Jumat, 19 Desember 2008

Cobaan Hidup
By Didin Hafidhuddin
Senin, 15 Desember 2008 pukul 20:24:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Cobaan HidupREPUBLIKA/PANCA

Ujian atau cobaan hidup sudah merupakan Sunnatullah, hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kapan dan di mana pun (QS 29: 1-3). Cobaan hidup ini bisa dalam bentuk sesuatu yang dirasakan berat dan menyakitkan, namun bisa pula dalam bentuk kebaikan dan kenikmatan yang menyenangkan. Allah menjelaskan: Tiap-tiap yang bernyawa itu akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan, sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kami-lah kamu semua akan dikembalikan.'' (QS 21: 23)

Sayid Hawwa dalam kitab Al-Asaasu fi at-Tafsier (VII: 3457) menjelaskan, berbagai cobaan hidup yang ditimpakan kepada manusia itu tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui secara lahiriyah mana di antara mereka yang pandai bersyukur dan mana pula yang kufur, mana yang bisa bersabar dan mana pula yang cepat putus asa. Menurut Sayyid Qutub, sebagaimana dikutip Sayid Hawwa, cobaan hidup yang berupa keburukan dan kesulitan akan mudah dipahami. Biasanya, orang yang mengalami cobaan hidup, misalnya mengalami sakit, hilang harta benda, dan seterusnya, yang bersangkutan akan segera berdoa dan mengharapkan pertolongan dan rahmat Allah swt.

Itu, berbeda dengan cobaan hidup yang berupa kebaikan dan kenikmatan. Ujian jenis ini memerlukan penjelasan dan perhatian yang mendalam. Sebab banyak orang yang beranggapan bahwa jabatan, kekuasaan, harta kekayaan dan ilmu pengetahuan itu bukanlah suatu ujian. Banyak orang yang bisa bersabar ketika menghadapi kesulitan, akan tetapi tidak tahan mendapatkan kenikmatan, kesehatan, kekayaan, dan kekuasaan.

Ketika ditimpa kesulitan, banyak orang yang langsung ingat kepada Allah dan selalu menyebut Asma-Nya, bahkan berjanji akan menjadi orang yang baik. Namun, begitu mereka berhasil mengatasi kesulitan dan mampu tegak berdiri tanpa bantuan orang lain, berubahlah sikap mereka. Banyak di antara mereka yang kemudian menjadi congkak, sombong, berlaku zalim kepada sesamanya, dan bahkan berani menentang perintah-Nya. Allah swt mengingatkan: Dan orang-orang yang mendustakan ayat Kami, akan Kami lalaikan mereka dengan kesenangan-kesenangan dari arah yang mereka tidak ketahuinya (QS 7: 182).

Imam Baedlawi di dalam tafsir Al-Baedlawi (hal. 205) menyatakan bahwa proses ini terjadi karena mereka terhanyut oleh berbagai kemudahan, tertipu oleh berbagai perasaan, seolah-olah situasi dan kondisi seluruhnya telah menguntungkan dirinya. Mereka tertipu oleh hawa nafsunya dan hawa nafsu orang-orang yang mengelilinginya.

Menurut Alquran, orang mukmin yang benar-benar bertakwa adalah orang yang bisa bersabar ketika menghadapi kesulitan dan penderitaan. Mereka mampu bersyukur ketika mendapatkan berbagai macam kenikmatan, sehingga mampu mempergunakan untuk sesuatu yang diridhai-Nya dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat manusia. Sabar dan syukur inilah yang harus senantiasa kita jaga dalam kehidupan ini. Wallahu A'lam bi ash-Shawab. - ah

0 komentar: