DARI : MAJELIS RASULULLAH
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S. Al-Ankabut: 64)
Proses Melihat
Perbuatan ‘melihat’ disadari dalam sebuah cara yang sangat maju. Photon-photon cahaya, berjalan dari objek, melintas melalui lensa pada bagian depan mata, dimana photon-photon cahaya itu difokuskan dan jatuh, dibalik, pada retina. Di sini, cahaya yang menimpa retina diubah ke dalam sinyal-sinyal elektris yang dikirimkan oleh neuron-neuron ke sebuah titik kecil di bagian belakang otak, yang disebut pusat penglihatan. Setelah serangkaian proses, pusat otak ini merasakan sinyal-sinyal ini sebagai imajinasi/kesan. Perbuatan melihat yang sesungguhnya terjadi pada titik kecil ini di belakang otak dalam gelap-gulita, benar-benar tersekat dari cahaya. (Harun Yahya, The Evolution Deceit, cetakan ke-7, hal.217-218)
Jika ‘melihat’ adalah sinyal-sinyal listrik yang ditafsirkan otak sebagaimana prosesor pada komputer menafsirkan sinyal-sinyal listrik sebagai suatu gambar -dan suara-, maka apakah kita memerlukan ‘dunia luar’ untuk kita lihat? Pada komputer, kita tidak harus memerlukan ‘dunia luar’ untuk membuat suatu gambar. Sebab kita dapat merekayasa gambar tersebut pada prosesor dengan memasukkan data-data yang akan mengatur sinyal-sinyal listrik. Begitu pula otak kita. Untuk melihat, mendengar, merasakan, mengecap, mencium, kita tidak memerlukan ‘dunia luar’. Sewaktu kita bermimpi, sering kita tidak dapat membedakan antara dunia mimpi dengan dunia nyata. Kita melihat diri kita dan dunia yang kita anggap nyata lengkap dengan warna, suara, tekstur, bau dan rasa. Kita berfikir bahwa kita sedang berada di dunia nyata. Tetapi sewaktu kita terbangun, kita pun sadar bahwa dunia yang baru saja kita lihat hanyalah mimpi, artinya tidak benar-benar ada. Apa yang kita lihat dalam mimpi, hanyalah sinyal-sinyal listrik yang ditafsirkan oleh otak kita. Jadi hanya dengan menafsirkan sinyal-sinyal listrik tersebut, kita sudah bisa ‘melihat’ Jadi, dunia yang kita lihat sekarang hanyalah sinyal-sinyal listrik yang ditafsirkan oleh otak kita sebagai ‘dunia nyata’.
Jika kita melihat film The Matrix, Total Recall, kita akan dapat memahami bagaimana dunia yang terlihat nyata dapat direkayasa. Tetapi kemudian bagaimana dengan otak kita?
Siapa yang Melihat?
Otak kita adalah bagian dari ‘dunia nyata’. Artinya ia juga imajinasi. Jika demikian, lalu siapa yang benar-benar melihat? Ruh. Apa yang kita lihat sebagai ‘dunia nyata’ atau ‘dunia luar’ adalah kesan yang diciptakan Allah pada ruh kita. Jadi sewaktu kita terbangun dari mimpi, sesungguhnya kita sedang terbangun di alam mimpi yang lain yang kita sebut ‘alam dunia’. Mungkin diantara kita ada yang pernah berusaha bangun dari mimpinya, sewaktu ia berhasil bangun, ternyata ia pun sadar bahwa ia hanya terbangun di dunia mimpi pula. Lalu ia berusaha untuk bangun lagi, dan akhirnya ia berhasil bangun di alam dunia. Tetapi ternyata alam dunia yang kita huni saat ini juga hanyalah alam imajinasi. Imajinasi yang Allah Ciptakan pada ruh kita.
Tubuh dan Waktu
Kita sering berfikir bahwa yang merasakan sakit, sehat, senang, dan sebagainya adalah tubuh kita. Tetapi sesungguhnya tubuh kita ini hanyalah imajinasi. Di dalam mimpi terkadang kita merasa tubuh kita merasa sakit, tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, dan sebagainya. Tetapi sesungguhnya, tubuh kita yang dilihat oleh teman kita di alam dunia tetap bergerak dan tidak kenapa-kenapa. Semua yang kita rasakan di alam mimpi itu hanya terjadi pada fikiran kita, atau lebih tepatnya hanya dirasakan oleh ruh kita, yang padanya diciptakan segala hal yang kita lihat, kita rasakan, kita sentuh, kita dengar, dsb. Sewaktu kita bermimpi, tubuh yang kita saksikan adalah tubuh imajinasi yang ada di alam mimpi. Tetapi selain kita memiliki tubuh tersebut, kita juga memiliki tubuh lain di alam dunia. Jadi pada saat itu kita ternyata memiliki dua tubuh. Hanya saja kita sedang fokus kepada tubuh yang ada di alam mimpi. Dan kita tidak peduli dengan tubuh kita yang ada di alam dunia. Begitu juga sebaliknya sewaktu kita ada di alam dunia ini kita hanya fokus dan merasakan pada tubuh yang ada di alam dunia.
