Rabu, 28 Mei 2008

DON'T SWEAT THE SMALL STUFF

DON'T SWEAT THE SMALL STUFF
oleh : Ricard Carlson, Ph.D

Banyak hal dalam hidup ini yang sebenarnya masalah kecil namun kita memperlakukannya sebagai masalah besar.
Dengan tidak memasalahkan masalah kecil jadi besar maka disarankan:
1. Berdamailah dengan ketidak sempurnaan
2. Jangan memotong kalimat orang lain
3. Berbuat baik pada orang lain dan jangan ceritakan pada siapapun mengenainya
4. Jadilah pendengar yang baik
5. Jangan Lupa hidup bukanlah Unit Gawat Darurat
6. Tahan Keinginan untuk cepAT-CEPAT melontarkan kritik
7. Tetaplah merasa nyaman meskipun tidak mengetahui sesuatu hal
8. Berhenti menyalahkan orang
9. Isi hidup dengan rasa kasih dan sayang
10. Percayalah instuisi anda

TAUSHIAH

Taushiah Sesepuh
(ABAH ANOM)

AKHIRAT LEBIH BAIK DARI DUNIA

... Yen dunya teh kudu dipake pikeun bekel di akherat. Pepelakan supaya meunang hasil di akherat. Sing saha nu teu pepelakan di dunya, di akherat moal barang ala. Ari akherat teh dibagi dua. Nu akhir ceuk urang ayeuna. Melak sampeu tina tangkal nu ngan sajeungkal ari akhirna tangkal jadi sadeupa. Aya keur pelakeun deui sapuluh tangkaleun. Tambah deui pucukna bisa diseupan, daunna di ka embekeun. Ari beutina aya puluhna. Naha kurang kumaha ti Pangeran? Ari "Akhir" mah leuwih alus ti batan "mimiti". Akherat teh leuwih alus ti batan dunya... (Pangersa Abah Anom)

(Terjemahan Bebas Indonesia). Hidup dan kehidupan di dunia ini, harus dimanfaatkan untuk bekal kita nanti di akhirat. Jika kita "menanam sesuatu" di dunia ini, itu semua dimaksudkan supaya kita mendapatkan hasilnya di akhirat kelak. Barang siapa yang tidak "menanam" di dunia ini, maka dia tidak akan panen, tidak akan mendapatkan sesuatu di akhirat nanti. Allah Swt. berfirman dalam surat adh-Dhuhaa (93) : 4 : "Walal aakhirotu khoirullaka minal uulaa. Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan".
Contohnya : Menanam pohon singkong yang awalnya/permulaan panjangnya hanya sejengkal maka akhirnya jadi sedepa (selengan) yang bisa ditanam kembali untuk 10 pohon singkong. Selain itu, pucuknya bisa direbus untuk lalapan, daunnya untuk kambing dan tentu saja umbi singkongnya yang banyak untuk kita. Betapa Maha Kasihnya Allah itu. Jadi akhir itu lebih baik daripada awal. Kehidupan Akhirat Lebih Baik daripada Kehidupan Dunia.

Selasa, 27 Mei 2008

AKAL DAN NAFSU


AKAL DAN NAFSU
DIKUTIP DARI MANAQIB PP.SURYALAYA - TASIKMALAYA

Allah Swt. menciptakan akal dan nafsu kemudian memerintahkan keduanya untuk menghadap. Akal ditanya oleh Allah Swt. :"Man ana wa man anta?" (Siapa aku dan siapa kamu). Akal menjawab : "Allaahu robbi". (Allah Tuhanku Yang Maha Gagah Perkasa sedangkan aku hanya ciptaan-Mu yang lemah dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan izin-Mu). Jawaban ini merupakan sikap tawadhu dari akal. Berbeda dengan nafsu ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh Allah, Man ana wa man anta? Jawaban akal adalah : Ana, ana. Anta, anta. (Aku adalah aku dan engkau adalah engkau). Jawaban ini merupakan sebuah sikap takabur (kesombongan) dan egoistis dari sang akal.

Mendengar jawaban dari akal seperti itu, maka Allah mengirimkannya kedalam dua lautan yaitu lautan lapar (bahru ju') dan lautan dzikir (bahru dzikri) lamanya 100 tahun (dalam riwayat lain ada yang menyebutkan 1000 tahun). Ketika dikeluarkan dari lautan lapar, akal masih menjawab dengan jawaban yang sama akhirnya Allah mengirimkannya kedalam lautan dzikir. Setelah itu barulah akal mengakui dan tunduk kepada Allah. Pada bulan Ramadhan ini, kita dilatih untuk menahan haus, menahan lapar, menahan kantuk, menahan pandangan dan hal-hal lainnya yang membatalkan puasa. Disamping itu, pada malam harinya kita jadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat-shalat sunat dan dzikir. Sehingga diharapkan nafsu kita yang jelek (nafsu amarah) bisa dikendalikan, bisa ditundukkan. Dzikir yang dapat menundukkan nafsu tersebut adalah dzikir yang ditanamkan oleh seorang Guru Mursyid yaitu dzikir Jahar dan dzikir Khofi. Mudah-mudahan pada bulan ramadhan ini kita bisa memanfaatkan semua waktunya untuk beribadah kepada Allah. Karena untuk itulah manusia diciptakan.

Manusia itu dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah milik Allah yaitu ruhnya. Apabila ruh sudah dipanggil oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya. Bagian kedua adalah milik manusia itu sendiri. Apabila ia berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada dirinya. Sebaliknya, jika ia berbuat jahat maka kejahatan itu akan kembali kepada dirinya. Dan yang terakhir, manusia itu milik belatung. Badannya apabila ia sudah mati di dalam kubur, maka akan dimakan oleh belatung kecuali badan atau jasmaninya orang-orang yang selalu dzikir kepada Allah sehingga iman dan taqwanya menjadi pelindung dirinya.

PSIKOLOGI UKUWAH




Reaksi Terhadap Kezaliman

Update : 16 / Februari / 2006
Edisi 18 Th. 2-2005M/1426H


Ketika suatu perbuatan dzalim dilakukan seseorang, maka

orang yang didzalimi akan memberikan reaksi yang beragam, antara lain : Ada yang membalas; Ada yang tidak membalas; Dan ada yang mendo’akan kebaikan kepada orang yang mendzalimi. Ketika sedang berjalan, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Lelaki itu bertanya kepadanya letak perkampungan terdekat. Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke pemakaman yang ada di dekat situ sambil berkata, "Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki". Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, "Aku menanyakan letak perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?". Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim. "Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini", gumam Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya. Lelaki itu kemudian pergi.

Kejadian ini di ketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, "Hai lelaki, tahukah kamu maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal". Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. "Aku telah memaafkanmu dan mendoakanmu masuk surga", kata Ibrahim. "Bagaimana mungkin?", seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur heran. "Karena, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah surga. Jadi, tidaklah pantas jika aku masuk surga karena kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana“, jelas Ibrahim bin Adham.

Hal tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Sa’id bin Zaid r.a. salah satu dari sepuluh sahabat Rasul saw. yang dijamin masuk surga. Dari Urwah bin Zubair, bahwa Arwa binti Aus mengadukan Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nafil r.a. kepada Marwan bin Hakam. Ia menuduh Sa’id telah mengambil tanahnya. "Apakah setelah mendengar sabda Rasalullah saw. aku akan mengambil sebagian tanahnya?", kata Sa’id. "Apakah sabda Rasulullah saw. yang kamu dengar?", tanya Marwan. "Aku mendengar Rasullullah saw. Bersabda : “Barang siapa mengambil sejengkal tanah secara dzalim maka ia akan diberi kalung dari tanah itu seberat tujuh lapis bumi”, kata Sa’id. "Setelah mendengar hadis ini aku tidak memerlukan bukti lagi darimu", kata Marwan. Lalu Sa’id berdo’a, "Ya Allah, jika wanita ini berdusta maka butakanlah matanya dan matikanlah ia di tanahnya". 'Urwah berkata, "Wanita itu tidak meninggal kecuali setelah buta kedua matanya. Dan suatu hari ketika sedang berjalan di tanah miliknya ia terjerumus ke dalam sebuah lubang dan mati". (HR Bukhari dan Muslim). Syekh Ibnu Atha’illah As-Syadzili r.a. dalam kitabnya Latha’if Al-Minan menyebutkan, bahwa Ibrahim bin Adham memaafkan seseorang yang memukul kepalanya. Syekh Abu Abbas Al-Mursi r.a. mengatakan, bahwa sikap Sa'id bin Zaid r.a. salah seorang dari 10 sahabat Rasulullah saw. yang telah dijamin masuk surga, yang mendoakan keburukan bagi wanita yang menuduhnya telah mengambil tanahnya tanpa hak adalah lebih sempurna daripada sikap Ibrahim bin Adham yang memaafkan orang yang menyakitinya. Secara umum perbuatan Ibrahim bin Adham lebih baik dan utama. Berbagai dalil syariat juga menganjurkan agar manusia bersifat pema’af, kecuali pada peristiwa yang dialami oleh Sa’id bin Zaid, namun peristiwa seperti ini jarang terjadi dan bersifat khusus. Peristiwa yang terjadi pada diri Sa’id bin Zaid ini serupa dengan peristiwa yang pernah dialami Sa'ad bin Abi Waqqash. Suatu hari seorang warga Kufah menghina kehidupannya dalam beragama dan keteguhannya dalam memegang amanat.

Dari Jabir bin Samurah r.a. beliau berkata, "Penduduk Kufah mengadukan Sa'ad bin Abi Waqqash kepada 'Umar bin Khathab r.a. Umar lalu memecat Sa’ad dan mengangkat ‘Ammar sebagai penggantinya. Penduduk Kufah mengatakan bahwa shalat Sa'ad tidak benar. Umar kemudian memanggil Sa'ad dan berkata, “Hai Abu Ishaq (julukan Sa'ad), penduduk Kufah mengatakan bahwa shalatmu tidak baik!”. Sa'ad menjawab, “Demi Allah, aku mengimami mereka sebagaimana shalatnya Rasulullah saw, tidak sedikit pun aku menguranginya. Pada saat shalat Isya kupanjangkan dua rakaat pertama dan kupendekkan dua rakaat yang lain!”. Umar berkata, "Wahai Abu Ishaq, ketahuilah, begitulah prasangka kami kepadamu". Umar lalu mengirim beberapa utusan untuk pergi bersama Sa'ad ke Kufah. Pada setiap masjid yang dikunjungi, mereka bertanya tentang Sa'ad, dan ternyata mereka semua memuji Sa'ad. Namun, ketika mereka memasuki masjid Bani Abbas, seorang yang bernama Usamah bin Qatadah, bergelar Abu Sa'adah, berdiri dan berkata, "Jika kalian menanyakan tentang Sa’ad, maka ketahuilah bahwa Sa'ad tidak pernah keluar memimpin pasukan dan bila menghukumi tidaklah adil". Sa’ad lalu berkata, “Demi Allah, aku akan mendoakannya dengan tiga hal. Ya Allah, jika hamba-Mu ini berdusta dan jika ia berdiri karena riya' dan sum'ah, maka panjangkanlah umurnya, jadikanlah ia selalu dalam keadaan fakir, dan timpakanlah kepadanya berbagai fitnah”. Usamah bin Qatadah hidup sampai lanjut usia. Jika ditanya, ia berkata, ”Aku adalah lelaki tua yang terkena fitnah karena do’a Sa’ad”. Abdul Malik bin Umar yang merawikan hadis ini dari Jabir bin Samurah dan berkata, “Sungguh aku melihat lelaki itu demikian tuanya sehingga alisnya menutupi kedua matanya. Ia selalu berada di tepi jalan menganggu setiap wanita yang berlalu lalang”. (HR. Bukhari dan Muslim). Sa’ad bin Abu Waqqash dan Sa’ad bin Zaid, adalah dua sahabat yang telah dijamin masuk surga.

Sebenarnya peristiwa semacam ini banyak terjadi dalam kehidupan para sahabat dan tabi’in. Namun, jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sikap pemaaf yang ditunjukkan oleh para Anbiya’ wa Al-Mursalin. Sikap yang benar adalah sebagaimana yang telah kita ketahui. Jika peristiwa tersebut berhubungan dengan harta benda dan kehormatan seseorang, maka memberi ma’af adalah lebih utama. Namun, jika peristiwa yang terjadi berhubungan dengan agama, kehormatan Allah dan hal-hal semacamnya, maka membalas adalah lebih utama. Semua sikap yang diriwayatkan di atas pernah dicontohkan oleh Rasululah saw. dalam ucapan maupun perbuatannya. Setiap orang yang mendalami Sunnah Nabawiyyah tentu mengetahuinya. (An-Nafais Al-Ulluwiyyah : 180-182)











RENUNGAN


MENCARI RIZQI YANG HALAL
Edisi 10 Th. 1-2004M/1425H
dikutip dari al mihrab.com

Rizqi yang telah Allah Swt berikan pada kita baik itu berupa harta benda, kesehatan atau yang lain sesungguhnya semua itu berfungsi sebagai sarana berbakti dan beribadah kepada-Nya. Allah Swt telah memberikan petunjuk atau jalan untuk mencari, menyimpan dan memanfaatkan rizqi yang telah dikaruniakan pada jalan yang diridloi-Nya. Sesungguhnya harta benda adalah fitnah bagi pemiliknya dan sesungguhnya Allah Swt dan Rasul-Nya telah menetapkan jalan yang benar dalam mencarinya dengan adil tanpa berbuat dholim, disamping itu Allah Swt juga telah mensyari’atkan dalam penasarufan (pemanfaatannya) atas jalan yang bermanfa’at bagi agama, dunia, dan akherat. Maka kewajiban kita untuk mengikuti jalan yang telah ditetapkan-Nya agar kita selamat dalam hisab di hari kiamat kelak. Karena orang yang dikaruniai oleh Allah Swt harta-benda akan diberi dua pertanyaan, “Dari mana harta itu diperoleh dan digunakan untuk apa harta tersebut.” Sesungguhnya Allah Swt telah menetapkan jalan untuk mencari ataupun mendapatkan rizqi di atas keadilan dan istiqomah tanpa adanya kedloliman dalam pekerjaannya atas orang lain. Jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat dulu begitu mulia dan terpuji, mereka begitu berhati-hati dalam mencari dan menasarufkan harta bendanya.

Mereka memperhatikan betul haram dan halalnya, dan jika belum jelas statusnya (syubhat) maka mereka akan cepat-cepat meninggalkannya. Dikisahkan pada suatu saat Abu Bakar As-Shiddiq ra menemui budaknya, beliau bertanya, “Apakah ada makanan yang bisa dimakan?” Budaknya menjawab, “Ya ada.” Lalu Abu Bakar langsung memakannya, setelah selesai ia bertanya lagi, “Hai budakku, dari mana kamu dapatkan makanan ini?” Sang budak menjawab, “Aku tadi bertemu dengan seorang jahiliyyah lalu aku meramal dan aku membohonginya dengan ramalan yang baik, setelah itu aku diberi makanan tersebut.” Seketika itu Abu Bakar As Siddiq ra, memasukkan tangan kedalam mulutnya dan memuntahkan semua makanan yang baru ia makan karena ia sudah mengerti bahwa makanan itu jelas haram hukumnya. Contoh kisah tersebut merupakan jalan para sahabat yang amat mulia dan terpuji yang harus diteladani oleh umat sepeninggalnya. Mereka begitu berhati-hati dalam mencari harta benda, dalam makanan maupun minuman, sampai ia mengeluarkan makanan ataupun minuman yang telah ia makan setelah diketahui keharamannya. Sesungguhnya dengan jalan tersebut hidup mereka penuh berkah dan bermanfa’at dan mendapatkan ridlo-Nya. Perbedaan antara umat sekarang dengat umat terdahulu begitu besar.

Jika umat terdahulu mencari dan menasarufkan harta benda dengan jalan yang benar dan mereka tidak segan-segan mengeluarkan makanan dan minuman yang telah masuk kedalam perut setelah mengetahui dengan betul tentang keharamannya, berbeda jauh dengan umat sekarang dalam mencari dan menasarufkan harta benda banyak melakukan kedholiman yang merugikan pihak lain. Apabila seorang pedagang mengatakan kebaikan dalam barang dagangannya, dan menutupi kejelekannya itu termasuk penipuan dan kedholiman yang akan mendapat laknat Allah dan tidak akan diakui oleh Rasulullah sebagai umatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya penipu akan aku keluarkan dari golonganku.” Dalam riwayat lain dikatakan, “Sesungguhnya orang yang menipu bukanlah golongan orang yang beriman karena seorang yang beriman adalah orang yang berbuat baik pada sesama dan mereka mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Tidak hanya itu, apabila ada seorang pedagang yang mengatakan aku membeli barang ini dengan harga segini dan aku mendapatkan keuntungan segini dan hal tersebut tidaklah benar maka itu termasuk penipuan atau perbuatan dholim yang akan merugikan pihak lain.

Dan rizqi dari hasil tersebut tidaklah akan berkah. Sesungguhnya syetan telah bermain dalam pikiran dan jiwa seseorang, mereka berusaha untuk mengajak seseorang ke jalan atau ke pekerjaan yang haram dan menarik kepada hal yang mengakibatkan dosa, sehingga banyak di antara manusia yang saling tipu-menipu, saling bujuk- membujuk, saling berdusta untuk mendapatkan harta benda, dan Allah ta’ala tiada akan memberi keberkahan dalam hidup, jika seseorang melalui jalan tersebut. Maka wahai manusia, takutlah pada murka dan siksa Allah ta’ala, dengan memilih jalan yang benar dan halal, yang penuh keberkahan yang dijanjikan oleh Allah ta’la yaitu harta benda yang bisa menjadikan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Sebagai manusia yang bertaqwa dalam mencari rizqi kita harus takut dan berhati-hati pada sesuatu yang menyebabkan turunnya murka dan siksa Allah Swt. Salah satu jalan mencari rizqi yang mendatangkan murka Allah Swt adalah riba, karena riba adalah perbuatan yang termasuk ke dalam golongan dosa besar yang amat berat siksanya. Allah Swt telah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah ta’ala dan takutlah atau tinggalkanlah sesuatu yang mendekatkan pada riba jika kalian mengaku beriman kepada Allah Swt.”

Dalam shoheh Bukhori Muslim dikatakan, “Sesungguhnya Allah Swt bersama Rosul-Nya akan melaknat orang yang makan dengan jalan riba, baik itu pelaku,wakil atau seseorang yang menjadi juru tulisnya bahkan sampai orang yang menjadi saksi atasnya, mereka semua sama dalam dosanya.” Seseorang yang melakukan riba berarti telah membuat kerusakan yang besar di atas bumi ini, kerusakan agama, dunia maupun akherat. Sesungguhnya riba merupakan perhiasan dari segala bentuk keburukan yang ada. Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang riba seperti emas dibeli dengan emas, tanah dengan tanah yang tak sebanding kualitas ataupun jumlahnya. Baik yang membeli maupun yang menjual sama-sama mendapat dosa dari Allah Swt.

KEMULIAAN AKHLAK RASULULLAH

RASULULLAH SAW DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA

Update : 14 / Oktober / 2005
Edisi 16 Th. 2-2005M/1426H

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah terdapat seorang pengemis Yahudi buta, yang tiap hari apabila ada orang yang mendekatinya , ia selalu berkata "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Tetapi setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.


Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnahpun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha. Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa menyuapiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut sehingga aku tidak susah untuk mengunyahnya", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a., ia begitu terharu dan tak kuat meneteskan air mata, kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghina dan memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.



[ Atas ] [ Kembali ]

Silakan mengutip dengan mencantumkan nama almihrab.com



Senin, 26 Mei 2008

BATASAN AKAL MANUSIA

KH. Masduqi Machfudz: Jangan Terlalu Bangga Dengan Akal

Suatu hari ketika sekelompok orang ribut menghitung hisab awal puasa, apakah dimulai tanggal 23 atau 22 September. Salah seorangnya mereka nyeletuk,

“Duh, kok repot tho? Wong matematika itu katanya ilmu pasti, dengan berbagai cara ternyata tidak mampu memberi kepastian. Ada 43 cara menghitung, semua katanya benar, tetapi hasilnya bolak-balik ndak sama. Mbok ikut melihat bulan aja, jelas kita bisa tahu ada atau tidak. Kalau ndak ada kan dibuat sempurna 30 hari seperti kata hadist, gitu kok repot.”

Ungkapan salah seorang yang nyeletuk tadi memang tidak sepenuhnya benar. Namun kecenderungan orang saat ini mendewakan akal menjadikan banyak orang mengalami kemunduran spiritual dan budi pekerti. Ujung-ujungnya aturan agama menjadi lebih bersifat rutinitas formal bagi seseorang dibanding proses penjiwaan agama. Sampai-sampai ketika orang tidak merasakan perubahan mutu ibadahnya, beberapa orang mengadakan kursus sholat khusyu’ dan mungkin di masa yang akan datang ada kursus dzikir khusyu’, puasa khusyu’ haji khusyu dan lain-lain.

Mestinya kita manusia, harus mulai sadar bahwa tidak semua hal bisa dihitung matematis, atau diproses dengan akal. Terlebih sehebat apapun akal manusia toh dia masih mempunyai kelemahan. Buktinya:

  • Akal pikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak dapat mengetahui hakekat kebenaran. Buktinya adalah banyaknya teori kebenaran yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat. Padahal kita tahu bahwa kebenaran yang sejati itu hanyalah satu. Disamping itu, setiap percekcokan, pertengkaran, perkelahian dan peperangan yang terjadi di seluruh dunia ini, sumbernya pastilah karena masing-masing fihak berebut benar.
  • Akal pikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak dapat mengetahui hakekat dan letak kebahagiaan hidup. Apa yang dibayangkan oleh seseorang akan membahagiakan hidupnya, ternyata setelah apa yang dibayangkan tersebut tercapai, justeru seringkali mengantarkannya kepada kesengsaraan hidup yang berkepanjangan.
  • Akal fikiran manusia meskipun cerdas, ternyata tidak mampu menjawab tujuh macam pertanyaan yang diajukan kepadanya, yaitu:
    1. Dari mana asal manusia ini sebelum hidup di dunia?
    2. Mengapa manusia harus hidup di dunia ini?
    3. Siapa gerangan yang menghendaki kehidupan manusia di dunia ini?
    4. Untuk apa sebenarnya manusia hidup di dunia ini?
    5. Mengapa setelah manusia terlanjur senang hidup di dunia ini dia harus mati, pada hal tidak ada orang yang menginginkan kematian?
    6. Siapa sebenarnya yang menghendaki kematian manusia itu?
    7. Setelah manusia mati, ruhnya berpisah dengan raganya, kemana ruh manusia itu pergi?

Dari berbagai macam kelemahan akal diatas, masihkah kita mendewakan akal dan mengesampingkan aspek lain yang seharusnya menjadi pengontrol sepak terjang akal? Ataukah kita dan negara kita tetap saja terus dan terus mencetak orang pintar tapi lupa mencetak orang yang benar dan dapat dipercaya.

NASEHAT ULAMA

TAUSYIYAH KH.MUHAIMINAN GUNARDO


Sejak adanya bencana sunami di Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia seakan-akan terus menerus negara ini dilanda bencana, baik banjir, tanah longsor, gempa maupun bencana yang lain. baik itu merenggut nyawa maupun tidak, mengakibatkan kerugian besar maupun kecil. Lantas apakah yang sebenarnya terjadi? apakah bangsa Indonesia benar-benar telah dibenci Alloh? Fenomena bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini pada hakikatnya adalah cobaan bagi orang beriman dan bala' bagi orang yang lupa akan perintah Allah SWT. ''Wong taat arep nggowo nikmat wong ra taat arep nggowo laknat".


"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman sedang mereka tidak diuji lagi?" Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta." Mengapa orang yang beriman atau orang baik-baik dicoba oleh Allah? tak lain dan tak bukan hanyalah untuk dinaikkan derajadnya seperti halnya siswa yang akan naik kelas tentu akan diuji terlebih dahulu dengan berbagai macam soal, apabila ia mampu maka ia naik apabila ia tidak mampu tentu ia tetap akan berada di kelasnya semula. Pada bulan Asyuro ini, para ulama ahlu thoriqoh mengadakan mujahadah karena merasa prihatin dengan kondisi bangsa selain juga rasa syafaqoh/welas terhadap kaum muslimin.

Seyogyanya kaum muslimin memperbanyak prihatin atau tirakat, karena Alloh menurunkan bala' pada bulan ini pada orang-orang yang ingkar. Hancurnya Namrut, Fir'aun adalah pada bulan ini. Begitu juga Alloh mengabulkan permohonan hamba-nya pada bulan Muharrom, Nabi Ibrohim diselamatkan dari dari api, Nabi Nuh diselamatkan dari banjir, Nabi Muhammad SAWmenikah dengan Siti Khadijah adalah pada bulan ini, Nabi Adam diterima taubatnya setelah dibuang selama 200 tahun juga pada bulan ini, Nabi Adam diturunkan di daerah kasmir India sedangkan Siti Hawa di daerah arab. Bulan Muharrom perbanyaklah minta kebaikan kepada Alloh, mulai dari urusan pribadi, keluarga maupun negara, Alloh pasti mengabulkan. Namun sikap yang benar adalah bukan hanya berdo'a saja tapi juga ikhtiar secara maksimal, ingatlah kita sayyidina Umar RA. menegur orang yang hanya berdzikir saja dalam masjid, beliau menyuruh orang itu untuk segera keluar berusaha, seraya mengatakan bahwa langit selamanya menurunkan hujan emas.

