Senin, 17 Maret 2014

Belajar Sedekah dari Lebah

Belajar Sedekah dari Lebah
Adakah dari kita yang mau dan mampu berbagi 90% dari apa yang kita dapatkan?

Terkait

Oleh: dr. Zaidul Akbar
LEBAH yang merupakan salah satu Mahluk terindah dan sempurna yang diciptakan Allah ternyata banyak mengandung kikmah yang bisa kita pelajari.
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah untuk menjadikan gunung, pepohonan, dan tempat tinggal sebagai tempat bersarang.” (QS. an-Nahl [16]:68)
مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl [16]: 69)
Ibarat seorang pekerja yang bekerja banting tulang, kerja keras setiap hari,dengan penghasilan yang begitu berlimpah, namun pekerja tadi hanya mengambil 10% dari pendapatanya, 90% nya ia berikan kepada orang lain, pertanyaannya mampukah banyak orang atau kita sendiri mau melakukan hal itu?
Jawabannya mungkin ada dan sebagian kecil mungkin, sangat kecil, namun hal ini ternyata tidak berlaku pada lebah, dari total konsumsi lebah, ternyata hanya 10% produksi madu dari Sang Lebah tadi yang mereka konsumsi sendiri, artinya 90% hasil produksi mereka, mereka “sedekah” kan untuk siapa? Untuk Manusia.
Kesimpulannya? Lebah memang diciptakan Allah untuk melayani manusia, sehingga sangat tidak bersyukur, kita sudah di fasilitasi Allah melalui lebah ini melalui madu untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Namun, di luar itu semua, sungguh lebah begitu banyak memikirkan orang lain, mereka lebih banyak memikirkan bagaimana memberi dan berbagi untuk orang lain khususnya manusia dengan produk produk mereka, Subhanallah.
Adakah dari kita yang mau dan mampu berbagi 90% dari apa yang kita dapatkan? mungkin belum lah kita seperti keikhalasan lebah tapi ternyata salah satu Sahabat Rasulullah berani memberi untuk Allah dan RasulNya dengan memberi seluruh kekayaanya (100%) , dialah Abubakar Radiyallahu anhu.
Mari kita meniru azas manfaat dari lebah agar kita menjadi manusia yang lebih banyak memikirkan orang lain dan berbagi kepada orang lain dan itu semua menjadikan justru semakin bahagia, sehat dan kaya, percayalah.*
Twitter @zaidulakbar
Rep: Administrator
Editor: Cholis Akbar

Baca Juga

996-2014

Hidupku Berbalik sejak Kugantungkan Hidupku pada Nya

Ya Allah ya Rahman, baru beberapa menit kugantungkan hidupku orang-orang yang pernah berhutang padaku membayar semua hutang-hutangnya
Hidupku Berbalik  sejak Kugantungkan Hidupku pada Nya
Bergantunglah hanya pada Allah semata, pasti tak akan pernah kecewa

KISAH ini aku ceritakan pada Anda semua, setidaknya sebagai pelajaran berharga. Ketika lulus sarjana, saya diterima di sebuah perusahaan asing dan bonafid. Saya termasuk salah satu anak Indonesia yang beruntung bisa diterima. Saya bangga dikaruniasi kecerdasan dan kemudahan dalam berbahasa asing kala itu.
Dua tahun di sebuah perusahaan asing, rupanya ada sebuah media berbahasa Inggris membuka lamaran. Entah, apa yang membuat saya merasa tertarik, padahal saya sudah bekerja mapan. Yang jelas akhirnya saya mendaftar dan menjadi wartawan berbahasa Inggris di sebuah media besar. Saya akhirnya pindah dari kampung ke Jakarta.
Luar biasa, di tempat ini saya mendapat pengalaman lebih kaya, berbicara dengan banyak orang dan banyak tokoh dengan mudah. Dalam perjalanan, akhirnya saya bisa sampai pada posisi puncak karir, Editor in Chief. Sayang posisi inipun tidak membuat saya bisa bertahan lama, dan saya mengajukan resign (pengunduran diri) di kala banyak kolega, banyak jaringan, teman dan mudah melakukan apa saja.
Saya kembali ke kampung berkumpul anak-istri, dan memulai hidup baru.
Pendidikan dari Allah
Tahun-tahun pertama kembali ke Bandung adalah hal yang berat. Maklum dari semula memiliki jabatan strategis kemudian harus kembali memulai dari nol bukanlah hal mudah.
Oh ya, sejak kecil, saya diberi rasa percaya diri, disertai perasaan bahwa saya harus bisa! Di Bandung, saya memilih usaha sendiri. Dengan kemampuan bahasa Inggris, saya memulai usaha penerjemahan buku-buku populer dan menerbitkannya secara kecil-kecilan.
Alhamdulillah, usaha saya ini pelan-pelan berjalan dan berkembang. Tanpa terasa dari usaha saya, sudah memiliki rumah sendiri yang cukup bagus, beberapa mobil pribadi. Tidak terasa rupanya saya sudah punya 10 karyawan. Lebih mengagetkan, aset saya sudah ratusan juta rupiah.
Alkisah, suatu hari datang kenalan dari Jakarta meminta bantuan mengerjakan buku sebilai Rp. 500 juta. Pertemuan membawa rizki akhirnya kita sepakati di sebuah hotel dan acara makan bersama. Proyek berjalan lancar, dan buku pesanan selesai tepat waktu.
Belum sempat saya mengabarkan pada pemesan, sebuah telpon masuk dari Jakarta. “Pak, kami mengabarkan, bapak telah meninggal kena serangan jantung!”
Rupanya telpon itu datang dari anak kolega saya yang memesan buku tadi. Ya Tuhan, rasanya jantung saya hampir berhenti. Entah mengapa kali ini hati saya tidak seperti biasanya. Saya yang biasanya bisa merasa PD dan bangga terhadap diri sendiri, tiba-tiba merasa hilang kepercayaan, hilang kekuatan?
Yang ada dalam kepala saya adalah “kemana saya harus mencari pengganti modal yang baru saja saya keluarkan? Dan siapa yang harus bertanggungjawab dengan tagihan sebesar itu?”
Seminggu hati saya bimbang, pekerjaan kantor menumpuk dan terbengkalai. Di rumah hanya bisa marah pada anak-anak dan istri.
Tidak sengaja, di saat dalam perjalanan menuju kantor, radio di mobil saya memperdengarkan pengajian dari seorang penceramah yang menjelaskan tentang kewajiban manusia hanya bergantung pada Allah semata, bukan yang lain.
Kata sang ustad, hanya  Allah Subhanahuwata’a-llaah yang mencukupkan sesuatu, mengganti sesuatu yang hilang dan jika kita bertawakkal dan bersandar hanya kepada-Nya, niscaya hati tidak akan pernah galau.
Setiap orang, apapun jenis dab urusannya diharapkan yang hendaklah bertawakal dan bergantung hanya kepada-Nya di dalam melaksanakan urusan apapun. Kesombongan hanyalah hal paling dibenci Allah.
Jika seorang manusia bersandar dan bergantung kepada Allah di dunia ini, niscaya dia melihat, seandainya dia bergantung kepada selain Allah maka selain Allah itu tidak mendatangkan pengaruh sama sekali bagi dirinya. Karena, hanya Allah sajalah yang layak dijadikan sandaran.
Duh, rasanya saya hampir disambar petir. Rupanya Allah baru menyentuh hati saya setelah lebih dari 20 tahun lamanya telah lupa ayat-ayatnya, lupa membuka kembali Al-Quran.
Saya khilaf, jika selama ini rupanya ke Pedean, seolah-olah semua hal bisa saya lakukan sendiri, tanpa bantuan Allah subhanahu wata’ala.
Oh ya, saya orang yang optimis, saking otimisnya semua tunggakan tagihan perusahaan merasa akan lancar saya tagih dengan teori ini dan teori itu, mengandalkan akal saya. Padahal sudah 3 tahun ini hampir setengah milyar tagihan saya tidak tertagih. Sudah semua ilmu dan teori, ibarat isi semua yang ada di kepala saya keluarkan toh tak tertagih juga.
Pesan ceramah di radio seolah menyindir kesombongan saya selama ini. Diam-diam usai memarkir mobil saya searching google mencari surat dalam Al-Quran yang disampaikan sang ustad barusan.
Subhanallah, saya akhirnya menemukan surat Ath Thalaq yang artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Ya Allah sudah sekian lama saya alpa, bangga seolah kemewahan ini seolah semua hasil jerih payahku sendiri, tanpa ada keterlibatan MU. Saya alpsa, seolah semua akal, ilmu yang selama ini saya pakai seolah muncul sendiri tanpa izin dari Mu ya Allah.
Saya alpa karena selama ini telalu mengandalkan akal dan menjauhkan dari wahyu. Sehingga tatkala datang cobaan, saya langsung lunglai.
Surat Al Ihlas yang sudah saya hapal sejak Sekolah Dasar (SD) rupanya baru menyadarkan saya setelah usia saya melewati 40 tahun.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
اللَّهُ الصَّمَدُ
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS: al Ikhlas [112: 1-2)
Hanya  Allah  tempat bergantung segala sesuatu, bukan yang lain.
Nikmat Pertama
Hari itu saya merasa hidup seolah nikmat. Dhuzur saya bisa shalat untuk pertama kali dengan menangis saat sujud. Ya Allah, hanya kepadaMU kami bergantung. Terserah Engkau kemanakan hartaku. Terserah Engkau kemanakan tagihan-tagihan ku, aku telah ikhlas. Yang bisa kukerjakan hanya berusaha. Hasilnya, Engkau yang menentukan.
Itulah shalat pertama kali sepanjang hidup sambil menangis.
Belum kering air mata usai menangis, HP saya berbunyi, "Pak, saya Aldi, yang punya hutang dulu. Barusan saya bayar via rekening."
Ya Allah ya Rahman, baru beberapa menit kugantungkan hidupku dan Engkau sudah mengangkatnya lebih. Alkisah, sejak perubahan hidup saya mulai dengan hanya bergantung pada Allah, orang-orang yang pernah berhutang pada saya membayar semua (bahkan saya sudah lupa nama-nama mereka), termasuk putra dari teman saya yang berhutang hampir Rp 500 juta. Total jenderal yang masuk hampir Rp 600 juta, Allahu Akbar! Allahu Akbar!
SubhanaLlah wani"mal wakill, dan cukuplah Allah subhanahu wata'ala menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali Imran [3] : 173).
Ya Allah, nikmat manalagi yang akan akan aku dustakan?*/[Cerita ini dikisahlan langsung dari yang bersangkutan]
Rep: Panji Islam
Editor: Cholis Akbar

