MENCARI RIZQI YANG HALAL
Edisi 10 Th. 1-2004M/1425Hdikutip dari al mihrab.com
Rizqi yang telah Allah Swt berikan pada kita baik itu berupa harta benda, kesehatan atau yang lain sesungguhnya semua itu berfungsi sebagai sarana berbakti dan beribadah kepada-Nya. Allah Swt telah memberikan petunjuk atau jalan untuk mencari, menyimpan dan memanfaatkan rizqi yang telah dikaruniakan pada jalan yang diridloi-Nya. Sesungguhnya harta benda adalah fitnah bagi pemiliknya dan sesungguhnya Allah Swt dan Rasul-Nya telah menetapkan jalan yang benar dalam mencarinya dengan adil tanpa berbuat dholim, disamping itu Allah Swt juga telah mensyari’atkan dalam penasarufan (pemanfaatannya) atas jalan yang bermanfa’at bagi agama, dunia, dan akherat. Maka kewajiban kita untuk mengikuti jalan yang telah ditetapkan-Nya agar kita selamat dalam hisab di hari kiamat kelak. Karena orang yang dikaruniai oleh Allah Swt harta-benda akan diberi dua pertanyaan, “Dari mana harta itu diperoleh dan digunakan untuk apa harta tersebut.” Sesungguhnya Allah Swt telah menetapkan jalan untuk mencari ataupun mendapatkan rizqi di atas keadilan dan istiqomah tanpa adanya kedloliman dalam pekerjaannya atas orang lain. Jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat dulu begitu mulia dan terpuji, mereka begitu berhati-hati dalam mencari dan menasarufkan harta bendanya.
Mereka memperhatikan betul haram dan halalnya, dan jika belum jelas statusnya (syubhat) maka mereka akan cepat-cepat meninggalkannya. Dikisahkan pada suatu saat Abu Bakar As-Shiddiq ra menemui budaknya, beliau bertanya, “Apakah ada makanan yang bisa dimakan?” Budaknya menjawab, “Ya ada.” Lalu Abu Bakar langsung memakannya, setelah selesai ia bertanya lagi, “Hai budakku, dari mana kamu dapatkan makanan ini?” Sang budak menjawab, “Aku tadi bertemu dengan seorang jahiliyyah lalu aku meramal dan aku membohonginya dengan ramalan yang baik, setelah itu aku diberi makanan tersebut.” Seketika itu Abu Bakar As Siddiq ra, memasukkan tangan kedalam mulutnya dan memuntahkan semua makanan yang baru ia makan karena ia sudah mengerti bahwa makanan itu jelas haram hukumnya. Contoh kisah tersebut merupakan jalan para sahabat yang amat mulia dan terpuji yang harus diteladani oleh umat sepeninggalnya. Mereka begitu berhati-hati dalam mencari harta benda, dalam makanan maupun minuman, sampai ia mengeluarkan makanan ataupun minuman yang telah ia makan setelah diketahui keharamannya. Sesungguhnya dengan jalan tersebut hidup mereka penuh berkah dan bermanfa’at dan mendapatkan ridlo-Nya. Perbedaan antara umat sekarang dengat umat terdahulu begitu besar.
Jika umat terdahulu mencari dan menasarufkan harta benda dengan jalan yang benar dan mereka tidak segan-segan mengeluarkan makanan dan minuman yang telah masuk kedalam perut setelah mengetahui dengan betul tentang keharamannya, berbeda jauh dengan umat sekarang dalam mencari dan menasarufkan harta benda banyak melakukan kedholiman yang merugikan pihak lain. Apabila seorang pedagang mengatakan kebaikan dalam barang dagangannya, dan menutupi kejelekannya itu termasuk penipuan dan kedholiman yang akan mendapat laknat Allah dan tidak akan diakui oleh Rasulullah sebagai umatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya penipu akan aku keluarkan dari golonganku.” Dalam riwayat lain dikatakan, “Sesungguhnya orang yang menipu bukanlah golongan orang yang beriman karena seorang yang beriman adalah orang yang berbuat baik pada sesama dan mereka mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Tidak hanya itu, apabila ada seorang pedagang yang mengatakan aku membeli barang ini dengan harga segini dan aku mendapatkan keuntungan segini dan hal tersebut tidaklah benar maka itu termasuk penipuan atau perbuatan dholim yang akan merugikan pihak lain.
Dan rizqi dari hasil tersebut tidaklah akan berkah. Sesungguhnya syetan telah bermain dalam pikiran dan jiwa seseorang, mereka berusaha untuk mengajak seseorang ke jalan atau ke pekerjaan yang haram dan menarik kepada hal yang mengakibatkan dosa, sehingga banyak di antara manusia yang saling tipu-menipu, saling bujuk- membujuk, saling berdusta untuk mendapatkan harta benda, dan Allah ta’ala tiada akan memberi keberkahan dalam hidup, jika seseorang melalui jalan tersebut. Maka wahai manusia, takutlah pada murka dan siksa Allah ta’ala, dengan memilih jalan yang benar dan halal, yang penuh keberkahan yang dijanjikan oleh Allah ta’la yaitu harta benda yang bisa menjadikan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Sebagai manusia yang bertaqwa dalam mencari rizqi kita harus takut dan berhati-hati pada sesuatu yang menyebabkan turunnya murka dan siksa Allah Swt. Salah satu jalan mencari rizqi yang mendatangkan murka Allah Swt adalah riba, karena riba adalah perbuatan yang termasuk ke dalam golongan dosa besar yang amat berat siksanya. Allah Swt telah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah ta’ala dan takutlah atau tinggalkanlah sesuatu yang mendekatkan pada riba jika kalian mengaku beriman kepada Allah Swt.”