Untuk menghindari bala' yang lebih besar hendaklah kita semua segera bertaubat, baik itu pembesar maupun rakyat jelata, bagi yang mempunyai ilmu amalkanlah demi kepentingan bangsa dan negara. Bagi koruptor segeralah bertaubat kembali kejalan yang benar dengan cara menghentikan perbuatanya dan mengikuti prosedur yang berlaku. Koreksilah diri sendiri jangan mudah mengoreksi orang lain ''mikul duwur mendem jero'', jika kita saling berbaikan maka akan baik semua, namun jika kita saling menjelekkan akan jelek semua.

KH.MUHAIMINAGUNARDO
Pengasuh Ponpes Kyai Parak Bambu Runcing Parakan Temanggung

RENUNGAN HIDUP - SIAPKAH KITA?

Pilihan Hidup

- Kumpulan Tulisan MOHAMMAD NURFATONI

Posted Juni 29, 2007

Sebuah tulisan—lebih tepatnya peringatan—tertempel cukup mencolok di pintu masuk tempat praktek seorang dokter, di tepi jalan raya desa Boteng, Menganti, Gresik. Saya lihat peringatan itu tertempel juga di kamar periksa.

Isi peringatan itu cukup sederhana, hanya terdiri dari dua kalimat yang tersusun dalam dua baris. Baris pertama berbunyi, “Tidak menerima permintaan surat ijin sakit dalam kondisi sehat” dan baris kedua tertulis, “Tidak menerima permintaan kuitansi yang tidak sesuai dengan biaya periksa”

Surprise saya dibuatnya. Padahal sebenarnya kalimat itu biasa-biasa saja. Sesuatu yang wajar, lumrah kata orang Jawa. Lantas apa yang membuat saya surprise? Tentu bukan kalimat itu sendiri, melainkan apa di balik kalimat itu!

Ada sesuatu yang menghentak di balik kalimat itu. Sebab kalimat itu sama dengan menyodorkan sejumlah kenyataan, pertama, selama ini banyak orang yang tidak sakit tapi mendapat status “sakit” karena meminta status “sakit” pada dokter. Kedua, selama ini banyak kuitansi yang nilainya tidak sama (baca lebih tinggi) dari nilai aslinya. Ketiga, berarti ada juga dokter yang mau memberi status “sakit” dan menggelembungkan nilai kuitansi(?).

Maka, surprise bagi saya bisa berarti juga bahwa masih ada dokter yang menjaga kejujuran dan integritasnya, meski terkesan terlalu disiplin (baca kaku), padahal hanya berkaitan dengan masalah-masalah “kecil” dan orang-orang kecil!

Tapi bagi saya, dokter tersebut telah ikut membangun sebuah peradaban, karena dia mempraktekkan prinsip jujur dalam kehidupan. Kalau tidak sakit, mengapa harus berpura-pura sakit! Kalau biaya cuma Rp. 20.000 untuk apa ditulis Rp. 35.000!

Mungkin tidak banyak orang yang bisa setegas dokter itu, karena perilaku seperti itu bisa membawa risiko, setidaknya kehilangan peluang mendapat pasien lebih banyak; yang berarti juga mengurangi pendapatannya.

Pilih Mana?

Tapi itulah pilihan hidup. Sukses atau kaya dengan mengorbankan nilai? Atau hidup sederhana dengan memegang prinsip? Atau sebenarnya ada pilihan ketiga, sukses tapi tetap dalam prinsip hidup?

Terlalu banyak contoh bagaimana etika dan prinsip hidup telah kita korbankan, demi kelayakan financial. Seorang teknisi AC sebuah perusahaan dikirim untuk merawat rutin AC sebuah kantor. Dibersihkannya AC itu dari debu. Tapi giliran mengisi freon, sang teknisi AC menghadap dan berucap, “Pak, isi freonnya pakai perusahaan atau punya saya pribadi. Kalau pribadi bisa lebih murah.”

Seorang salesman (penjual, kadang salah kaprah disebut marketing) sebuah perusahaan percetakan tidak memasukkan semua pesanan cetak ke perusahaan tempat dia bernaung, sebagiannya dikerjakan sendiri.

Seorang pegawai yang bertugas melakukan pemesanan barang “menitipkan” tambahan sejumlah nilai rupiah pada harga barang yang awalnya telah disepakati sebelumnya.

Seorang pengawas memberi tahu jawaban atas soal ujian pada seorang siswa. Atau seorang siswa mencontek jawaban ketika sedang ujian.

Ah, terlalu banyak contoh yang seperti itu. Semoga masih banyak teknisi AC yang jujur dan punya integritas untuk membesarkan perusahaan tempat ia bernaung, tanpa harus mengotori dengan potong kompas untuk memperkaya diri.

Semoga masih banyak salesman yang juga tidak memotong kompas pesanan ke kantong sendiri. Semoga juga masih masih banyak bagian pemesanan yang tetap bertahan pada harga barang yang efisien tanpa harus mengambil keuntungan dari itu. Semoga masih banyak guru dan pelajar yang jujur. Dan saterusnya … dan seterusnya.

Sebab Islam mengajarkan sesuatu itu agar bernilai barakah. Apa artinya jika kita punya banyak duit namun tidak barakah karena duit itu kita peroleh dengan melanggar etika kerja? Apa artinya nilai ujian bagus jika itu hasil kebohongan? Cepat atau lambat efek dari ketidakbarakahan duit atau nilai itu akan menghantam kita.

Sementara yang barakah akan bernilai langgeng dan menentramkan. Maka pilihan hidup mestinya harus kita arahkan ke sana, meskipun ada yang harus dikorbankan. Tapi apalah arti mengorbankan materi jika pilihannya adalah yang bersifat spiritual! Semoga.

Sidojangkung, 28 Juni 2007

Dimuat di HANIF, 29 Juni 2007

GAME MAUT

Game Beracun! Pengaruhi Ingatan dan Perkembangan Seksual Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Minggu, 25 Mei 2008

Greenpeace menyatakan adanya konsol-konsol video game yang mengandung materi berbahaya yang bisa mempengaruhi ingatan dan perkembangan seksual

Hidayatullah.com--Hasil tes pada PlayStation 3 (PS3) keluaran Sony, Wii keluaran Nintendo, dan Xbox 360 buatan Microsoft mengungkapkan ketiganya mengandung materi seperti polyvinyl chloride (PVC), phthalates, beryllium, dan bromine. Materi-materi itu sangat berbahaya jika terpapar ke tubuh manusia.

Bahan-bahan berbahaya ini tak diperkenankan digunakan dalam mainan anak-anak atau produk anak lain yang dijual di Uni Eropa. Sebenarnya konsol game tidak tergolong mainan. Namun Greenpeace menyebut itu tidak bisa dijadikan alasan bagi ketiga produsen itu untuk menggunakan bahan-bahan berbahaya dalam produk mereka.

“Digolongkan sebagai mainan atau bukan, konsol game tetap mengandung bahan kimia beracun yang bisa membahayakan manusia,” kata Dr Kevin Brigden dalam laporan berjudul 'Playing Dirty' yang dirilis Jumat (23/5) lalu.

Ketiga konsol itu terbukti mengandung bromine di atas batas normal. Bromine adalah bahan kimia yang selalu dihubungkan dengan terganggunya fungsi memori dan masalah kesehatan lain. Di dalam Xbox 360 dan PS3 juga ditemukan bahan kimia berbahaya lain yang disebut DHEP.

Bahan ini terkenal karena mempengaruhi perkembangan seksual pada mamalia, terutama mamalia jantan.

Meski demikian, Greenpeace juga menyebut ketiga produsen itu telah mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam produk mereka. Di Wii tak terlacak adanya beryllium, Xbox 360 terbukti menggunakan sedikit bahan yang disepuh bromine, sementara papan sirkuit PS3 malah bebas bromine.

Sebenarnya konsol game bisa dibuat dari bahan-bahan lebih ramah lingkungan dan aman bagi manusia.

“Hasil pengujian kami jelas menunjukkan bahwa konsol game yang lebih ramah lingkungan mungkin dibuat,” kata Casey Harrell dari Greenpeace. “Dengan menggabungkan praktik terbaik dari setiap desain terbaik konsol, kita bisa menggantikan sebagian besar bahan kimia berbahaya dengan bahan-bahan bebas racun.”

Konsol-konsol ini juga memberi kontribusi pada sampah elektronik (e-waste) yang biasanya dikirim tempat daur ulang di negara-negara berkembang. Sampah elektronik ini bisa sangat membahayakan orang-orang yang bekerja di sana maupun lingkungan sekitar.

Ketiga produsen itu menegaskan mereka telah memenuhi standar. “Sony telah mengambil langkah mengurangi dan mengganti bahan-bahan berbahaya,” tulis mereka dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Sony computer Entertainment.

Jurubicara Nintendo menolak mengomentari hasil tes Greenpeace. “Yang bisa kami sampaikan, kami hanya menjual produk yang telah memenuhi standar setiap negara,” kata jurubicara yang tak disebutkan namanya ini. Microsoft juga menegaskan telah memenuhi standar dan peraturan yang ditujukan untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan serta konsumen elektronik. [ap/sy/www.hidayatullah.com]

Share this article
Digg!

tetes embun pagi

KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA MUSLIM
Update : 06 / Maret / 2005
Edisi 10 Th. 1-2004M/1425H
Dalam kehidupan kita mengenal beberapa sebab yang menjadikan seseorang bisa menjadi saudara satu sama lain. Di antara sebab yang paling indah dan kekal adalah saudara karena keimanan atau agama yang sama. Sebagai seorang mu’min atau muslim kita mempunyai saudara seiman atau seagama, yang tentunya akan mempunyai kewajiban untuk saling membantu, saling menolong, saling menopang, bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya muslim satu dengan yang lain adalah umpama bangunan yang saling menopang satu sama lainnya.”

Allah Swt telah mensyari’atkan pada kita semua agar saling menguatkan ikatan dengan rasa cinta dan kasih sayang serta menghindari perpecahan dan permusuhan. Di samping itu Allah Swt melalui Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita untuk saling memberi dan menjawab salam. Salam merupakan ungkapan rasa cinta, maka ketika sesama muslim saling bertemu ucapkanlah salam, karena yang terbaik dari kalian adalah orang yang pertama mengucapkan salam. Dan jika diantara saudara kita ada yang sakit maka kewajiban kita untuk menjenguk dan mendo’akannya, karena hal tersebut bisa menghibur yang menghasilkan kebahagiaan dan kedamaian bagi yang sakit. Di samping itu juga bisa mempererat persaudaraan yang telah terjalin dan pada akhirnya Allah Swt akan memberikan pahala yang besar. Maka barangsiapa menjenguk orang yang sedang sakit dan dia mendo’akan atas kesembuhannya maka itu adalah obat baginya. Rasulallah SAW bersabda, “Barang siapa menjenguk orang yang sedang sakit dan ia mendo’akannya maka ia selalu berada di Khorafatil jannah (Keindahan taman surga) sampai ia pulang.

Barang siapa menjenguk orang sakit maka ia akan dimudahkan dalam berbagai masalah dan pintu taubatnya selalu terbuka lebar.” Syariat Allah yang lain adalah agar kita selalu berbuat baik pada sesama muslim, Allah Swt berfirman, “Tiada kebaikan yang bisa menyelamatkan kalian, kecuali orang yang menyeru kepada shodaqoh dan berbuat baik antara sesama.” Termasuk berbuat baik kepada sesama muslim adalah ketika melihat saudara muslim kita berada dalam kerusakan maka kewajiban kita untuk memperbaikinya, ketika mereka menjauh maka dekatilah dan ketika melihat dua orang saling bermusuhan maka damaikanlah.

Ketika seorang di antara kamu yang batuk ataupun bersin maka pujilah Allah dengan ucapan Alhamdulillah dan kewajiban yang mendengar untuk mengucapkan “Yarhamukallah“ dan diteruskan dengan ucapan, “Yahdikumullah Wayasluhu bainakum.” Jika dalam suatu kelompok ada perselisihan maka duduklah bersama sama lalu musyawarahlah, karena musyawarah berguna untuk mencapai kesepakatan yang paling benar untuk kemaslahatan bersama tanpa adanya seseorang yang merasa dirugikan. Rasulullah Saw mencegah suatu ucapan atau perkataan yang bisa membuat perpecahan atau permusuhan bahkan melaknat bagi siapa saja yang bermusuhan atau tidak saling menyapa sampai 3 hari lamanya.

Sabda Rasulullah Saw, “Tidak halal (haram) hukumnya bagi dua orang Islam yang saling bermusuhan atau tidak saling tegur sapa selama 3 hari dan jika ia mati dalam keadaan tersebut maka ia akan masuk neraka.” Naudzubillah min dzalik. Rasulullah Saw melarang bagi siapa saja yang mengadu domba, dan beliau juga melarang membicarakan keburukan (aib) orang lain, karena hal tersebut bisa menimbulkan kerusakan dan pertikaian. Bersilaturrahim termasuk sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Dalam shaheh Bukhori Muslim diceritakan, “Datang seorang sahabat pada Nabi Saw, dan berkata, ‘Ya Rasulullah, kabarkan pada kami sesuatu yang bisa memasukkan kami pada surga dan menjauhkan kami pada neraka?’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Sembahlah Allah Swt, dirikanlah sholat, dan sambunglah silatur rahim.”

Dalam hadits lain, beliau bersabda, “Sambunglah rahimmu atau bersilaturrahimlah karena hal tersebut bisa memanjangkan umur dan meluaska rizqi,” “Sesungguhnya sanak saudaramu itu digantungkan dengan Arsy, maka barangsiapa yang menyambungnya maka ia bersambung dengan Allah Swt, dan barangsiapa yang memutusnya , maka ia telah putus dengan Allah Swt.” Begitu pentingnya silturrahim maka Allah akan melaknat orang-orang yang memutuskannya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw bahwa ada 4 golongan yang dilaknat oleh Allah ta’ala: 1.Orang yang membohongi Allah ta’ala, 2.Orang yang memutus silatur rahim, 3.Orang yang menyebarkan berita palsu atau fitnah 4.Orang yang merubah penerangan atau petunjuk jalan (munarul ardli). ( team almihrab)


[ Atas ] [ Kembali ]

Silakan mengutip dengan mencantumkan nama almihrab.com



Tamak

PERUMPAMAAN TENTANG ORANG-ORANG RAKUS
Update : 06 / Maret / 2005
Edisi 10 Th. 1-2004M/1425H
Zaman dahulu ada seorang petani yang suka bekerja keras dan berbudi baik, yang mempunyai beberapa anak laki-laki yang malas dan rakus. Ketika sekarat, Si Tua mengatakan kepada anak-anaknya bahwa mereka akan menemukan harta karun kalau mau menggali tempat tertentu di kebun. Segera setelah ayah itu meninggal, anak-anaknya bergegas kekebun, menggalinya dan satu sudut ke sudut lain, dengan putus asa dan kehendak yang semakin memuncak setiap kali mereka tidak menemukan emas di tempat yang disebut ayahnya tadi.

Namun mereka sama sekali tidak menemukan emas. Karena menyadari bahwa ayah mereka itu tentunya telah membagi-bagikan emasnya semasa hidupnya, lelaki-lelaki muda itupun menanggalkan usahanya. Akhirnya, terpikir juga oleh mereka, karena tanah sudah terlanjur dikerjakan, tentunya lebih baik ditanami benih. Mereka pun menanam gandum, yang hasilnya melimpah-limpah. Mereka menjualnya, dan tahun itu mereka menjadi kaya. Setelah musim panen, mereka-berpikir lagi tentang harta terpendam yang mungkin masih luput dari penggalian mereka; mereka pun menggali lagi ladang mereka, namun hasilnya sama saja. Setelah bertahun-tahun lamanya, merekapun menjadi terbiasa bekerja keras, disamping juga mengenal musim, hal-hal yang tidak pernah mereka pahami sebelumnya. Kini mereka memahami cara ayah mereka melatih mereka; mereka pun menjadi petani-petani yang jujur dan senang.

Akhirnya mereka memiliki kekayaan yang cukup untuk membuat mereka sama sekali melupakan perkara harta terpendam tersebut. Itulah juga ajaran tentang pengertian terhadap nasib manusia dan karma kehidupan. Guru, yang menghadapi ketidaksabaran, kekacauan, dan ketamakan murid murid, harus mengarahkan mereka ke suatu kegiatan yang diketahuinya akan bermanfaat dan menguntungkan mereka tetapi yang kepentingan dan tujuannya sering tidak terlihat oleh murid-mulid itu karena kebelumdewasaan mereka.
Catatan Kisah ini, yang menggarisbawahi pernyataan bahwa seseorang bisa mengembangkan kemampuan tertentu meskipun ia sebenarnya berusaha mengembangkan kemampuannya yang lain, dikenal sangat luas.