Kepribadian Ganda…..Ada apa neh......


Salam Sahabat Mahakosmos,

Ini adalah pengalaman menghadapi kasus yang berkarakter ganda seperti sosok lain. Menjadi pribadi lain yang lambat laun membikin masalah. Semoga bermanfaat.

Sekitar 10 tahun lalu, saudara saya kena gangguan jiwa katakanlah begitu, dan tiba-tiba menjadi pribadi lain namun sangat mengagetkan. Yaitu menjadi sosok lain yang sok tahu, membangkang, dan sok mengajari orang lain kadang nyaris benar...namun diujungnya salah. Karena kita adalah berpikiran logika, maka berobatlah ke pengobatan modern yg biasa menangani kasus ini. Namun berbulan-bulan gak sembuh malah parah. Tiba-tiba jadi sosok lain yang sangat berbeda. Kepribadian ganda yang menjadi parah. Kepribadian aslinya cenderung kalah.

Yang mengagetkan tiba-tiba jadi seperti tukang ceramah, mengajari kitab, sebagian besar benar namun ujungnya kok ya ngawur. Akhirnya dicoba ke pengobatan tradisional, ke jalur agama. Namun seringkali sang pemimpin pondok yang ditemui, malah adu debat dan sudah puluhan jalur semuanya gagal. Namun disimpulkan ada sosok lain dalam dirinya.

Kasus lain: seorang mahasiswa yang ternyata diketahui orangtuanya sudah 2 semester sering bolos, jarang masuk kuliah. Ternyata diselidiki, yang bersangkutan kegilaan game on line. Akhirnya diinterogasi dan disadarkan. Mahasiswa itu cerita awalnya dari iseng main game on line, namun lama kelamaan keranjingan, dan setiap berangkat kuliah seperti ada bisikan kuat disuruh ke game on line. Untunglah mahasiwa itu bertekad untuk mengusir bisikan tersebut bermian game on line. Setelah jalur pengobatan modern belum ada hasil, juga jalur pengobatan hipnoterapi. Ketika dihipnoterapi, sang terapis kaget karena yang hadir ketika posisi trance adalah sosok lain. Dan diusir susah sekali. Akhirnya menghubungi saya.