Apakah kita hanya memiliki dua tubuh? Tidak, kita memiliki banyak tubuh. Di alam dunia, alam mimpi, masa sekarang, masa lampu, masa depan, akhirat, dan masih banyak lagi. Apakah tubuh-tubuh itu sudah ada? Ya. Sewaktu kita bermimpi dan merasa hidup, apakah tubuh kita di alam dunia tidak ada? Tubuh kita di alam dunia itu ada, setidaknya dalam pandangan teman-teman kita yang fokus kepada alam dunia. Tetapi saat itu, kita sedang mengalami pengalaman lain, yaitu alam mimpi. Dan sekarang kita sedang mengalami alam dunia ’saat ini’. Tetapi bukan berarti tubuh kita di alam dunia ‘di masa depan’, alam selanjutnya, ‘di masa lampau’, dan lainnya tidak ada. Semua itu ada, tetapi kita sedang fokus kepada tubuh kita di alam dunia ’saat ini’. Hal inilah yang menyebabkan kita merasakan adanya ‘waktu’. Padahal waktu hanyalah imajinasi. Apa yang kita sebut ’saat ini’ atau ’sekarang’ adalah imajinasi yang kita sedang fokus padanya. Adapun ‘masa lampau’ adalah imajinasi yang kita telah pernah fokus lalu kita tafsirkan pada ’saat ini’ sebagai kenangan. ‘Masa depan’ adalah kesan yang belum pernah kita fokus padanya. Tetapi semua itu -masa lampau, sekarang, masa depan- sudah ada. Hanya saja kita fokus kepada apa yang kita sebut ’saat ini’.
Jika kita melihat film pada menit ke-10, lalu kita pause. Maka apa yang ada sebelum menit ke-10 adalah masa lampau, pada menit ke-10 adalah saat ini, dan setelah menit ke-10 adalah masa depan. Semua itu sudah ada pada keping VCD, tetapi kita sedang fokus kepada menit ke-10. Jadi sesungguhnya, keabadian telah berlangsung.
Dunia Fatamorgana
Dunia yang saat ini kita huni, ternyata hanyalah alam imajinasi. Apa yang ada padanya hanyalah fatamorgana yang menipu. Alam dunia hanyalah mimpi. Dan bahkan semua alam yang kita rasakan adalah mimpi atau imajinasi. Tetapi diantara mimpi-mimpi itu ada mimpi yang lebih nyata dan kekal. Alam dunia lebih nyata dari alam mimpi; dan alam akhirat lebih nyata dari alam dunia.
Apa yang kita rasakan di alam mimpi akan hilang di alam dunia. Jika kita menggenggam sekuntum bunga di alam mimpi, apakah bunga itu akan ada dalam genggaman kita di saat terbangun? Begitu juga apa yang kita ‘genggam’ di alam dunia ini. Sewaktu kita terbangun di alam akhirat, semua itu akan sirna. Dan yang Ada serta Tidak Sirna hanyalah Allah. Jadi Wujud satu-satunya yang Haqiqi hanyalah Allah. Inilah salah satu ma’na kalimat tauhid.
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. (Q.S. Yunus: 24)
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Q.S. Ar-Rahman: 26-27)
Untuk Apa Beramal?
Kita perlu memahami bahwa walau dunia ini adalah imajinasi, tetapi hukum fisika, hukum syari’at dan lainnya jelas berbeda dengan hukum fisika dan syari’at pada mimpi. Di alam mimpi kita bisa melayang-layang di udara tanpa gravitasi bumi. Kita juga bisa meminum khamar tanpa berdosa. Kemudian kita juga sering mendengar orang-orang tua dulu ada berkata bahwa jika seseorang bermimpi ketiban bulan itu tandanya ia akan mendapat rizqi besar yang tida di duga-duga di alam dunia setelah ia terbangun. Demikian pula alam dunia, ia menjadi alamat tentang apa yang akan menimpa kita di saat kita ‘terbangun’ di alam selanjutnya. Jika orang tua dulu punya primbon untuk menafsir mimpi, maka Al-Qur`an adalah pedoman kita untuk menafsirkan mimpi dunia. Di dalam Al-Qur`an di jelaskan bahwa jika di dunia kita bertaqwa, maka sewaktu ‘terbangun’ kita akan mendapat keberuntungan (al-falah). Tetapi jika kita ‘bermimpi’ menjadi orang yang ingkar, maka sewaktu kita ‘terbangun’ kita akan mendapat kecelakaan yang besar.