Hal ini mungkin disebabkan adanya pengantar yang berbunyi, "Mereka yang mengulangnya akan mendapatkan lebih dari yang mereka ketahui."

Kisah ini diterbitkan oleh seorang ulama Fransiskan, Roger Bacon (yang mengutip filsafat Sufi dan mengajarkannya di Oxford, dan kemudian dipecat dari universitas itu atas perintah Paus) dan oleh ahli kimia abad ketujuh belas, Boerhaave.

Versi ini berasal dari Hasan dari Basra, Sufi yang hidup hampir seribu dua ratus tahun yang lalu.
Bahlul, si tolol yang bijaksana, sering menyembunyikan kecendekiaannya di balik tabir kegilaan. Dengan itu, ia dapat keluar masuk istana Harun Al-Rasyid dengan bebasnya. Sang Raja pun amat menghargai bimbingannya. Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana Raja kosong. Dengan enteng, ia langsung mendudukinya. Menempati tahta Raja termasuk ke dalam kejahatan berat dan boleh dihukum mati. Para pengawal menangkap Bahlul, menyeretnya turun dari tahta, dan memukulinya. Mendengar teriakan Bahlul yang kesakitan, Raja segera menghampirinya.

Bahlul masih menangis keras ketika Raja menanyakan sebab keributan ini kepada para pengawal. Raja berkata kepada yang memukuli Bahlul, “Kasihan! Orang ini gila. Mana ada orang waras yang berani menduduki singgasana Raja?” Ia lalu berpaling ke arah Bahlul, “Sudahlah, tak usah menangis. Jangan kuatir, cepat hapus air matamu.” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis. Aku menangis karena kasihan terhadapmu!” “Kau mengasihaniku?” Harun mengherdik, “Mengapa engkau harus menangisiku?” Bahlul menjawab, “Wahai Raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali tapi mereka telah memukuliku dengan begitu keras. Apalagi kau, kau telah menduduki tahtamu selama dua puluh tahun. Pukulan seperti apa yang akan kau terima? Aku menangis karena memikirkan nasibmu yang malang


[ Atas ] [ Kembali ]

Silakan mengutip dengan mencantumkan nama almihrab.com



Rugyaa Atawa Jampi
22 Maret 2008 17:28:29
SUMBER : GUSMUS.NET

Oleh: A. Mustofa Bisri

Dalam keadaan lelah dan lapar, rombongan sahabat Nabi Muhammad SAW singgah di suatu desa. Tak ada satu penduduk pun yang sudi menjamu mereka. Kebetulan ketika rombongan beranjak pergi meninggalkan desa yang bakhil itu, terjadi peristiwa: kepala desanya disengat kalajengking berbahaya.

Segala upaya sudah dilakukan. Segala ramuan yang biasa mereka gunakan mengobati sengatan binatang berbisa tidak mampu menyembuhkannya.

Lalu, ada seorang yang usul agar mencari rombongan yang barusan saja lewat desa mereka. Siapa tahu di antara mereka ada yang bisa mengobati. Usul tersebut diterima dan dikirimlah utusan menemui rombongan. Singkat cerita, utusan bertemu rombongan dan menceritakan apa yang menimpa kepala desa mereka.

“Apakah di antara kalian ada yang bisa melakukan ruqyah, jampi, untuk mengobati kepala desa kami?” tanya mereka. Seorang diantara rombongan pun langsung menjawab: “Aku bisa menjampi.” Tapi, aku tidak akan menjampi dan mengobati kepala desa kalian, kecuali kalian memberi kami kambing.”Akhirnya, disepakati mereka akan memberi beberapa ekor kambing sebagai imbalan.

Demikianlah, sahabat yang mengaku bisa menjampi tersebut dibawa ke tempat kepala desa yang berbaring tidak berdaya. Sahabat itu membaca surah Fatihah dan meniup-semburi bagian tubuh si kepala desa yang tersengat. Ajaib, ternyata sembuh seketika. Orang-orang desa gembira, karena kepala desa mereka sembuh. Rombongan juga gembira, karena mendapat kambing.

Setelah rombongan sampai Madinah dan melapor kepada Rasulullah SAW, apa komentar beliau? Beliau bersabda kepada sahabat yang menjampi si kepala desa, “Dari mana kamu tahu bahwa Fatihah bisa untuk jampi?” Dari Hadits sahih di atas, sementara ulama menyimpulkan bahwa ruqyah atau jampi dan meminta upah untuk itu diperkenankan oleh agama. Meskipun, ada juga yang tetap tidak memperkenankan pengobatan menggunakan ruqyah. Sebagian yang lain, berpendapat bahwa ruqyah boleh untuk mengobati sakit akibat sengatan dan semisalnya dan tidak boleh untuk yang lain.

Mungkin ada yang bertanya-tanya mengenai hubungan bacaan ruqyah dengan penyakit. Bagaimana bacaan dan
tiupan bisa menyembuhkan luka? Saya teringat cerita saudara saya. Saudara saya yang insinyur ini pernah menegur setengah memarahi penjual rokok tetangganya yang suka menaruh botol air di depan para kyai yang sedang melakukan istighotsah, kemudian air dibawa pulang untuk obat. “Apa hubungannya?” katanya kepada tetangganya itu.
“Apa doa-doa itu bisa meresap masuk ke dalam air botol sampeyan ?”

Sampai suatu ketika, saudara saya itu menemukan dan membaca bukunya Dr. Masaru Emoto tentang keajaiban air. “Ternyata,” kata saudara saya, “menurut penelitian Dr. Masaru, air bisa menerima pengaruh ucapan, bacaan maupun tulisan. Sekarang, galon tempat air minum kami di rumah kami tempeli Asmaul Husna.”

Syahdan, Nabi Muhammad SAW sendiri, seperti dalam Hadits Abdullah Ibn Mas’ud, pernah saat sujud, jarinya disengat kalajengking. Setelah salat, beliau meminta air dan garam, lalu memasukkan jari yang tersengat tersebut ke dalamnya dan membaca “Qul Huwallaahu Ahad” dan “Mu’awwidzatain” (“Qul ‘auudzu biRabbil falaq” dan “Qul ‘audzu biRabbinnaas”)

Di dalam Hadits Ibn Mas’ud ini, ruqyah, jampi, atau suwuk tampak hanya sebagai ‘pelengkap’. Atau katakanlah, pengobatan gabungan. Gabungan antara pengobatan medis dan doa. Boleh jadi, inilah yang paling membuat pasien mantap dan pada gilirannya membantu mempercepat penyembuhan.

Berkenaan dengan itu, Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Utsman bin Abil ‘Ash yang pernah mengeluhkan penyakit yang dideritanya sejak masuk Islam kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW memberi saran,

“Letakkan tanganmu di atas bagian yang sakit pada tubuhmu dan bacalah Bismillah tiga kali dan baca tujuh kali, A’uudzu bi’izzatiLlahi waqudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir.”

Demikianlah, pengobatan, baik secara medis maupun jampi, hanyalah sekedar upaya dan ikhtiar. Pada akhirnya dan hakikatnya Allah sendirilah yang menyembuhkan. Maka, sebagaimana upaya dan ikhtiar untuk yang lain, kita tidak boleh lupa memohon pertolongan-Nya.

ILMUWAN ATHEIS

ILMUWAN ATHEIS
Update : 06 / Maret / 2005
Edisi 10 Th. 1-2004M/1425H
SUMBER AL MIHRAB
Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, Atheis dari kalangan bangsa Romawi. Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu dengan Ulama’-ulama’ Islam. Dia hendak menjatuhkan Ulama’ Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya. Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata: "Inilah saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan". Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang masih muda. Abu Hanifah berkata "Sekarang apa yang akan kita perdebatkan!". Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai pertanyaannya : Atheis : Pada tahun berapakah Rabbmu dilahirkan? Abu Hanifah : Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan". Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-Nya?, Pada tahun berapa Dia ada? Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu. Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan! Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan? Atheis : Ya. Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu? Atheis : Tidak ada angka (nol). Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya? Atheis : Dimanakah Rabbmu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya. Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju? Atheis : Ya, sudah tentu. Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu sekarang? Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di seluruh bagian. Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan! Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Rabbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas? Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal? Atheis : Ya, pernah. Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu ? Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya. Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana? Atheis : Ya, masih ada. Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas? Atheis : Entahlah, kami tidak tahu. Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!! Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah? Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap? Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru. Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi. Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya? Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya. Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar? Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia. Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan? Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang. "Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis. "Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah. Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. "Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?". Ilmuwan kafir mengangguk. "Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu". Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan ilmu yang dimiliki Abu Hanifah .


[

TAUSIAH SESEPUH

Taushiah Sesepuh

Maklumat
Nomor : 43.PPS.XII.1994

Bismillaahirrohmaanirrohiim

1.
Seraya bersyukur kehadlirat Ilahi Rabbi, kita berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua
2.
Berkat izin dan perkenan-Nya, Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Suryalaya alhamdulillah semakin berkembang

dengan pesat, baik didalam negeri maupun di luar negeri (Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan lain-lain).

Menyadari hal tersebut, kita sebagai pengamal Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah harus bersyukur kehadirat-Nya atas nikmat tersebut, dan juga yang penting untuk terus menjaga dan memelihara nama baik Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Suryalaya, dengan cara antara lain tetap mengamalkannya sesuai dengan tuntunan yang telah digariskan oleh TQN yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Suryalaya (tidak menambah dan mengurangi) serta terus berupaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan senantiasa bersikap dan bertutur yang mencerminkan sebagai pengamal Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.
3.
Memperhatikan hal tersebut diatas, maka Abah mengharap :

3.1.
Agar terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT dengan cara memperbanyak ibadah dan amaliyah,

3.2.
Agar melaksanakan amaliyah Thariqat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (zikrullah, Khotaman, Manaqiban) secara seragam sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan (lihat Kitab Uqudul Jumaan, Miftahus Shudur, dll)

3.3.
Disamping meningkatkan amaliyah, juga harus terus menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan, baik Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam/Tauhid dan Ilmu Tasawuf dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan amaliyah TQN

3.4.
Senantiasa tetap menjaga kesatuan dan persatuan serta keutuhan diantara kita,

3.5.
Tetap menghayati dan mengamalkan TANBIH


Yang isinya antara lain harus ta'at kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan pemerintah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 59





" Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan pemerintah diantara kamu".

Demikian harapan Abah, semoga segala amal ibadah kita semua mendapat ridlo dari Allah SWT, dan semoga kita senantiasa memperoleh bimbingan dan petunjuk-Nya. Allahumma amin.

1994-12-14 00:00:00, Suryalaya


Sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya


KH. A. SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN

PANGERSA ABAH ANOM

KHA Shohibul Wafa' Tajul Arifin (Abah Anom), Suryalaya

Muara Keluh Kesah Hati nan Gundah

Ia fenomena di jagat spiritual Indonesia. Sebagai mursyid tarekat, sekaligus ulama sepuh tempat berteduh bagi jiwa dahaga. Para pejabat dan selebriti sowan kepadanya, untuk konsultasi spiritual, maupun sekadar mendapatkan legitimasi.

Tidak banyak manusia yang mendapat anugerah berupa usia panjang dari Allah SWT. Dan di antara yang tidak banyak itu hanya sedikit yang masih mampu berinteraksi dengan sesama. Tapi, tokoh Tamu Kita kali ini, menjelang satu abad usianya, tidak hanya selalu bersilaturahmi, tapi juga masih mampu menebarkan mutiara hikmah dan berkah – meski dalam keadaan tertunduk diam. Itulah K.H. A. Shohibulwafa Tajul Arifin, yang lebih terkenal dengan sebutan Abah Anom, sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya, Desa Godebag, Pagerageung, Panumbangan, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Hampir setiap pagi, terutama Minggu dan Jumat, usai subuh, dengan sabar, tenang, dan penuh harap, ratusan orang – lelaki, perempuan, tua, muda, anak-anak – duduk di beranda sebuah bangunan di tengah kompleks Pesantren Suryalaya. Banyak di antara mereka para remaja, bahkan anak-anak usia TK dan SD. Mereka menunggu pintu bangunan itu, tempat Abah Anom tinggal, dibuka. Mereka membawa sebotol air mineral yang akan dimintakan berkah doa kepada Abah Anom sebagai wasilah.

Sekitar pukul 06.00, pintu rumah itu terbuka. Tiga lelaki berbusana muslim mengatur antrean para tamu tersebut. Sementara di dalam ruang tamu tampak sesosok ulama besar dan saleh duduk di kursi roda. Berusia sekitar 100 tahun, sosoknya tampak sudah renta. Matanya terpejam. Wajahnya yang bercahaya dan sejuk tertunduk dalam. Samar-samar tampak bibirnya bergerak-gerak berzikir. Dialah Abah Anom.

Satu per satu para tamu yang sejak pagi antre dengan tertib itu masuk, mengucapkan salam, lalu mencium punggung telapak tangan kanan Abah Anom yang terbungkus perban berlapis sehelai saputangan. Pergelangan tangan kanannya dipegang oleh salah seorang anaknya, sementara seorang petugas memegangi kursi roda. Seorang petugas lainnya mengambil botol air mineral dari para tamu untuk didoakan oleh Abah Anom, dengan menjulurkannya ke depan wajah waliullah itu. Baru setelah itu diberikan kembali kepada pemiliknya untuk dibawa pulang.

Beberapa tamu dewasa tertegun ketika hendak bersalaman dan mencium tangan mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang karismatik itu. Ada yang kemudian terisak. “Perasaan saya bercampur aduk. Antara lega, haru, bangga, penuh rasa cinta, dan sebagainya. Saya menangis karena prihatin sosok-sosok besar seperti itu sekarang ini sudah mulai langka,” ujar seorang santri muda dari Pondok Pesantren Al-Muayyad, Solo.

Gunung Sawal
Sekitar satu jam kemudian pintu bangunan – yang di sana disebut “madrasah” – ditutup kembali. Kursi roda itu pun diputar, berbalik, membawa sang waliullah masuk ke ruang dalam tempat dia beristirahat. Di ruang itu ada televisi, kursi beralaskan bulu domba, sementara di dinding tampak bergantungan foto Abah Anom, juga lukisan Syekh Abdul Qadir Jailani. Sejurus kemudian dua orang petugas menyapu dan mengepel lantai teras dan ruangan dalam.

Pondok Pesantren Suryalaya, yang didirikan oleh Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad alias Abah Sepuh pada 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1915 M, terletak di sebuah lembah antara Gunung Cakrabuana dan Gunung Sawal, di hulu Sungai Citanduy, Tasikmalaya, Jawa Barat. Atap makam Abah Sepuh yang berwarna hijau tua tampak menjulang di puncak sebuah bukit kecil di samping kanan Masjid Agung Suryalaya.

Abah Anom memang sebuah fenomena di jagat spiritual Indonesia. Kedudukannya sebagai mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, sekaligus ulama sepuh, membuatnya menjadi tempat berteduh bagi jiwa manusia yang dahaga. Tak kurang, para petinggi negara dan selebriti memerlukan diri untuk sowan kepadanya, baik untuk konsultasi spiritual, mengadukan permasalahan pribadi, maupun sekadar mendapatkan legitimasi. Sebagai orang tua yang telah kenyang dengan asam garam kehidupan, dengan arif Abah Anom menerima tamu-tamunya – siapa pun mereka, dan apa pun kepentingannya. Hidupnya dengan ikhlas ia persembahkan untuk melayani umat manusia.

Ada sebuah cerita menarik dari K.H. Zainal Abidin Anwar, kemenakan Abah Anom yang juga salah seorang wakil talkin – orang yang dipercaya oleh mursyid tarekat untuk mewakilinya mengajarkan zikir. Dua tahun lalu khalifah tarekat Naqsyabandiyah Haqqaniyah dari Amerika Serikat, Syeh Nadzim Haqqani, bertamu ke Suryalaya. Kunjungan itu dipandu oleh Ketua Dewan Tertinggi Jam’iyah Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah, Habib Luthfi bin Yahya. Ketika itu Syeh Nadzim mengaku mengenal Abah Anom melalui ilham yang diperolehnya ketika memohon petunjuk kepada Allah SWT.

Katanya, di tengah kehidupan dunia yang carut marut seperti sekarang ini, masih ada seseorang di Timur yang sangat ikhlas. Siapakah dia? Setelah dirunut, petunjuk itu mengarah kepada seorang ulama sepuh, yang kini usianya baru saja melewati 90 tahun (dalam hitungan kalender Masehi) atau mendekati 100 tahun menurut kalender Hijri. Setelah pertemuan yang mengharukan itu, terjadilah peristiwa yang sarat dengan bahasa isyarat.
Syekh Nadzim Haqqani mengeluarkan sebuah peluit kecil. Ia minta agar Abah Anom meniupnya: “priiit...!” Setelah itu gantian Syekh Nadzim Haqqani, mungkin sebagai makmum, meniup peluit tersebut: “priiit...!” Tak seorang pun yang tahu apa makna isyarat itu. “Saya juga tidak tahu. Tapi mungkin maksudnya sebagai ikrar bersama untuk tetap teguh berjalan di atas kebenaran Allah,” kata Kiai Zaenal, yang bertindak sebagai penerjemah.

Dalam pertemuan itu juga muncul sebuah isyarat yang luar biasa, ketika Syekh Nadzim Haqqani, dalam bahasa Inggris, berkata, “Sesungguhnya kami tidaklah memerlukan penerjemah. Sebab apa yang saya kemukakan sesungguhnya sudah dimengerti oleh Abah Anom, karena sebelumnya kami sudah berkomunikasi secara spiritual. Biarpun Abah tertunduk seperti itu sebenarnya beliau tidak tidur, tapi dapat mendengarkan dengan baik.”

Pesantren Inabah
Bagi masyarakat awam, Pesantren Suryalaya sangat dikenal sebagai “markas” penyembuhan para pecandu narkoba dan penyakit psikis dengan metode Islamic Hydrotherapy, yang formulanya dirancang oleh Abah Anom. Metode ini menggabungkan konsep cold turkey system yang “diislamkan” melalui mandi tobat, serangkaian salat, dilengkapi berbagai zikir menurut ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Program yang semula diniatkan untuk membantu program pemerintah pada 1971 itu berlanjut terus, dan dilembagakan dalam belasan pesantren remaja Inabah.

Abah Anom sejak muda sudah zuhud, di antaranya pantang makan daging dan selalu minum air putih. Ia putra kelima K.H. Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad alias Abah Sepuh dari istri kedua, Hj. Juhriyah. Ia memang disiapkan oleh ayahandanya untuk meneruskan kepemimpinan di Suryalaya. Selepas pendidikan dasar di sekolah dan pesantren Suryalaya pada 1930 Abah Anom mulai mengembara untuk menuntut ilmu.
Diawali dengan mengaji ilmu fikih di Pesantren Cicariang, Cianjur, kemudian belajar ilmu alat (ilmu bahasa) dan balagah di Pesantren Jambudwipa, juga di Cianjur, selama dua tahun. Kemudian ia mengaji kepada Ajengan Syatibi di Gentur, masih di Cianjur, dan Ajengan Aceng Mumu di Pesantren Cireungas, Sukabumi, yang terkenal dengan penguasaan ilmu hikmahnya. Belakangan ia memperdalam ilmu silat dan hikmah di Pesantren Citengah, Panjalu, Cianjur, yang diasuh oleh Ajengan Junaidi.

Kematangan ilmu Abah Anom di usia 19 tahun diuji dengan kepercayaan yang diberikan oleh Abah Sepuh untuk membantu mengasuh Pesantren Suryalaya sampai ayahandanya itu wafat pada 1956 dalam usia 120 tahun. Dua tahun sebelum wafat, Abah Sepuh mengangkat Abah Anom menjadi wakil talkin, kemudian menjadi mursyid penuh tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, sekaligus pengasuh pesantren.

Beban tanggung jawab yang begitu berat tertumpu di bahunya pada usianya yang baru 41 tahun, menenggelamkannya ke dalam samudra riadat, alias tirakat pertapaan. Kecintaannya kepada pesantren, tarekat, dan umat melarutkan hari-harinya dalam ibadah, tarbiah, dan doa. “Sepanjang sisa hidupnya ia hampir tak pernah tidur,” tutur salah seorang kemenakan perempuannya yang pernah beberapa waktu mengabdi di rumahnya.

“Abah selalu duduk di pojok ruangan sambil berzikir. Suara tasbihnya yang berkecrek-kecrek selalu terdengar, tak pernah putus. Abah juga selalu berzikir secara khafi, di dalam hati. Setiap kali merasa mengantuk, atau batal, Abah bangkit mengambil air wudu lalu melakukan salat sunah dua rakaat, kemudian kembali duduk untuk berzikir. Begitu seterusnya,” tuturnya. Tentu saja Abah Anom juga melakukan ibadah mahdlah, seperti salat dan sebagainya, dan kegiatan rutin di luar rumah, seperti mengajar, memberikan tausiah, dan mengunjungi beberapa pesantren atau kerabat.

Di awal masa kepemimpinannya, gerakan Darul Islam pimpinan Kartosuwiryo masih giat di Jawa Barat. Ketika itu, pada tahun 1950-an, markas terakhir mereka di lembah Gunung Cakrabuana. “Suatu ketika jemaah yang tengah salat di sebuah surau diserang dengan tembakan-tembakan oleh mereka,” tutur Abah Anom dalam suatu kesempatan.

Kincir Air
Gara-gara serangan gerombolan itulah, bersama para kiai dan warga desa ia menggelar operasi pagar betis bekerja sama dengan kuwu (lurah) dan TNI. Mereka bahkan membantu operasi penyergapan terhadap laskar DI. Sebelumnya, di masa perjuangan kemerdekaan, Pesantren Suryalaya menjadi persembunyian para pejuang yang dipimpin, antara lain, oleh A.H. Nasution, Solihin G.P., dan Umar Wirahadikusumah.

Sementara pada masa pascapergolakan, Pesantren Suryalaya tampil sebagai pelopor pembangunan masyarakat. Abah Anom menjadi motor penggerak denyut nadi perubahan dengan mengajak warga dusun Godebag, tempat pesantren berdiri, dan sekitarnya bahu-membahu membangun irigasi dan membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik. Inilah amal jariah yang hasil dan manfaatnya bisa dinikmati oleh anak-cucu sampai beberapa generasi ke depan.

Membantu negara memang merupakan roh perjuangan Pesantren Suryalaya dari masa ke masa. Ini selaras dengan amanat sang pendiri sebagaimana tertuang dalam naskah Tanbih alias wasiat Abah Sepuh. Semangat membantu pemerintah ini pula yang sempat membuat pesantren ini pernah dicibir beberapa kelompok karena dianggap terlalu memihak kepada kekuasaan. Abah Anom sendiri pernah menjadi sesepuh sebuah partai politik di era Orde Baru.

Bagi bapak 15 anak ini, pengabdian kepada negara harus berangkat dari sebuah ketulusan, bukan karena pamrih, sekecil apa pun. Terkait dengan keberhasilan membantu pemerintah dalam program penyembuhan pecandu narkoba, dengan rendah hati ia pernah bertutur, “Memang, bakti saya itu belum maksimal. Tapi, saya cukup senang karena bisa membantu pemerintah menanggulangi korban narkotik.” Dalam pengelolaan pesantren, Abah Anom adalah manajer yang andal. Di tangannya, Suryalaya, yang dulu merupakan pesantren kecil di tengah hutan, berkembang pesat menjadi salah sebuah pesantren yang sangat dihormati dan disegani. Jutaan santri dan pengikutnya yang tersebar di seluruh Indonesia – bahkan juga di beberapa negeri tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Myanmar. Termasuk sekitar 3.000 santri yang bermukim di lingkungan Pesantren Suryalaya, alumni, puluhan santri remaja Inabah, serta jutaan ikhwan dan akhwat tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Pengembangan pendidikan di pesantren pun tak luput dari sentuhan tangan dinginnya. Diawali dengan pendirian Yayasan Serba Bhakti pada 1961, yang menangani pengembangan pesantren. Hasilnya kini sudah terlihat. Pesantren Suryalaya memiliki beberapa unit pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Dan kini, di usianya yang semakin larut, Abah Anom tidak lagi secara intens mendampingi para santrinya. Tubuhnya yang semakin renta tak lagi mampu mengimbangi semangat dan kecintaannya kepada sesama. Karena itu, beberapa tahun belakangan semua urusan pesantren dan tarekat diserahkan kepada tiga orang yang ditunjuknya sebagai pengemban amanat: K.H. Zainal Abidin Anwar, K.H. Dudun Nur Syaidudin, dan K.H. Nur Anom Mubarok.

Namun, dengan sisa-sisa tenaga yang semakin melemah, Abah Anom tetap bersikeras menerima para tamu yang bersilaturahmi dari berbagai pelosok tanah air – bahkan dari luar negeri – walau sekadar untuk berjabat tangan. Sebab, mereka yakin, secara rohaniah Abah Anom masih akan terus mengasuh jiwa-jiwa yang membutuhkan tetes demi tetes embun hikmah yang mengalir dari kejernihan telaga hatinya. (AIS-2005)

posted by AhmadIftahsidik @ 11:49 AM 0 comments
0 Comments:

Post a Comment

<< Home