Satu lagi: kasus seorang perempuan yang menjadi tidak waras, menjadi sosok lain yang pandai berdakwah, ya itu tadi awalnya bagus sekali namun ujungnya kok ya nyeleneh. Ngawur. Akhirnya berminggu-minggu meresahkan dan makin menggila.
Sang keluarga mempertemukan dengan saya, namun selalu saja kabur…. Mau gak mau ditaklukkan beberapa keluarganya digotong menemui saya.
Perempuan yang anaknya sudah besar-besar itu gak mau menghadapi saya. Selalu memalingkan muka. Namun akhirnya ngoceh juga, keluar kepribadian yang lain.
“Kamu mengajari orang… memang kamu benar. Sholat subuh saja terlambat kamu....” katanya , “sekarang saja kamu belum sholat kan?” lanjutnya lagi dan terus berceramah layaknya seorang ulama.

Jawab saya: “dalam ajaran agama, tamu harus dihormati. Jadi ketika baru pulang dari luar rumah langsung menemui tamu kehormatan. Baru saya pamit sholat dulu atau menawari tamu, apakah mau sholat bareng??”

Nah inilah jawaban kuncinya yang memastikan saya berhadapan dengan siapa. “Sholat sih nanti saja… untuk apa??”
Saya langsung memotong, ketahuan kamu sekarang!!! Ngapain kamu disitu, ganggu manusia. Akhirnya dalam satu perdebatan panjang dan ngadu “ilmu” cukup alot. Dia bermandikan keringat, menggelosor di atas lantai tak mampu lagi “bertempur” dengan kunci kekuatan tauhid.
“Ampun...kamu siapa sesungguhnya” katanya, “sudah..sudah saya gak kuat. Saya akan keluar.....” Dan saya tempatkan ke asalnya. Api yang berkobar.

Sahabat, banyak kasus yang saya hadapi dan akhirnya belajar dari pengalaman dari ratusan kasus ringan hingga berat sekali. Pengalaman yang sejak dulu nyaris adu nyawa, sekarat, dan terkapar. Sehingga nyaris nyerah berakidahnya kepada Sang Kuasa….

Logikanya begini, Sang Ibu tersebut senang sekali belajar olah ilmu apapun…tentu ilmu ghoib. Dan saya duga dari pengalaman maupun rasa hati, bahwa ibu itu kepingin sekali jadi tokoh atau guru spiritual. Namun setelah umur menua, kok ya belum kesampaian dan kalah dengan generasi yang lebih muda, dengan kebisaan yang melampaui dia.

Sang Ibu ini gak mau kalah, merasa sudah bisa, dan hebat (sombong). Inilah mindset hawa nafsu yang terpancar dari tubuhnya, dan layaknya hukum Law of Attraction menarik yang lain pikiran-pikiran negative yang bertebaran di semesta alam ini. Lambat laun mendominasi dalam pikiran…dan akhirnya berkepribadian ganda.
Kepribadian ganda kadang murni sebagai pikiran lain, namun kadang juga disusupi oleh godaan Syetan yang menggoda pikiran sombong kepinginan dalam ilmu ghoib tersebut.

Kasus saudara saya juga sama, dulu karena tekanan dari situasi perkuliahan dan pergaulan teman-temannya yang selalu menyombongkan kebiasaannya. Membuatnya jadi minder, dan tergoda harus bisa melampaui mereka. Namun ibarat rangkaian listrik yang terprogram dengan arus cuma sekian, dibebani dengan daya melampaui dari kemampuan. Akhirnya jebol, dan terganggulah rangkaian listrik alias pikirannya.
Stress, berkhayal tokoh lain dan masuklah karakter ganda sesuai tokoh yang sesuai.
Lambat laun, menjadi parah karena campur tangan dari godaan syaiton di pikirannya. Menjadi –jadi, dan jadilah sosok lain yang berbeda dan sangat kontra.

Kasus mahasiswa terjerat game on line juga demikian. Karena tertarik dengan karakter sang tokoh di game on line, hingga menjiwai, maka akan menarik peran tersebut kedalam pikirannya. Awalnya tidak masalah, namun jadi masalah ketika tokoh yang diperaninya ini terkesan membangkang, sombong, dan kontra dengan sifat-sifat tokoh malaikat alias kebaikan. Inilah yang menarik godaan syaitan masuk.

Pikiran / karakter ganda murni tidak masalah, dan lambat laun memudar bila rutinitias berganda ini berganti. Seperti seorang pendiam yang takut berbicara, namun ketika tugas mengharuskan dia memimpin dan berbicara. Maka lambat laun, seiring belajar memperhatikan tokoh lain yang positif... menyerap energinya…tertular…jadilah energi positif itu merasuk menjadi sifat, karakter yang bersangkutan. Mampu menjadi pemimpin yang pandai berbicara. Hal yang positif tentu selanjutnya menarik ciptaan Tuhan lain yang positif.

Namun sebaliknya kalau yang diresapi adalah tokoh atau sosok jahat alias kontra kebaikan, maka jadilah dia berpikiran jahat. Kepribadian ganda yang negatif murni bisa dirubah dengan sugesti melalui meditasi ataupun hypnosis atau tafakur do’a.
Namun kalau sudah digoda oleh ciptaan Tuhan lain (syaitan) yang datang karena tertarik hukum Law of Attraction, sungguh sulit.

Godaan syaitan ini bisa saja kalah tergantung personalnya. Bila kuat Spiritnya/jiwanya, maka godaan tersebut bisa kalah. Sebaliknya bila spiritnya lemah, imannya lemah, maka jadilah diperdaya.

Ciri khas dari godaan jin biasa adalah sosok beringas namun bisa ditundukkan dengan ayat-ayat suci atau diruqyah. Sok galak, sok beringas, namun kalau kita tenang senyum, penuh Ya Rohman Ya Rahiim, golongan ini akhirnya lulus sendiri. Kalah power.
 
Namun godaan syaitan atau iblis biasanya, sosoknya sombong, jago keilmuan, senang menasehati menceramahi, mengajari sesuatu kebaikan, namun ujungnya ada yang nyeleneh alias salah. Dan tidak bisa mati, karena ditangguhkan kematiannya menurut ayat suci. Bahkan pada masa lalu, saya sempat berduel dengan sosok ini yang merasuki adik saya. Dan saya akui saya kalah power, kalah iman. Spirit belum ter-upgrade. Sang syetan ini tertawa-tawa menyuruh saya keluarkan kemampuan ilmu, dan menyatakan dia gak mungkin dikalahkan dengan ilmu, karena dia sudah ahli anti ilmu dari sananya. Katanya dia lebih tua dari manusia. Tidak bisa mati, kebal dari apapun sepanjang dunia diciptakan. Saya tidak mampu menundukkan, sosok itu juga tidak. Karena sama-sama dalam tingkatan ilmu. Artinya baru saya sadari sekarang dari pengalaman juga, yang bisa mengalahkan mereka adalah melampaui tingkatan ilmu, alias jadi Ummi, bodoh, kosong, gak ada apa-apanya alias ikhlas bersandar.
Ikhlas yang mengantarkan ke tingkatan spirit diatasnya dalam keseharian selalu bersamaNya. Power spirit menjadi luarbiasa bersamaNya sepanjang nafas.

Apapun itu kembali sesuai Hukum Tarik Menarik, apapun ciptaan Tuhan di semesta akan tertarik, tersedot kepada kita automatically atas apapun program baik atau buruk (hawa nafsu negative). Siapapun yang berpikiran positif, mindset positif (prasangka baik) maka akan datang semua elemen di semesta yang pasti baik-baik. Juga sebaliknya yang bermind set negatif.

Dan kita tidak usah khawatir dengan kejahatan akan menimpa, sepanjang kita tidak bermind-set kejahatan. Demikian juga gangguan jin, syetan tidak mungkin menganggu kita sepanjang kita tidak bermindset sama dengan mereka. Tidak ada celah bagi mereka untuk masuk kedalam diri kita. Karena Beda frekuensi dan gelombang.

Apapun itu semua berawal dari godaan (hawa nafsu) pikiran, keinginan kita sendiri. Ikhlas adalah menjalani takdir yang datang kepadanya tiap saat. Apapun rejeki, siapapun yang datang dihadapi dengan penuh rasa syukur. Tidak pernah berekayasa bermain godaan pikiran negatif, karena efeknya akan sangat menyulitkan di kemudian hari.

Jadi masalah, gara-gara frekuensinya menyatu dengan masalah.




Salam Sahabat Mahakosmos,

Banyak sahabat yang sedang melatih olah rasa ala Mahakosmos yang jadi pusing, sakit, dan rasa gak enak yang terbawa hingga beberapa hari gak hilang-hilang. Kenapa Ya? Kok gara-gara kumpul sama teman-teman jadi ikutan pusing sakit begini....

Ada satu teman saya yang kakinya pegel terus di lutut sudah beberapa hari gak sembuh-sembuh.... udah dikasih obat.... diurut, ya begitu aja. Bingung mau diapakan.

Ketahuilah sahabat, itulah resiko kalau kita bermain perasaan atau menyatukan frekuensi dengan obyek yang tidak kita sadari. Apalagi bagi pemilik otak kanan yang lebih dominan dari otak kiri. Senengnya main perasaan. Alam bawah sadar menjadi lebih aktif.

Tanpa disadari gara-gara kumpul sama temen-temen dan seneng banget perasaannya, gelombang frekuensi dia menyatu dengan seluruh temen-temen. Jadinya dia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh temen-temennya. Ada yang rasa gak enak, deg-degan, jadi migren, dan lain-lain campur aduk.

Demikian juga teman yang sedang memikirkan obyek tertentu, yaitu ibunya. Tanpa disadari apa yang sedang dirasakan ibunya akan ikut dirasakan. Semakin kuat frekuensi perasaannya menyatu dengan ibunya, semakin kuat dia merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Jadinya ketika sang ibu sedang sakit lututnya, ya dia ikut merasakannya juga.

Ini adalah fenomena biasa akibat menyatunya frekuensi antara diri kita dengan obyek tertentu. Semakin menyatu tiada bedanya, maka akan merasakan apa yang dirasakan oleh obyek tersebut.

Ada positifnya juga ada negatifnya. Positifnya ya jadi bisa mendeteksi obyek yang dimaksud. Jadi ngerti apa yang sedang dipikirkan, dirasakan. Juga bisa sukses dalam bekerja karena menyatu sepenuhnya dengan apapun pekerjaan yang dilakukan. Namun menjadi negatif, bila tdak mampu menguasai situasi bermasalah dan tidak kuasa memutuskan tali frekuensinya... maka akan terbawa sampai beberapa hari hingga suatu titik terputusnya frekuensi tersebut dengan sendirinya.

Inilah jawaban kenapa seseorang yang menyatu dengan pekerjaannya, atau kegiatannya tiba-tiba jadi depresi ketika pekerjaan atau kegiatannya hancur lebur. Dia juga ikut hancur lebur.

Inilah penyakit para professional yang luarbiasa bekerja namun terkena dampak dari pekerjaannya. Ketika situasi pekerjaan sedang ruwet, maka tanpa disadari menjadikan penyakit pada sistem tubuhnya. Jadi ikut ruwet. Muncullah penyakit aneh-aneh. Migren, sesak, buang air tidak teratur, dan lain-lain.

Layaknya seorang professional tentu harus tahu kapan maju, kapan mundur, dan kapan diam. Tahu kapan menyatukan frekuensi selaras dengan obyek yang dihadapi dan tahu kapan memutuskan frekuensi tersebut. Maka sangatlah bijak, bila dalam kehidupan kita bisa menguasai teknik menyatukan frekuensi dan tahu pula kapan memutuskan frekuensinya.

Sehingga suasana emosi tinggi dan ritme bekerja di kantor yang bikin pusing tidak terbawa sampai ke rumah. Dan mampu berganti peran. Jangan sampai ketika tiba di rumah…tetap dengan emosi tinggi. Sehingga anak istri jadi takut, karena seperti melihat kita seperti bercula dua. Dan tanpa disadari ketika di meja makan malam, suasana makan seperti sedang bekerja di kantor. Memegang garpu sendok seperti memegang mouse keyboard. Menegur anak seperti menegur bawahan. Kacau deh.

Seseorang yang sukses menjadi bahagia adalah seseorang yang mampu selaras menyatukan frekuensi dengan apapun situasi yang sedang dihadapi. Itulah pepatah di kandang kambing mengembik, di kandang macan mengaum, di kandang ayam berkokok…..dan seterusnya.

Seseorang yang sukses dalam pekerjaan, dan sukses dalam membina keluarga, pertemanan, relasi, dan kegiatan sosial dimanapun berada serta sukses dalam berhubungan dengan Tuhan. Kesembangan dunia akherat.

Kamis, 13 Maret 2014

Berkah Shalawat; Darjo Kuli Kasar Yang Ajeg Baca Shalawat Nabi SAW...


Waktu mondok saya mondok di Kedung Paruk Purwkerto. Disana ada tukang kuli angkut bernama Darjo, pekerja kasar, ada beras ya ngangkut beras. Biasa setelah salat subuh tidur sebentar jam 7 keluar kerja kepasar. Pak Darjo pekerja kasar wafat. Setelah 9 tahun cucunya kemudian wafat. Maksud orang tua anak itu, ingin anaknya dimakamkan didekat makam kakek-nya; Darjo, terlebih di pemakaman itu banyak orang saleh, seperti ayahya Mbah Kiai Abdul Malik yaitu Kiai Ilyas. Akhirnya kuburan pak Darjo dibongkar, setelah digali 1,5 m ternyata bambunya masih hijau, kain kapannya masih utuh, wangi luar biasa seperti baru dimakamkan beberapa jam.


Setelah kejadian itu saya menghadap ke guru saya Mbah Kiai Abdul Malik, maksudnya mau laporan ke Mba Malik. Mbah Kiai Abdul Malik sedang duduk santai didepan rumah, tersenyum melihat kedatangan saya. Tiba-tiba mbah Malik bilang, pie Darjo mayite isih utuh; Darjo mayitnya masih utuh? Belum bicra Mbah Malik sudah menjelaskan. Kata beliau, Darjo kui wong ahli shalawat ora tahu tinggal shalawat, tiap bengi durung turu sadurunge moco shalawat 16.000.  Darjo itu istiqamah tiap malam tidak pernah meninggalkan membaca shalawat, sebelum membaca shalawat 16.000 Darjo tidak akan tidur. Shalawatnya Allahumma shali ala Muhammad, Allahumma Shali ala Muhammad. Secara lahiriah kuli kasar ternyata Pak Darjo temasuk orang saleh.


Kita tidak harus membaca 16.000, minimal 300 saja setiap malam sudah bagus. Siapa yang membaca shalawat tiap hari buat keluarga dan putra-putrinya tiap malam 300 kali, Insya Allah putra-putrinya akan diberkahi, dan jika nakal senakal apapun anaknya, pada waktunya akan menjadi baik. Insya Allah. Maulana Habib Lutfi bin Yahya berpesan. (Tsi)



Terakhir diubah pada Rabu, 19 Februari 2014 04:21

Saat kita melakukan kesalahan kepada orang tua kita. Yang semestiya harus kita lakukan jika kita hendak mengajukan permintaan adalah memohon ma’af. Bisa jadi permintaan kita akan menambah amarah orang tua kita jika kita ajukan permohonan sebelum kita memohon maaf. Itu adalah yang terjadi antara  anak yang seorang hamba dan bapak yang juga seorang hamba. Bagaimana jika ternyata jalinan itu adalah antara kita dengan Allah SWT? Pantaskah kita mengajukan permohonan kepada Allah SWT sementara dengan dosa yang kita lakukan pun kita belum memohon ampun. Kalau pun meminta ampun akan tetapi tidak dibarengi dengan keseriusan dalam memohon ampun.

Sudahkah kita sadari nikmat yang dikaruniakan oleh Allah SWT dari mata, telinga, tangan dan jabatan dan lain-lainnya yang semestinya kita gunakan untuk mencari ridho Allah SWT namun akhirnya kita gunakan untuk melanggar-Nya? Layakkah kita saat itu untuk mengajukan permohonan lagi sementara nikmat yang ada saja kita tidak bisa mensyukurinya? Sungguh, orang yang tidak mengerti makna bersyukur ia tidaklah  mengerti makna permohonan. Karena yang tidak bisa bersyukur artinya tidak kenal siapa yang memberinya nikmat. Yang tidak kenal siapa pemberi nikmat mungkinkah akan memohon secara sesungguhnya kepada-Nya? Tatakrama  memohon  adalah jika kita memohon kepada Allah SWT dengan segala kelemahan dan kebutuhan kita kepada Allah SWT, sekaligus menyadari keagungan Allah SWT pengkabul segala permohonan.

Merenungi jati diri maknanya amat penting dalam irama memohon kepada Allah SWT. Berapa kali dalam sehari kita memohon kepada Allah SWT dan berapa banyak  macam permohonan kita panjatkan kepada Allah SWT. Akan tetapi berapa banyak telah kita hadirkan kesadaran akan kelemahan kita? Atau yang terlahir justru harapan dan impian setelah pengkabulan yang kadang hanya akan membawa kesombongan diri dengan rencana-rencana pasca pengkabulan. Seorang ustadz yang begitu khusyu’ memohon agar diberi keberhasilan dalam dakwahnya. Akan tetapi terlintas di benaknya bayang-bayang kemegahan wibawa sebagai ustadz yang berhasil dalam mengajak umat dengan sejuta tamu dan pengikut. Apakah permohonan yang semacam ini adalah sebuah pengakuan kehambaan yang lemah dihadapan Allah SWT?

Yang memohon kepada Allah dengan khusyu’nya agar diberi rizqi yang halal dan barokah untuk bekal ibadah, akan tetapi terlintas di hati kecilnya keriduan, kemewahan dan kemegahan diantara manusia. Apakah permohonan yang semacam ini adalah permohonan yang benar yang dibarengi dengan kerendahan dan rasa tawadhu di hadapan Allah SWT? Sungguh Allah SWT akan melihat apa yang ada di hati kita. Jangan hanya memohon dengan sejuta ungkapan indah tanpa sebuah keinsyafan sebagai pemohon. Akan tetapi memohonlah kepada Allah SWT dengan segala hati yang terjaga, terbersihkan dan penuh kesadaran akan kelemahan kita dan keagungan Allah SWT. Sadarilah apa yang Anda ucap, serta camkan permohonan Anda dalam sanubari. Dahulukan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan akhiri pula dengan permohonan ampun atas sisa kelalaian Anda disaat memohon.

Wallahu a'lam bisshowab.

HAMKA : Nasehat Kehidupan


Sumber: http://www.eramuslim.com/nasehat-ulama/hamka-nasehat-kehidupan.
Oleh : HAMKA

Kehidupan itu laksana lautan: ” Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi”.
Pepatah orang Makassar: ” Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang. Hidupnya ialah untuk berjuang. Jikalau perahunya telah ia kayuh ketengah, ia tak boleh bersurut pulang. Meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarlah layer robek. Itu lebih mulia (baginya) dari pada membalik haluan pulang.
Wahai diriku teruslah maju
Di tengah jalan jangan berhenti
Sebelum ajal janganlah mati
Keredhaan Allah itulah tuju

Kalau berhembus angin selatan
Jangan lekas riang gembira
Kalau bergoncang tali bubutan
Jangan lekas berputus asa

Selama nyala iman di dada
Panah tujuan tidaklah hilang
Tuhan Allah tetaplah ada

Pandang tenang hadap ke muka.
Hilang segala kepayahan
Hilang segala kepenatan
Lupa segala penderitaan

Sesak nafasku kala mendaki, keringat mengalir sampai ke kaki.
Kita masih hidup, udara masih kita hirup dan nafas belum redup.
Kalau Allah tidak izinkan kita lagi untuk tinggal di dunia ini, tentu kita mati. Tetapi kalau masih beleh hidup, (maka) kita akan makan.percayalah.
Taqdir itu bukanlah dielakkan melainkan dicari.
Pendirian hidup (adalah) lebih baik kita memperbaiki sangka kepada tuhan.

Bahagialah aku dikala tidur di jirat (di kubur)
Bercahaya mukaku di akhirat
Dari kanan aku menerima surat
…aku menyerah kepada Engkau (wahai) Tuhanku dengan tidak bersyarat.