Dalam shoheh Bukhori Muslim dikatakan, “Sesungguhnya Allah Swt bersama Rosul-Nya akan melaknat orang yang makan dengan jalan riba, baik itu pelaku,wakil atau seseorang yang menjadi juru tulisnya bahkan sampai orang yang menjadi saksi atasnya, mereka semua sama dalam dosanya.” Seseorang yang melakukan riba berarti telah membuat kerusakan yang besar di atas bumi ini, kerusakan agama, dunia maupun akherat. Sesungguhnya riba merupakan perhiasan dari segala bentuk keburukan yang ada. Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang riba seperti emas dibeli dengan emas, tanah dengan tanah yang tak sebanding kualitas ataupun jumlahnya. Baik yang membeli maupun yang menjual sama-sama mendapat dosa dari Allah Swt.
Mereka memperhatikan betul haram dan halalnya, dan jika belum jelas statusnya (syubhat) maka mereka akan cepat-cepat meninggalkannya. Dikisahkan pada suatu saat Abu Bakar As-Shiddiq ra menemui budaknya, beliau bertanya, “Apakah ada makanan yang bisa dimakan?” Budaknya menjawab, “Ya ada.” Lalu Abu Bakar langsung memakannya, setelah selesai ia bertanya lagi, “Hai budakku, dari mana kamu dapatkan makanan ini?” Sang budak menjawab, “Aku tadi bertemu dengan seorang jahiliyyah lalu aku meramal dan aku membohonginya dengan ramalan yang baik, setelah itu aku diberi makanan tersebut.” Seketika itu Abu Bakar As Siddiq ra, memasukkan tangan kedalam mulutnya dan memuntahkan semua makanan yang baru ia makan karena ia sudah mengerti bahwa makanan itu jelas haram hukumnya. Contoh kisah tersebut merupakan jalan para sahabat yang amat mulia dan terpuji yang harus diteladani oleh umat sepeninggalnya. Mereka begitu berhati-hati dalam mencari harta benda, dalam makanan maupun minuman, sampai ia mengeluarkan makanan ataupun minuman yang telah ia makan setelah diketahui keharamannya. Sesungguhnya dengan jalan tersebut hidup mereka penuh berkah dan bermanfa’at dan mendapatkan ridlo-Nya. Perbedaan antara umat sekarang dengat umat terdahulu begitu besar.
Jika umat terdahulu mencari dan menasarufkan harta benda dengan jalan yang benar dan mereka tidak segan-segan mengeluarkan makanan dan minuman yang telah masuk kedalam perut setelah mengetahui dengan betul tentang keharamannya, berbeda jauh dengan umat sekarang dalam mencari dan menasarufkan harta benda banyak melakukan kedholiman yang merugikan pihak lain. Apabila seorang pedagang mengatakan kebaikan dalam barang dagangannya, dan menutupi kejelekannya itu termasuk penipuan dan kedholiman yang akan mendapat laknat Allah dan tidak akan diakui oleh Rasulullah sebagai umatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya penipu akan aku keluarkan dari golonganku.” Dalam riwayat lain dikatakan, “Sesungguhnya orang yang menipu bukanlah golongan orang yang beriman karena seorang yang beriman adalah orang yang berbuat baik pada sesama dan mereka mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Tidak hanya itu, apabila ada seorang pedagang yang mengatakan aku membeli barang ini dengan harga segini dan aku mendapatkan keuntungan segini dan hal tersebut tidaklah benar maka itu termasuk penipuan atau perbuatan dholim yang akan merugikan pihak lain.
Dan rizqi dari hasil tersebut tidaklah akan berkah. Sesungguhnya syetan telah bermain dalam pikiran dan jiwa seseorang, mereka berusaha untuk mengajak seseorang ke jalan atau ke pekerjaan yang haram dan menarik kepada hal yang mengakibatkan dosa, sehingga banyak di antara manusia yang saling tipu-menipu, saling bujuk- membujuk, saling berdusta untuk mendapatkan harta benda, dan Allah ta’ala tiada akan memberi keberkahan dalam hidup, jika seseorang melalui jalan tersebut. Maka wahai manusia, takutlah pada murka dan siksa Allah ta’ala, dengan memilih jalan yang benar dan halal, yang penuh keberkahan yang dijanjikan oleh Allah ta’la yaitu harta benda yang bisa menjadikan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Sebagai manusia yang bertaqwa dalam mencari rizqi kita harus takut dan berhati-hati pada sesuatu yang menyebabkan turunnya murka dan siksa Allah Swt. Salah satu jalan mencari rizqi yang mendatangkan murka Allah Swt adalah riba, karena riba adalah perbuatan yang termasuk ke dalam golongan dosa besar yang amat berat siksanya. Allah Swt telah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah ta’ala dan takutlah atau tinggalkanlah sesuatu yang mendekatkan pada riba jika kalian mengaku beriman kepada Allah Swt.”
Dalam shoheh Bukhori Muslim dikatakan, “Sesungguhnya Allah Swt bersama Rosul-Nya akan melaknat orang yang makan dengan jalan riba, baik itu pelaku,wakil atau seseorang yang menjadi juru tulisnya bahkan sampai orang yang menjadi saksi atasnya, mereka semua sama dalam dosanya.” Seseorang yang melakukan riba berarti telah membuat kerusakan yang besar di atas bumi ini, kerusakan agama, dunia maupun akherat. Sesungguhnya riba merupakan perhiasan dari segala bentuk keburukan yang ada. Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang riba seperti emas dibeli dengan emas, tanah dengan tanah yang tak sebanding kualitas ataupun jumlahnya. Baik yang membeli maupun yang menjual sama-sama mendapat dosa dari Allah Swt.
0 komentar:
Posting Komentar