah penyakit yang menjijikkan itu serta ia diberi paras yang tampan dan kulit yang bagus.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Belang menjawab, 'Unta (atau ia mengatakan sapi).'
Kemudian, ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata, 'Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang engkau terima.

Kemudian, malaikat itu datang kepada Si Botak dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?'
Si Botak menjawab, 'Rambut yang rapi dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini.'
Malaikat lantas mengusap Si Botak dan seketika hilanglah penyakit dan tumbuh rambut yang rapi sebagai gantinya.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Botak menjawab, 'Sapi.' Kemudian ia diberi sapi yang sedang bunting, dan malaikat tadi berkata, ''Semoga Allah memberi berkah dan rahmat atas apa yang engkau terima.'

Kemudian, malaikat itu datang kepada Si Buta dan bertanya, 'Apakah sesuatu yang paling engkau inginkan?'
Si Buta menjawab, 'Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang. Malaikat lantas mengusap Si Buta dan Allah mengembalikan penglihatannya.
Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apakah yang paling engkau senangi?'
Si Buta menjawab, 'Kambing.' Kemudian, ia diberi kambing yang sedang bunting.

Lama kelamaan unta, sapi, kambing yang telah diberikan kepada ketiga orang tersebut berkembang biak, dan unta tersebut memenuhi satu lapangan, begitu pula sapi dan kambing. Pada suatu waktu malaikat datang kepada Si Belang dan menyamar sebagai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan Si Belang pada awalnya sambil berkata, 'Saya adalah seorang miskin dan telah kehabisan bekal di tengah perjalanan ini, dan sampai hari ini tidak ada harapanku kecuali hanya kepada Allah, kemudian kepadamu. Saya benar-benar meminta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan, saya meminta kepadamu seekor unta untuk bekal melanjutkan perjalanan saya.'
Si Belang menjawab, 'Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak dan saya tidak bisa memberi bekal apa-apa.'
Malaikat itu berkata, 'Kalau tidak salah saya pernah kenal denganmu, bukankah kamu dulu orang yang mempunyai sakit belang dan orang-orang jijik kepadamu, dan bukankah kamu dulu orang yang miskin, lalu Allah memberi rahmat kepadamu?'
Si Belang berkata, 'Sesungguhnya saya mempunyai harta kekayaan ini dari nenek moyang.'
Malaikat berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'

Kemudian, malaikat datang kepada Si Botak dengan menyerupai orang yang berpenyakit botak seperti keadaan Si Botak waktu itu, dan berkata seperti apa yang dikatakannya kepada Si Belang. Si Botak juga menjawab seperti Si Belang, kemudian malaikat itu berkata, 'Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaanmu semula.'

Malaikat melanjutkan perjalanannya ke tempat Si Buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan Si Buta waktu itu, dan berkata, 'Saya adalah orang yang miskin, saya telah kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan ini dan tidak ada lagi harapanku kecuali kepada Allah, kemudian kepadamu. Saya benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, yaitu saya meminta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan saya.'
Si Buta menjawab, 'Saya dulu adalah orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya, dan dulu saya orang miskin, kemudian Allah memberi kekayaan seperti ini. Maka, ambillah apa yang kamu inginkan. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah.'
Malaikat itu berkata, 'Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha terhadap kamu dan Allah telah memurkai kepada kedua kawanmu'." (HR Bukhari dan Muslim).

Dari ketiga orang yang mendapatkan ujian dari Allah SWT itu, akhirnya hanya satu yang lulus menghadapi ujian dari Allah SWT. Adapun yang dua orang tidak lulus. Keduanya itu ialah Si Belang dan Si Botak. Keduanya tidak bersyukur setelah diberi kekayaan yang melimpah dan kesembuhan dari segala penyakitnya. Keduanya lupa bahwa awalnya tidak lain adalah orang-orang yang hidupnya sering dilecehkan dalam kehidupan bermasyarakat karena penyakit yang dideritanya. Kemudian, setelah sembuh dari penyakitnya dan harta mulai mendekatinya hingga menjadi orang yang kaya raya, mereka lupa kepada Allah SWT. Keduanya kikir atas hartanya yang melimpah ruah itu. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang datang meminta pertolongan itu memiliki doa yang sangat makbul. Ketika mereka tidak mamu menolongnya, keluarlah doa dari orang yang meminta pertolongan itu, yang tidak lain adalah malaikat yang diutus oleh Allah. Doa dari malaikat yang menyamar itu makbul, dan akhirnya kedua orang yang diuji itu menjadi seperti semula: berpenyakitan dan jatuh dalam kemiskinan.

Yang lulus menghadapi ujian ialah Si Buta, orang yang dengan pertolongan Allah SWT kemudian menjadi tidak buta dan diberi harta kekayaan yang melimpah. Meski sudah berubah, ia tetap bersyukur kepada Allah dan mau membantu sesama orang yang sedang kesulitan. Terbukti ketika Allah SWT mengujinya dengan didatangi malaikat yang menyamar menjadi manusia yang lemah dan meminta tolong, ia mau menolongnya dengan ikhlas karena Allah semata.

Oleh: Ainulkholis
Terakhir kali diperbaharui ( Monday, 19 May 2008 )

Kisah Sukses -

Lance Armstrong
Oleh : Team Andriewongso.com

Tentu para sahabat sudah mengetahui Tour de France, bukan? Jika Anda tahu ajang balap ini, maka Anda juga pasti sangat mengenal sosok bernama Lance Armstrong. Ya, Lance merupakan juara tujuh kali berturut-turut Tour de France dari tahun 1999-2005. Tapi, bukan soal prestasinya itu saja yang hebat. Perjuangannya melawan penyakit yang mematikan-kanker-dan bahkan divonis tak kan sembuh, justru menjadi sebuah prestasi yang jauh lebih luar biasa pria asal Texas Amerika ini.

Kiprah Lance Edward Gunderson di dunia balap sepeda penuh dengan liku-liku. Pada awal tahun 1990-an, Lance memasuki dunia balap profesional. Awal jadi pembalap profesional, ia tertinggal jauh di belakang sang juara. Lance terpaut hingga 27 menit di belakang sang juara pertama. Sungguh, permulaan yang kurang berkesan bagi Lance. Namun, karena kekalahan itulah, ia justru terpacu untuk memberi porsi latihan melebihi yang biasa dilakukannya. Ia bertekad untuk memperbaiki catatan waktunya.

Satu-satunya yang ada di benak Lance adalah bagaimana bisa mencapai kemenangan. Dengan gigih ia berlatih untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ia selalu kritis menganalisis setiap kegagalan yang dialaminya. Kegagalannya dijadikan pelajaran berharga bagi dirinya. Porsi latihan terus ditambahnya sendiri sehingga ia bisa terus meningkatkan kemampuannya. Usaha itu segera berbuah manis. Tahun 1993 Lance berhasil mencatat kemenangan di beberapa turnamen balap sepeda.

Sayang, di tengah perjalanan mencapai puncak karier, ayah dari tiga anak ini harus menerima kenyataan yang tidak menyenangkan. Lance divonis menderita kanker testis. Dan, parahnya, penyakit itu didiagnosis sudah menjalar hingga ke paru-paru dan otaknya. Harapan memperoleh kesembuhan menurut dokternya sangat tipis. Tapi, sebagai seorang pria bermental juara, Lance tak menyerah. Ia tak patah semangat dan segera menjalani berbagai operasi dan kemoterapi untuk menyelamatkan hidup dan kariernya.

Harapannya untuk sembuh sangat besar. Lance bertekad ingin menjadi juara sejati, dalam dunia balap sepeda dan untuk mengatasi penyakitnya. Tentu, keinginan tersebut sempat diragukan banyak orang. Sebab, untuk menjadi juara, seorang atlet butuh stamina prima, sedangkan Lance justru sedang dalam kondisi kritis. Namun, ia tidak peduli apa penilaian orang lain.

Terbukti kerja kerasnya berbuah manis. Setelah perjuangannya melawan kanker berhasil diatasinya-hanya berselang 18 minggu kemudian-Lance berhasil menjuarai Tour de France untuk kali pertama, yakni pada tahun 1999.

Menurut Lance, penyakit kanker tersebut telah banyak memberikan pelajaran berharga bagi hidupnya. Dukungan dari keluarga, teman, dan orang-orang disekitarnya menjadikan dirinya tegar untuk melawan penyakit, sekaligus untuk meraih impiannya menjadi juara Tour de France.

Ajang balap Tour De France pada tahun 2005 menjadi ajang balap sepeda terakhir baginya. Namun, itu tak berarti ia pensiun dari olahraga yang membesarkan namanya. Lance bertekad menularkan semangat juaranya kepada generasi muda dengan mengadakan Lance Armstrong Junior Olympic Series. Ia membimbing atlet-atlet muda berbakat agar bisa meraih prestasi internasional. Selain itu, Lance juga ingin berbagi dengan para penderita kanker lainnya dengan menjadi pembicara di berbagai acara. Ia mendirikan Lance Aemstrong Foundation, sebuah lembaga non-profit yang didedikasikan untuk para penderita kanker.

Karier yang dirintis selama 14 tahun oleh Lance berbuah sangat manis. Tujuh gelar juara berurut-turut di ajang Tour de France dibukukan olehnya. Penyakit kanker yang dideritanya dijadikan pengalaman hidup yang paling berharga. Tidak menyerah pada keadaan membuat dirinya mampu bertahan dan melewati berbagai rintangan untuk meraih gelar juara. Inilah gambaran mental seorang juara sejati yang patut kita jadikan contoh nyata untuk meraih kemenangan dalam kehidupan.

Kamis, 05 Juni 2008

JANGAN MENGELUH

Jangan selau mengeluh karena melihat sesuatu selalu dari sisi negatifnya
Don’t keep complaining just because you always see things from the dark side

Alkisah , ada sebuah biara yang mempunyai aturan ketat. Setelah bersumpah untuk berdiam diri, tanpa mengucapkan kata apapun, tidak seorang pun yang boleh berbicara dii biara tersebut. Akan tetapi setelah sepuluh tahun baru mereka boleh bicara, namun dua patah kata aja.

Setelah lebih dari sepuluh tahun pertama seorang Rahib datang ke rahib senior.”Sudah sepuluh tahun Anda berada di sini, apa dua patah kata yang hendak Anda sampaikan?” tanya rahib kepala.

‘Kasur keras”, katanya
‘Saya tahu” kata rahib senior

Sepuluh tahun kedua rahib tersebut pergi kekantor rahib senior.”Apa yang hendak anda sampaikan kisanak? Tapi hanya dua patah kata”
Katanya ‘Makanan bau”,

Sepuluh tahun ketiga kejadian terulang lagi, dan Rahib senior b rtanya “ APa katamu kini nak?”

‘Saya Keluar”, katanya

‘ Saya paham nak”, kata rahib senior,yang kamu lakukan hanya mengeluh.

Pesan:
Jangan hanya mengeluh lihat sisi positif lainnya dan lihatlah hidup dengan seimbang karena kita tidak disenangi teman dan seolah olah tidak bisa berbuat apa-apa dalam hidup ini.

Jangan buru buru

Tergesa-gesa tidaklah produktif
Haste makes waste

Seorang murid bela diri kungfu pergi menemui gurunya dan berkata dengan semangat: “ Saya siap mencurahkan waktu dan pikiran untuk mempelajari system beladiri anda. Berapa lama lagi saya untuk menguasainya?”

Guru Beladiri itu menjawab sambil berlalu: “Sepuluh Tahun.”

Dengan tidak sabar, murid itu menjawab:” Tetapi saya mau menguasainya lebih cepat daripada itu. Saya akan bekerja dengan sangat keras. Saya akan berlatih setiap hari, sepuluh jam atau lebih bila perlu. Berapa lama bagi saya untuk menguasainya?”

Guru itu menjawab : “Dua puluh tahun”

PESAN

Dalam hidup , kita seharusnya memusatkan perhatian pada hal-hal yang bermanfaat. Kalau memusatkan perhatian pada sisi-sisi yang salah, usaha kita akan sia-sia. Kita akan membuang waktu dan tidak fokus.Untuk menguasai sebuah ilmu pembelajaran harus difokuskan kepada teknik, metode, dan teori, bukan pada waktu akan menguasainya. Fokus diri untuk menguasainya adalah salah karena tidak efektif dan efisien.

TUNTUTLAH ILMU SAMPAI KE NEGERI CHINA

Jangan Menilai Buku dari kulitnya
Don't Judge a book by its cover
(Dari Buku Simplify Your Life With Zen)

Alkisah ada seorang suci yang tinggal di sebuah gubuk dipuncak gunung. Seorang penduduk dari desa terdekat hendak bertemu dengan orang suci tersebut. Untuk itu, ia harus menempuh perjalanan yang sulit.

Sesampainya di depan rumah si orang suci, ia melihat pelayan tua menyambutnya di depan pintu.”Saya ingin bertemu dengan orang bijaksana nan suci yang tinggal disini,” kata orang tersebut.

Pelayan tersebut tersenyum dan mengantarnya masuk kerumah. Selagi mereka memasuki rumah orang desa itu ingin sekali segera bertemu dengan orang suci itu.Hatinyapun mempersiapkan itu.

Sebelumnya ia berpaling kepada si pelayan.”Tetapi, saya hendak bertemu dengan orang suci itu “ Kata Orang desa itu. Kisanak ‘ Anda sudah bertemu dengan orang itu’.”Setiap orang yang kamu temui lihatlah sebagai orang mereka sebagai orang suci nan bijaksana. Jika Kamu melakukannya, masalah apapun yang kamu bawa ke sini pasti akan terpecahkan.”

Pesan:
Jangan menilai orang dari penampilan fisiknya tetapi lihatlah hati dan kelembutannya karena kita akan tertipu dengan penampilan.