Kemudian, di dalam suatu riwayat dikatakan bahwa penduduk surga dan neraka telah ditentukan. Lalu shahabat bertanya, “Kalau begitu kenapa kita tidak diam saja menunggu taqdir?” Lalu Rasulullah SAAW bersabda, “Beramallah kalian, sesungguhnya kalian dipermudah.” Jadi orang yang telah Allah tetapkan sebagai ahli surga akan Allah gerakkan untuk berbuat tha’at, adapun orang yang telah ditetapkan sebagai ahli neraka akan Allah biarkan dalam berbuat ma’siat. Allah Mahaberkuasa lagi Mahabijaksana.
Maka segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan kita sebagai mu`min dan muslim. Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kita dari kekafiran dan kefasiqan. Segala puji bagi Allah yang telah menggerakkan kita untuk berbuat tha’at. Tidak ada daya untuk menghindari ma’siat dan tidak ada kekuatan untuk berbuat tha’at kecuali dengan Idzin, Kehendak, Kekuasaan, dan Kasih-Sayang Allah.
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Q.S. Az-Zumar: 10)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Q.S. Muhammad: 36)
Anggapan Orang Kafir
Orang-orang kafir menganggap bahwa dunia materi ini adalah dunia yang sesungguhnya, dan satu-satunya dunia yang ada. Pandangan seperti ini biasa kita sebut dengan materialisme. Paham ini telah berkembang sejak ribuan tahun silam, sejak manusia mulai ingkar kepada Allah. Kemudian Charles Darwin berusaha membuktikan bahwa paham materialisme itu adalah paham yang haq dan paham Wujudnya Allah adalah paham yang bathil, tidak terbukti dan takhyul belaka.
(Orang-orang kafir berkata:) kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. (Q.S. Al-Mu`minun: 37)
Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Q.S. Al-Jatsiyah: 24)
Pembuktian Ilmiah
Pada abad ke-20 semua pemikiran dari materialisme menjadi gugur. Para materialis beranggapan bahwa dunia tidak diciptakan. Tetapi kemudian teori Big Bang yang didasari oleh bukti ilmiah menyimpulkan: alam semesta tercipta melalui ledakan titik tunggal yang bervolume nol.
Dalam bahasa ilmiah, ‘ketiadaan’ diungkapkan dengan kata ‘volume nol’. Dan kaum materialis mengatakan bahwa alam dunia ini adalah nyata. Tetapi ilmu pengetahuan membuktikan bahwa alam dunia hanyalah sinyal-sinyal listrik yang ditafsirkan fikiran kita. Jadi ajaran Allah itulah yang Haq dan paham materialisme itulah yang bathil, tidak ilmiah, takhyul, primitif, tidak modern.
Kesimpulan
Berdasarkan ajaran Islam dan pembuktian ilmiah, ternyata dunia -yang di dalamnya terdapat materi- bukanlah alam nyata. Dunia hanyalah imajinasi, fatamorgana yang Allah Input pada ruh kita. Lalu bagaimana dengan ruh? Allah Yang Lebih Tahu. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak berpandangan kuno seperti halnya kaum materialis yang tidak percaya akan Adanya Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. Al-Hadid: 20)
Disarikan dari tulisan-tulisan Harun Yahya (Adnan Oktar)
Eternity Has Already Begun
The Evolution Deceit
Matter: The Other Name for Illusion
Timelessness and the Reality of Fate
dsb
Rujukan dalam Al-Qur`an:
Ali ‘Imron: 117, 185 Al An’am: 32, 70
Al Ankabut: 64 Al Hadid: 20
Muhammad: 36 Yunus: 24
Al Kahfi: 45-46 Luqman: 33
Fathir: 5 Az-Zumar: 10
Ar-Ra’d: 26 Al-Mu`minun: 37
Al-Jatsiyah: 24, 35
Rabu, 17 Desember 2008
KENYATAAN DUNIA NYATA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar