JANGAN MERASA DIRI LEBIH MULIA DARI ORANG LAIN
Dikutip dari: Manaqib - PP.Suryalaya
Setiap orang yang beriman hendaknya jangan sampai suka memperlihatkan sikap tidak baik, merasa diri kita lebih mulia daripada orang lain. Ingin menghina pada orang lain. Ingin menghina kepada sesama, karena Allah telah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman jangan suka menghina segolongan diantara kamu kepada golongan lainnya siapa tahu lebih baik yang dihina daripada yang menghina. Hal ini perlu mengapatkan perhatian kita sepenuhnya, sebab hal tersebut secara tidak sadar kita lakukan. Kadang-kadang dirasakan seperti becanda saja, padahal kalau tidak cepat bertobat, bisa menimbulkan dzolim. Artinya menjadi orang yang selalu merasa kegelapan. Gelap dalam arti pikiran dan perasaan. Masalah seperti ini dipandang penting dalah tarekat, sampai ada istilah Muroqobah. Itu gunanya untuk merasakan gerak-gerik kita. Mulai dari ucapan, kelakuan termasuk i'tikad. Jelas tentang hal ini jangan sampai disepelekan.
Seperti yang diterangkan dalam surat at-Taubat dalam al-Quran: Wa ammalladziina fii quluubiHim marodhun fazaadatHum rijsan ilaa rijsiHim wa maa tuuwaHum kaafirinn. Artinya : Orang-orang yang dalam hatinya berpenyakit, gerakan nafsu, ujub, riya, takabur, sombong, bohong, dzolim, khianat, jahat, dengki, benci dan seterusnya. Memang untuk menghina orang lain itu pekerjaan gampang tidak perlu repot-repot. Penyakit tersebut hampir tidak terasa, walaupun ia telah menyusup memasuki daerah perasaan kita. Tetapi kalau kita teliti dengan "kacamata rasa", baru kita menyadari bahwa perasaan kita sudah hampir ambruk. Sebab akibat lupa meneliti diri, bisa menimbulkan keinginan dalam hati untuk menghina orang lain. Padahal dirinya sendiri belum tentu benar. Pada dirinya sendiri banyak hal yang harus disingkirkan, yang pantas jadi ejekan, yang pantas ditiadakan, yang pantas dimusnahkan dan masih banyak kejelekan lainnya. Oleh karena itu sampai kita sempat melihat badan orang lain. Memang begitu lumrahnya, kotoran secuil pada badan orang lain kelihatan jelas, tapi badan sendiri sekujur tubuh penuh dengan kotoran yang menjijikan sama sekali tidak merasa. Lalau apa gunanya kita berdzikir? Kalau keadaan kita masih begitu juga. Padahal dzikir itu adalah sesuatu yang dapat menjadi garis pemisah antara yang baik dan yang jelek.
Dari ucapan saja sudah jelas, yaitu : Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Perintah ini benar-benar sudah jelas dengan ucapan yang nyata. Hasilnya hendaknya supaya berbekas pada amal, supaya tembus sampai i'tikad dengan benar-benar kokoh kuat, bisa memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Dzikir dengan lisan, yang tembus ke dalam hati, langsung tembus ke rasa akan memperlihatkan hasil kebaikan yang nyata pada diri kita. Jangan pura-pura sedang dihadapan umum seperti bersahabat tidak memperlihatkan rasa benci tapi dibelakangnya sebaliknya. Jangan sampai begitu. Singkirkan sifat seperti itu. Untuk apa kita amalkan dzikir yang dua macam yaitu dzikir Jahar yang diucapkan dan dzikir khofi yang diingatkan. Kedua macam dzikir itu guna memberantas segala macam kesalahan. dari kesalahan besar, sedang dan kecil. Dari kesalahan yang terdengar sampai yang tidak kedengaran. Oleh karena itu harus bisa menjelmakan menjadi satu pendirian yang benar-benar Shaleh sehingga bisa menghindarkan diri dari amal yang tidak diridhoi Allah Swt.
SEMUA MILIK ALLAH
Semua yang ada di bumi ini, akan binasa. Dan yang tetap abadi hanyalah Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Termasuk kita manusia akan hancur binasa. Jadi mengapa merasa ingin memiliki. Semuanya milik Allah. Apalagi kalau milik Allah tersebut kita gunakan untuk hal-hal yang tidak baik seperti menghina orang lain sehingga timbul perselisihan, perkelahian sehingga membuat orang tidak senang. Oleh karena itu, kita harus pasrah dan terbuka. Yakinkan bahwa diri kita tidak punya apa-apa. Tidak pernah mengadakan apa-apa. Tidak pernah membantu apa-apa. Tidak pernah menambah apa-apa. Kita tidak kaya, buka miskin. Tidak pintar bukan bodoh. Semua pemberian Allah. Kita tidak punya dan tidak memiliki sesuatu. Coba bayangkan, kalau dalam hati kita ada sedikit saja rasa memiliki, apalagi sampai tidak terasa terucapkan, itu sama saja artinya dengan mengambil hak Allah.
Kita harus terus berpegang teguh kepada Allah yang Maha Kuasa. Agar mendapat perlindungan sepenuhnya dari-Nya. Penuh pertolongan Allah, penuh dengan petunjuk Allah, penuh dengan hidayah Allah, penuh dengan kasih Allah. Tapi sebaliknya, apabila AKU yang merasa, aku yang punya, itu artinya mengambil wewenang Allah. Akibatnya kita akan dipenuhi kebingungan, kesusahan. Meskipun kaya, pintar tapi hatinya penuh dengan kebingungan. Sebagai sorang mu'min, selamanya harus merasa gembira. Kenapa tidak? Seumur hidup merasa dipelihara oleh Allah. Jika tidak memiliki perasaan tersebut maka perasaan kita akan bingung dan susah selamanya. Semoga Allah mengampuni kita semua.
Bagi kita yang sedang belajar tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya, mari intropeksi diri. Tingkatkan amal ibadah kita sehingga kita menjadi hamba-Nya. Koreksi diri, sehingga bisa memisahkan yang baik dan yang buruk. Tumbuhkan rasa saling menghormati, menyayangi, tolong menolong supaya kita berada dalam ridhonya. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menggunakan dzikir sebagai alatnya. Fainna dzikro saeful mu'miniin. Sesungguhnya dzikir itu pedangnya orang-orang yang beriman. Dzikir itu untuk membasmi, menyingkirkan segala godaan syetan, bujukan nafsu yang datangnya dari luar dan dalam. Setelah kita memiliki senjatanya, tinggal digunakan dengan sebaik-baiknya. insya Allah terbuka pintu kebahagiaan dunia dan akhirat. amin ya robbal 'alamiin.
Sabtu, 12 Juli 2008
JANGAN MERASA DIRI LEBIH MULIA DARI ORANG LAIN
KEHEBATAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAAH
KH. AYI BURHANUDIN
Sebagian dikutip dari www.suryalaya.org
"... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan" (QS. al-Maidah : 15). Nabi Muhammad diciptakan dari Nur keagungan Allah Swt. Dari Nur itulah kemudian tercipta seluruh makhluk. Kalimat ma'rifat yang sudah kita dapatkan juga merupakan bagian dari Nur Muhammad. Dzikir Jahar dan dzikir Khofi bisa menjadi cahaya penerang bagi kita dan menjadi api bagi syetan sehingga membakarnya.
Kalimat dzikir Laa ilahaa illallah mempunyai 19 nama diantaranya : Kalimat tauhid, Kalimat Ikhlas, Kalimat Ahsan, Kalimat da'watul haq, Kalimat thoyyibah, Kalimat 'Urwatul wutsqo, Kalimat tsamma'ul jannah (harga dan pembeli syurga), Kalimat taqwa, Kalimat Islam, Kalimat kedekatan dengan Tuhan, Kalimat kemenangan dst. Alhamdulillah kita sudah mendapatkannya.
Kehebatan Laa ilahaa illallah itu disebutkan : Tidak akan dibuka pintu langit (kesatu, kedua ... ketujuh) oleh Allah bagi orang yang berdo'a jika tidak melalui kalimat Laa ilahaa illallah. Artinya do'a tidak akan diijabah apabila kalimat Laa ilahaa illallah menyertainya. Kunci Pintu Surga adalah Laa ilahaa illallah. Alhamdulillah kita sudah mendapatkannya dan mudah-mudahan bisa membukanya. Sebaliknya kalimat Laa ilahaa illallah bisa menutup pintu neraka. Barokah dari langit dan bumi akan datang kepada orang yang banyak mengucapkan Laa ilahaa illallah. Kalimat Laa ilahaa illallah bisa membuka/mengeluarkan ruh manusia yang tidak bisa kembali kepada Allah ketika azalnya tiba. Hakikat Laa ilahaa illallah adalah dzikir Khofi. Dengan dzikir inilah kita belajar untuk bisa kembali kepada Allah. Dzikir Laa ilahaa illallah bisa menutup, mengendalikan nafsu jelek yaitu nafsu amarah dan lawwamah juga untuk mengunci pintu kemaksiatan.
Rahasia ayam jago
Rahasia Di Balik Ayam Jago
Dipublikasi pada Tuesday, 10 January 2006 oleh admin
Tahukah Anda?
M. Fauzi Musthofa (fauzi_m@sidogiri.net)
Ustad Sholeh (vokalis O.G. Al-ifroh) menyenandungkan suara emas yang dimiliki dengan iringan musik kesayangannya lewat syair-syair terbaik nan indah serta menyentuh lubuk hati penggemarnya, sekalipun kedengarannya sedikit bersenda gurau yaitu: bileh para' manjingah sobbu ajam lake' akukurunno', nikah tandanah settong paenga' dari Allah sopajah alakoh ebadah. Syair ini bukan sekedar syair penghibur lara dan letih setelah bekerja mencari nafkah, tapi merupakan aplikasi dari sebuah pernyataan ulama' yang diberi kemampuan untuk memahami dan mengungkap makna atau arti dari fenomena alam yang terjadi dan dikoleksi dalam kitab-kitab islam agar umat islam yang lain dapat mengetahui dan memahami pula.
Mengapa ayam jago itu bisa berkokok? apakah hanya ingin menyalurkan gairah seksualnya kepada sang betina? atau ada rahasia lain dibalik itu?
Kitab bujairimi ala al-khotib tepatnya di al-qoulu fi qodlo i al-fawaa iti mencoba memaparkan dengan gamblang akan hal itu. Konon sewaktu Nabi Adam diturunkan ke bumi dan mulai mengisi kehidupan di alam barunya, beliau kebingungan untuk melakukan sholat yang telah diperintahkan kepadanya. Hal itu dikarenakan beliau tidak tahu kapan waktu pelaksanaan tersebut. Tak lama kemudian beliau diberi sepasang ayam dari sorga. Satu ayam jago dan satunya ayam betina. Ayam jagonya berwarna putih yang kedua kakinya berwarna kuning, besar ayam itu seperti sapi besar, dan ayam tersebut selalu mengepakkan kedua sayapnya saat tiba waktu sholat dan berseru "Maha suci Allah yang dipuji semua makhluk, Wahai adam …! Kerjakanlah sholat, semoga kamu diberi rohmat oleh Allah". Mendengar seruan tersebut beliau langsung bangkit dan berwudlu' lalu sholat sesuai dengan apa yang menjadi ajarannya.
Imam Wahib berkata : Allah mempunyai seekor ayang jago yang bila ia bertasbih, maka malaikat berseru "dimana para pendengar seruan itu, orang yang ruku', orang yang sujud, pemohon ampunan, dan peng-Esa Allah …?." Seruan itu didengar pertama kali oleh malaikat yang berbentuk ayang jago berbulu putih. Malaikat tersebut berada dibawah pintu rahmat dan kedua kakinya menancap di dasar bumi serta kedua sayapnya memenuhi jagat raya. Malaikat yang mendengar seruan tersebut sepontan mengepakkan kedua sayapnya dan bertasbih mensucikan Allah, dan pada saat itu pula ayam-ayam di bumi juga ikut bertasbih seperti yang disuarakan malaikat itu, dan syetanpun lari tunggang langgang meninggalkan segala tipu muslihat yang telah direncanakan untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran tanpa menghiraukan korban yang sudah ada dalam genggamannya.
Versi lain mengatakan bahwa semua makhluk Allah mendengar seruan ayam tersebut dan ikut bertasbih kacuali jin dan manusi. Bila kiamat sudah dekat, maka ayam itu tidak mengepakkan sayapnya dan tidak bertasbih lagi, hal itupun juga diketahui semua makhluk kalau kiamat sudah dekat, tapi jin dan manusialah yang tidak pernah tahu akan hal itu karena mereka hanya sibuk dengan urusannya sendiri demi kepentingan sesaat. Dan tasbih ayam tersebutt berupa subbhaana al-maliki al-quddus, robbuna al-rohman, laa ilaha illa ghairuhu. Seruan itupun tidak asing lagi dikalangan ulama' , sebab mereka tahu dan yakin bahwa apa yang disampaikan para shohabat itu betul dan terjadi, karena mereka adalah orang-orang pilihan dan pembela rosulullah, bahkan mereka disamakan dengan bintang gemintang yang dapat menunjukkan orang yang sedang kebingungan tidak tahu arah kemana dia akan melangkah.
Dengan cerita diatas ternyata ayam jago tidak hanya sekedar hewan yang dipelihara dan dikonsumsi dagingnya serta didengar suara merdunya ketika menjelang tengah malam, hingga kesunyiannya hilang terisi dengan suara khas si ayam jago. Tapi dibalik semua itu ayam jago mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki hewan-hewan lain.
Orang yang sedang dirundung kesusahan atau sedang sakit, apabila membaca tasbih yang dikumandangkan ayam jago, yaitu subhaana al-subbuuhu al-qudduus al-rohmaanu al-maliki al-dayyaani alladzi laa ilaaha illa hua, maka segala yang ia cita-citakan akan terkabulakan dan dicapainya, begitulah pernyataan imam jalalu al-din al-suyuthi. Disamping itu pula syetan tidak akan masuk kedalam rumah yang didalamnya terdapat ayam jago berbulu putih, demikian komentar yang disampaikan oleh sepupu Rosulullah yang dido'akan menjadi orang yang alim tentang al-Qur an, Ibnu Abbas ra, bahkan ayam jago juga tergolong jenis burung yang paling desenangi oleh Allah.
Maka dari itu perbanyaklah kita ingat dan mensucikan Allah Tuhan pencipta diri kita sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada-Nya atas segala nikmat yang diberkan kepada kita, karena hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah segala macam kesusahan dan kemelaratan akan musnah dan sirna tak lagi menyelimuti diri kita hamba yang tidak tahu diri dan tak pandai balas budi.
Ternyata Akhirat Tidak Kekal?
Ternyata Akhirat Tidak Kekal: Kesalahan Tafsir
Ahmad Fauzan Amin (fida@sidogiri.net)
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Sa'id al-Khudri. Dia berkata: Rasulullah pernah bersabda: Ketika penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka mereka didatangkan dengan mati yang menyerupai kambing putih. Kemudian kambing itu ditempatkan tepat di antara surga dan neraka. Lalu mereka ditanya, "Wahai penduduk surga! Tahukah kalian, apa ini? Kemudian mereka melihat kambing itu, lalu berkata: "Iya, ini adalah mati." Begitu pula dengan penduduk neraka. Mereka ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Kemudian Nabi bersabda: Lalu kambing (yang tak lain adalah mati) itu diperintah untuk disembelih. Maka disembelihlah kambing itu. Kemudian dikatakan kepada mereka: "Wahai penduduk surga (kalian ada di surga) abadi, tanpa kematian." Begitu pula dengan penduduk neraka.
Hadits di atas adalah satu dari sekian banyak hadits yang menjelaskan tentang keabadian darain (surga dan neraka). Abu Isa al-Turmudzi dari Abu Sa'id al-Khudri mengatakan hadits ini adalah hadits hasan dan shahih. Hadits sama dengan beda redaksi juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
Imam al-Thabari mengatakan hadits-hadits ini adalah nash tentang keabadian surga dan neraka, tanpa batas waktu dan tetap kekal (lihat, Al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta, Al-Qurthubi vol. II/435-438).
Syekh Mulla Qari ketika memberi syarh untuk al-Fiqhul Akbar-nya Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa surga dan neraka kekal adanya, karena firman Allah khalidina fiha abadan (baca, Syarh Kitab al-Fiqhul Akbar hal. 318).
Lebih tegas lagi, Abu Bakar ibn Faraj al-Qurthubi mengatakan, barangsiapa yang mengatakan bahwa surga dan neraka tidak kekal maka orang itu tidak menerima hal yang sangat rasional sekali, tidak sesuai dengan hadits Nabi dan menyalahi ijma (konsensus) ulama terdahulu.
Jadi, mayoritas ulama memang berpendapat bahwa alam akhirat adalah kekal adanya. Bahkan, QS Hud:106-107 yang berarti, “(Orang-orang yang celaka itu) akan kekal di neraka selama langit dan bumi†tidak pernah memberi vonis akan kekalnya akhirat. Justru ayat ini adalah legitimasi bahwa akhirat kekal.
Juga pendapat yang disampaikan oleh Sayyid Quthb bahwa redaksi madamatis samawatu wal ardl adalah redaksi untuk mengungkapkan kekekalan dan keabadian. Buktinya adalah redaksi ‘atha’an ghaira majdzudz. Redaksi ini disampaikan bertujuan untuk memberikan legitimasi kepada orang-orang yang beruntung bahwa nikmat yang Allah berikan kepada mereka adalah nikmat yang tak terputus alias abadi. Bahkan, sususan ‘atha’an ghaira majdzudz ini ada untuk menghapus dugaan adanya batas waktu bagi alam akhirat dengan adanya susunan illa ma sya’a rabbuka (lihat, Fath al-Qadir, Sayyid Quthb, IV/1929).
Kalangan Kontra Konsensus Ulama
Jangankan Ahlussunnah wal Jamaah, Muktazilah pun meyakini bahwa surga dan neraka kekal dan abadi adanya. Hanya Jahmiah saja yang tidak sependapat. Jahmiah mengatakan bahwa surga dan neraka suatu ketika akan rusak juga. Neraka suatu saat akan kekosongan penghuni.
Hanya saja, Jahmiah ini tetap ngeyel untuk mempertahankan hujjah lemahnya sehingga terjadi polemik berkepanjangan yang memaksa sejarah untuk mencatat kerasnya perdebatan ini.
Jahmiah pimpinan Jahm bin Shafwan ini tidak mau menerima pendapat yang mengatakan akhirat kekal. Tidak rasional sekali bila ada suatu hal yang tak berakhir, sebagaimana juga tidak masuk di akal sesuatu yang tanpa awal. Sebab inilah Jahmiah menafikan sifat bagi Allah Swt. Sebab ini juga mereka dinamakan mu’atthilah (lihat, Maktabatuna, edisi 02)
Selain Jahmiah memang ada pendapat yang dinisbatkan kepada shahabat; Ibn Jarir meriwayatkan dari al-Sya’bi, dia mengatakan, “Jahanam adalah neraka tercepat umur dan rusaknya.†Ishaq ibn Rahawaih dari Abu Hurairah, dia mengatakan: “Akan datang suatu hari dimana Jahanam tidak akan berpenghuni.†Lalu Abu Hurairah membaca QS Hud:106. Selain itu, Lain dari itu masih ada riwayat dari Ibn Mas’ud dan Ibn al-Mundzir.
Hanya saja dari semua atsar pendapat yang mengatakan bahwa alam akhirat tidak kekal oleh Ibn al-Jauzi dikategorikan sebagai atsar yang maudlu’ (dibuat-buat). Dalam Ruh al-Ma’ani, Mahmud al-Alusi mengutip perkataan Ibn al-Jauzi ini (lihat, Ruh al-Ma’ani, Mahmud al-Alusi, vol. VI/142-146). Sayyid Quthb mengatakan memang ada hadits yang terdapat dalam Mu’jam al-Thabrani al-Kabir yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Shadiy ibn ‘Ajlan al-bahili, namun sanad yang ada dha’if (Fath al-Bari 668-672). Bahkan, Imam Jalalaluddin mengatakan bahwa pendapat-pendapat ini adalah pendapat yang bathil (Tafsir al-Shawi:II/229).
Muara Tafsir
Sekian banyak ulama sepakat bahwa alam akhirat kekal adanya. Berkesimpulan bahwa akhirat tidak kekal dengan memahami ayat al-Qur’an secara eksoteris (dzahiriah) saja oleh Imam Ahmad al-Shawi al-Maliki dikategorikan kafir.
Sebab itulah kalangan ulama mentakwil QS Hud:106-107 dengan tetap bermuara pada satu kesimpulan bahwa alam akhirat kekal adanya.
Al-Thabari menulis dalam tafsirnya bahwa QS Hud:106-107 mamiliki dua puluh takwil yang semuanya bermuara pada kesimpulan bahwa alam akhirat kekal dan abadi. Begitu juga paradigma ‘tidak kekal’ yang timbul dari kalimat illa ma sya’a rabbuka. Bahwa yang masuk ke dalam masyi’atillah adalah kalangan mukmin muwahhid (orang-orang yang beriman dan mengesakan Allah) yang durhaka. Maksudnya, mukmin muwahhid ini keberadaannya tidak akan kekal di dalam neraka, karena setelah disiksa mereka akan dipindah ke surga dengan kehendak Allah Swt. Sedangkan kafirin akan tetap sebagai penghuni abadi neraka. Bahkan, dalam hal ini al-Thabari dan Sayyid Quthb menjelaskan panjang lebar.
Jadi, yang menjadi perdebatan dikalangan ulama bukan tentang kekekalan alam akhirat, namun perbedaan pendapat bermuara pada topik masuk dan keluarnya penduduk ‘dua desa’ itu dari neraka dan surga dan yang menjadi fokus perbedaan adalah mukmin muwahhid yang durhaka. Allahu a’lam.
Jumat, 11 Juli 2008
Ajengan Gaos
KEMBALINYA AHLI DZIKIR LAA ILLAHA ILLOLLOH...
Maqamrasul
PULANGNYA AHLI LAA ILAAHA ILLALLAH
Oleh : KH. M. Abdul Gaos SM.
Sejak tahun 1972 sampai sekarang tidak pernah ada Ikhwan TQN PP. Suryalaya di Cisirri yang mati. Tetapi mereka meninggal pada saatnya. Seperti kemarin aki Fakhrurozi setiap setelah Shalat Isya biasanya makan dan ngobrol. Ketika sudah sampai waktunya, ujung dari hidupnya tidak mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Malah dia berkata “Saya mau tidur niat ibadah”. Terus melanjutkan “Ilaahi anta maksuudi,…” demikian bahasanya, lalu dia meninggal. Begitu juga yang terjadi kepada saudara saya (sifat adik). Dia mengatakan, “Mau tiduran”. Tidak mengucapkan Laa Ilaaha Illallah. Biasanyakan kalau tiduran tidak langsung meninggal.
Berbeda lagi dengan wak Empud leuwihalang berkata : “Jemput Aang (Gaos) agar jadi saksi kalau Ua mau pulang”. Maka setelah saya berada di depannya wak Empud berkata : “Aang menjadi saksi, saya mau pulang”. Tidak perlu mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dikarenakan sudah sejak 1972 ditalqin berarti sudah pulang sejak tahun itu juga. Masih juga seorang Ikhwan yang bernama H. Komar dari Banjar yang sudah 60 tahun mengadakan Manaqiban. Pangersa Abah selalu bertanya siapa penerusnya ? Terakhir ketika saya manaqib di rumahnya, ada berita dari rumah sakit Bandung bahwa keadaannya alhamdulillah ada kemajuan. Sewaktu saya menuju ke Suryalaya di tanya oleh Pangersa Abah : “Dari mana ?”. Jawabannya : “Dari Banjar”. Lalu Pangersa Abah bertanya lagi : “Bagaimana keadaannya dan siapa penerusnya?”. Jadi Beliau sudah mengetahui akan kemana.
Setelah itu datang H. Kuswa membawa air untuk H.Komar yang katanya sudah dibawa ke rumah. Maka Pangersa Abah menyuruh : “Aos lihat ke sana untuk mewakili Abah dan katakan kepada keluarganya supaya jangan menarik-narik serta mendorong-dorongnya. Dia sudah mempunyai tempat di sana”. Adapun yang maksud menarik-narik dan mendorong-dorong adalah selang yang disambung ke pernapasannya. Maka begitu ditarik selang tadi, langsung H. Komar pulang.
Termasuk yang terjadi pula pada orang tua, yaitu Bapak. Pangersa Abah berkata : ”Bapakmu itu sudah leluasa (logor) kalaupun pulang sudah ada tempat dan kalaupun masih dibutuhkan terserah”. Takkala Ucu (A Ucu) ke Suryalaya sewaktu bapak mau “pulang”, Pangersa Abah berkata : “Sampaikan selamat (wilujeung)”. Maka “pulanglah”. Kalau ibu berbeda lagi ceritanya. Sama seperti yang lain pada akhir ucapannya bukan Laa Ilaaha Illallah. Ibu berkata “ingin pulang”. Disangka saya ingin pulang dari Panumbangan ke Ciomas. Setelah di sanapun berkata seperti itu juga. Saya berkata : “Mih, tunggu dulu, saya mau mengaji ke sampai hari Sabtu”. Setelah selesai hari Sabtu, saya minta pamit lagi untuk mengaji di Cijantung, ketika minta pamit Beliau tidak menjawab. Begitu memakai kaos kaki ada yang memanggil saya untuk menemui ibu. Lalu ibu berkata: “Cep ! Emih pulang sekarang saja, dido’akan sekali”. Lalu beliau “pulang”.
Rasulullah SAW. telah bersabda bahwa : “Bahwa bagi ahli Laa Ilaaha Illallah, tidak ada rasa takut ketika maut datang”. Karena malaikat Ijroil bukan mencabut tetapi menjemput. Di kubur pun tidak akan bertemu Munkar – Nakir dikarenakan sudah dibersihkan dari berbagai kemungkaran oleh kalimat Laa Ilaaha Illallah. Termasuk ketika di Mahsyar bagi ahli Laa Ilaaha Illallah tidak akan menemukan kesulitan dan kekhawatiran. Mereka menemukan kebahagiaan dan kesenangan, seperti yang dijanjikan Allah SWT.
KEKUATAN KATA-KATA
Kekuatan dari Kata-Kata yang Baik/ Mahdzab dalam Islam
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)
Di masa Nabi Nuh as ada seorang raksasa yang bernama ‘Ooj bin Unq, dia begitu besar sehingga kepalanya mencapai langit. Setiap hari dia memakan semua roti dari seluruh toko roti di kota itu, tetapi dia tidak pernah merasa puas. Suatu hari Nabi Nuh as memintanya untuk membawakan kayu untuk membangun perahunya dan berjanji akan memberinya makanan sekembalinya nanti. Dia setuju dan segera mengumpulkan seluruh kayu di hutan dan membawanya dengan tangannya lalu mengantarkannya. Nabi Nuh as memberikan 3 bantal roti kepadanya. Hampir saja ‘Ooj tidak melihatnya. “‘Ooj, ucapkanlah BISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIIM lalu makan.” Tetapi dia menolak.
Nabi Nuh as berkata lagi, “Wahai ‘Ooj apa yang tolak?” Dia menjawab, “Aku tidak mau mengucapkan BISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIIM.” Kemudian Nabi Nuh as berkata, “Sekarang makan!” Dia memakannya dan merasa kenyang, tetapi dia merasa curiga, dia menuduh Nabi Nuh as melakukan sihir, lalu mengumpulkan semua kayu dan pergi. Dari beberapa potong kayu yang terjatuh, Nabi Nuh as membangun perahunya.
Nabi Nuh as adalah orang pertama yang memelihara anjing penjaga, karena begitu banyak orang yang menyakitinya. Mereka menggunakan perahunya sebagai toilet, sehingga Allah memberi mereka penyakit lepra. Mereka tidak dapat menemukan obat untuk mengobati penyakit itu. Suatu malam seorang penderita lepra datang untuk menggunakan toilet dan dia terpeleset dan jatuh ke dalamnya. Pagi harinya penyakitnya sembuh. Kemudian seluruh orang datang dan mengumpulkan dengan susah payah dan membersihkannya sampai tidak tertinggal noda. Jangan menyakiti seseorang. Allah mengetahui niat kita. Kisah mengenai Ooj merupakan kabar gembira. Kata-kata yang suci pasti mempunyai pengaruh terhadap seseorang.
AKHIR ZAMAN
Tanda-Tanda Kiamat
Salam Hanya Diucapkan kepada Orang yang Dikenal
Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
Praktik yang sangat dianjurkan bagi orang Islam, laki-laki maupun perempuan, adalah memberi salam kepada sesama muslim, yang dikenal maupun yang tak dikenal, dengan ucapan, assalâmu‘alaikum” (keselamatan atasmu). Salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Islam tidak akan memberi salam kepada orang Islam yang tidak dikenal. Mereka
hanya akan memberi salam kepada orang Islam yang mereka kenal.
Imâm Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah: salam hanya diucapkan kepada orang yang dikenal, aktivitas perdagangan meningkat sampai-sampai seorang istri akan membantu suaminya mencari nafkah, tali
silaturahim terputus, kesaksian palsu menjadi umum, kebenaran disembunyikan, dan peran alat tulis menjadi dominan".
Kini, kita bisa saksikan bahwa orang-orang Islam hanya memberi salam kepada orang-orang yang mereka kenal. Aturannya adalah, “Jika aku tidak mengenalmu, aku tidak akan memberi salam kepadamu.” Hal ini di antaranya karena orang-orang Islam sudah sangat sulit
dikenali, karena secara lahiriah orang-orang Islam sudah tak bisa mengenali satu sama lain. Terutama diwilayah-wilayah berpenduduk muslim minoritas, mereka sebaiknya mengenakan busana Islam yang mudah dikenali sehingga mereka dapat saling mengenal dan memberi
salam.
Di Dunia Islam, terutama di kota Mekah dan Madinah, laki-laki muslim minimal menggunakan tutup kepala. Namun, di luar kedua kota suci itu, laki-laki tidak lagi mengenakan tutup kepala. Sementara para muslimah sering kali menutup kepala mereka dengan jilbab dalam
kesehariannya. Perempuan-perempuan tersebut dapat dikenali dan menerima salam dari perempuan muslimah lainnya. Laki-laki muslim juga dianjurkan mengenakan penutup kepala untuk menunjukkan identitas diri sehingga bisa dikenali dan diberi salam oleh muslim
lainnya. Dengan begitu Allah akan senang.
"Apabila kamu dihormati dengan sebuah penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Q 4:86) Namun, di negara-negara yang seluruh penduduknya muslim, masyarakatnya tidak saling mengucap salam. Itu karena sudah tidak ada lagi kesatuan dan kehangatan di antara mereka. Di negara-negara Islam, kita menyaksikan ratusan orang lalu lalang di jalan, namun tak satu pun yang mengucap assalâmu’alaikum. Setiap orang sibuk dengan kehidupannya sendiri. Persahabatan tidak lagi didasarkan pada ikatan-ikatan keagamaan, tetapi lebih pada kepentingan pribadi dan duniawi.
Tanda akhir zaman yang diprediksi Nabi saw. ini merupakan akibat pergeseran prioritas manusia. ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd meriwayatkan hadis serupa bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya di antara tanda akhir zaman adalah bahwa ucapan salam hanya akan diberikan kepada orang yang dikenal". Dewasa ini, jika seseorang bertemu dengan orang yang tak dikenalnya, ia tidak akan memberi salam. Ini mencerminkan berkurangnya perhatian seseorang terhadap sesamanya. Meskipun ada teman atau saudara yang menderita, hampir tak seorangpun yang peduli. Semua orang cuma peduli pada urusannya sendiri. Pada masa lalu tidak seperti itu. Jika seseorang melihat seratus orang di jalan, ia akan memberi salam kepada setiap orang. Salah seorang yang diberi salam mungkin saja orang yang saleh, yang ucapan salamnya
diyakini bisa mendatangkan ampunan Allah untuk keduanya. Seorang sahabat Nabi, Ibn Uyaynah,
mengatakan, “Ampunan Allah turun berkat zikir orang-orang saleh (‘Inda dzikr al-shâlihîn tatanazzalu al-rahmah).”
Kini, praktik itu sudah hilang, dan kita tidak lagi saling memberi salam. Bahkan, jika kita mengenal seseorang, kita akan memalingkan wajah agar tidak bercakap-cakap dengannya. Terkadang, untuk kepentingan duniawi, kita tidak ingin menunjukkan bahwa kita mengenal orang itu. Orang-orang Islam tidak lagi saling bersahabat. Umat Islam tidak akan jaya jika mereka meninggalkan pesan-pesan Nabi saw. Tanda akhir zaman lainnya yang disebutkan dalam hadis tersebut adalah bahwa kegiatan perdagangan dan bisnis meningkat. Orang-orang akan berjuang keras mencukupi kebutuhan hidup sehingga mereka membuka berbagai jenis usaha atau perdagangan.
Sabda Nabi, “Seorang istri akan membantu suaminya dalam mencari nafkah,” menunjukkan bahwa pada akhir zaman pendapatan seorang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sebuah keluarga, sehingga seorang istri terpaksa harus membantu suaminya mencari uang. Pada masa lalu, suatu keluarga tidak perlu memiliki dua pos pemasukan keuangan. Kini, perempuan terjun ke berbagai bidang, termasuk membesarkan anak dan merawat keluarga, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan aktivitas lainnya. Atas kehendak sendiri, banyak perempuan turut membantu suaminya dalam pekerjaannya.
Tetapi, pada masa lalu, seorang istri tidak perlu keluar rumah untuk mencari pekerjaan tambahan demi menutup pengeluaran belanja keluarga. Kini, karena ingin menghidupi keluarga, suami dan istri harus sama-sama bekerja. Di seluruh penjuru dunia, perempuan-perempuan terlibat dalam dunia kerja untuk menghasilkan uang bagi keluarga, karena sebuah
keluarga tidak akan bertahan hanya dengan pendapatan suami yang kurang. Seolah-olah Nabi saw. melihat langsung kondisi dewasa ini dari masa lalu yang jauh.
Terputusnya Tali Silaturahim
Hadis yang terkait dengan bab sebelumnya menyebutkan bahwa akan terjadi fenomena qath‘ al-arhâm, pemutusan tali kekerabatan. Hubungan yang akrab antara saudara sedarah, seperti antara ayah–ibu, saudara sekandung, paman–bibi, akan hilang. Kini, anak-anak memiliki
persoalan dengan kedua orang tua mereka, dan segera setelah dewasa, mereka pergi meninggalkan rumah. Orang tua tak lagi menemui anaknya, dan anak tak lagi mengunjungi orang tuanya.
Dalam hadis itu, “qath‘ al-arhâm” juga berarti “memutuskan sarana meneruskan keturunan”, yakni kesuburan dan melahirkan anak. Kini, alat-alat kontrasepsi sudah tersebar luas, praktik aborsi sudah menjadi fenomena umum, dan laki-laki maupun perempuan telah melakukan operasi pencegahan kesuburan. Keberlangsungan keturunan sengaja diputus. Orang sudah merusak ikatan keluarga yang sudah terbangun, dan tidak menghubungkan ikatan keluarga dengan generasi selanjutnya, dengan memotong ikatan keluarga masa lalu dan masa depan.
Dalam makna harfiahnya, qath‘ al-arhâm (memotong rahim) juga menunjukkan pemotongan rahim dalam arti sebenarnya, seperti yang telah terjadi dalam cara yang tak tercontohkan sebelumnya. Kelahiran bayi biasanya dilakukan melalui operasi caesar, dengan membedah bagian rahim untuk mengeluarkan bayi dari perut, sering kali dilakukan karena kesibukan jadwal dokter atau bahkan karena kesibukan sang ibu sendiri.
Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim sudah lazim dilakukan. Pembedahan pada rahim semakin meningkat, termasuk operasi janin dalam rahim. Belakangan ini, di Arab Saudi, operasi pencangkokan rahim telah dilakukan untuk pertama kalinya. Nabi saw. sudah memprediksi semua aspek kehidupan dan teknologi modern sejak 1400 tahun yang silam dan
memprediksi bahwa pada akhir zaman “pemotongan rahim” menjadi hal yang lazim dilakukan.
Kesaksian Palsu
Nabi mengatakan dalam hadis terdahulu bahwa pada akhir zaman, kesaksian palsu (qawl al-zûr) akan menggejala. Kesaksian dusta bisa terjadi di pengadilan ketika seorang saksi disogok, dengan uang, iming-iming kedudukan, atau ampunan, asal memberikan kesaksian tertentu. Bahkan, seorang politisi bisa berkomplot untuk menjatuhkan politisi lainnya dengan menghadirkan para saksi yang memberikan kesaksian yang memberatkan lawan-lawan politiknya. Tidak ada negera yang luput dari praktik seperti itu di pengadilan, di mana kesaksian dapat dicari dengan uang. Jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Q 22:30)
Allah menyebutkan kesaksian palsu dalam ayat ini segera setelah menyinggung penyembahan berhala untuk menekankan kegawatannya. Qawl al-zûr tidak terbatas hanya kepada pemberian kesaksian di pengadilan, tetapi secara umum mencakup upaya menyebarkan kebohongan dan menggiring orang lain agar mempercayainya sebagai kebenaran. Dalam skala yang lebih besar, itu mencakup juga berbagai bentuk propaganda dan pencucian otak, untuk tidak menyebut juga berbagai iklan, yang termasuk dalam kriteria qawl al-zûr. Dengan media-media global saat ini, seperti buku, majalah, televisi, dan film, segala pesan dusta dapat disebarluaskan sehingga yang putih tampak hitam dan yang hitam terlihat putih. Inilah penyebaran kebohongan dan pemberian kesaksian palsu, qawl al-zûr.
Kitmân syahâdat al-haqq berarti menyembunyikan kebenaran. Para politisi terkenal dengan kebiasaan mereka menyembunyikan kebenaran agar rakyat bisa dikendalikan dan kekuasaan bisa terus dipegang. Penyakit ini mulai menjangkiti orang kebanyakan yang dewasa ini mudah sekali berdusta dan menyembunyikan kebenaran. Dalam media global, kita sangat sering
menyaksikan bagaimana kebenaran ditutup-tutupi dan kepalsuan disebarluaskan oleh para pembawa berita. Hanya ada segelintir orang baik yang masih tetap jujur, entah mereka adalah wartawan yang meliput berita atau politisi yang mengemban urusan publik.
Penganiayaan Akan Merajalela
Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
Dalam hadis berikut ini, Nabi saw. menggambarkan bahwa akan datang suatu masa ketika orang akan memiliki kekuasan yang begitu besar atas orang lain, dan akan menggunakan kekuasaannya untuk menyengsarakan orang lain. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,"Ya Abû Hurayrah, akan datang suatu masa sekiranya kamu hidup pada saat itu, kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan di tangannya. Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah".
Nabi mengatakan, “Kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan ditangannya,” maksudnya mereka akan membawa sesuatu dari kulit di tangan mereka, seperti cemeti. Mereka akan keluar pagi-pagi sekali untuk mencelakakan manusia sambil mendurhakai Allah, dan ia berada dalam kemurkaan-Nya. Mereka keluar pada pagi hari dengan
membawa cemeti di tangan mereka sambil membelakangi jalan Allah dan Nabi-Nya, mendurhakai Allah, dan menentang Nabi-Nya. Ketika mereka kembali pada malam hari (yarûhûna), Allah jijik kepada mereka. Orang itu sendiri mengaku beragama Islam.
Belasan abad yang lalu, Nabi saw. memberikan sebuah isyarat kepada Abû Hurayrah tentang orang-orang seperti itu yang akan datang tidak lama setelah masanya. Meskipun Nabi saw. tahu bahwa orang-orang itu akan muncul pada akhir zaman, bertahun-tahun setelah Abû Hurayrah meninggal, beliau menekankan bahwa akhir zaman tidak akan lama lagi. Sabda Nabi, “Sekiranya kamu masih hidup pada masa itu,” merupakan petunjuk bahwa sebenarnya akhir zaman itu sangat dekat. “Aku diutus menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini.” Lebih jauh lagi, Nabi saw. menunjukkan perhatiannya kepada para sahabatnya dan semua orang Islam pada semua zaman, bahwa mereka harus mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, yang mungkin akan terjadi kapan saja. ‘Âlî berkata, Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”
Orang-orang yang beriman harus selalu waspada dan ingat bahwa suatu saat mereka akan menghadapi Hari Pengadilan, karena tidak ada yang tahu kapan mereka akan dipanggil menghadap Penciptanya. Seperti yang difirmankan Allah: "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q 31:34)
Secara umum, orang yang hidup pada zaman sekarang ini lalai bahwa mereka akan dipanggil untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka. Dengan tindakannya yang melanggar ajaran agamanya, manusia pada masa sekarang menjadi penindas dan melecehkan satu sama lain dengan perilaku buruk dan kekasaran mereka. Naluri manusia sebenarnya cenderung kepada kelembutan dan kesopanan, tetapi saat ini manusia hanya memiliki sedikit kasih sayang, cinta damai atau kelembutan. Contoh ideal dalam Islam adalah Nabi Muhammad saw. yang dilukiskan Allah: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q 8:4)
Nabi saw. merupakan contoh kerendahan hati dan kelembutan. Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q 3:159)
Saat ini orang-orang Islam tidak mengikuti jalan Nabi, tetapi bersikap kasar dan keras hati. Betapa banyak manusia zaman modern yang bersikap kasar dan keras kepala, dan berbicara dengan nada pedas dan kasar. Orang-orang Islam mulai tidak suka kepada teman dan keluarganya sendiri, dan membuat orang-orang nonmuslim menjauhi Islam. Setan menggunakan kekasaran perilaku itu untuk memicu konflik dan bahkan sepasang teman akrab tiba-tiba memutuskan ikatan persahabatan mereka.
Penafsiran lain hadis ini, menurut Syalabî, adalah bahwa para pemimpin akan terlibat dalam penganiayaan yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia untuk mempertahankan kedudukan mereka. Hal ini berlaku bagi semua tipe kepemimpinan, apakah raja, sultan, presiden, kepala suku, pemimpin masyarakat, pemimpin politik, pemimpin kelompok keagamaan, atau imam masjid. Orang-orang tersebut akan menjadi pemimpin tiran agar tetap memegang tampuk kepemimpinan. Bahkan, sekiranya kelompok itu hanya terdiri dari tiga orang, seorang pemimpin di antara mereka akan menekan dua orang lainnya. Semua orang yang memegang kendali pimpinan akan berusaha mempertahankan kedudukannya. Pemimpin semacam itu tidak merasa bersalah untuk berkomplot melawan pihak lain agar kekuasaannya bisa bertahan. Mereka akan menggunakan segala cara dan metode atau sistem untuk mempertahankan tampuk kekuasaannya.
Pemimpin semacam itu akan mengangkat orang untuk melindungi posisinya. Mereka ditunjuk untuk menyiksa orang lain, seperti yang digambarkan oleh Nabi saw., “Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah.” Bahwa mereka keluar dari rumah pagi hari dan kembali malam hari menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang suruhan. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang tersebut akan membawa cemeti di tangan mereka, dan melakukan berbagai jenis penyiksaan terhadap manusia-manusia yang tak berdosa. Di berbagai penjara di seluruh penjuru dunia, banyak tahanan yang tak berdosa yang dicambuk dan disiksa. Ada banyak metode penyiksaan, mulai dari cemeti hewan hingga setrum listrik. Pada malam hari, para penyiksa itu pulang ke rumah, dan Allah sangat membenci mereka atas apa yang telah mereka lakukan sepanjang hari, seperti mencambuk, memukul, menyiksa, dan menjebloskan orang tanpa ampun ke dalam penjara.
Orang-orang Islam di mana pun mengalami kesulitan yang luar biasa akibat tindakan orang-orang ini. Para pemimpin tidak sudi membiarkan siapa pun hidup dengan damai, dan para muslim imigran melihat bagaimana orang-orang yang pulang ke negeri mereka dianiaya.
Para pemimpin itu takut pada orang-orang yang tidak mereka kenal, sehingga mereka memenjarakan orang tanpa pandang bulu. Karena ulah mereka, seorang muslim tidak bisa memanjangkan janggutnya di negeri-negeri Islam, dan jika seseorang mengenakan kopyah, ia akan diinterogasi. Bila seseorang salat lima waktu sehari, mereka akan ditanya apakah ia termasuk dalam kelompok tertentu. Di beberapa negara, ada orang yang membawa pemukul dari kayu atau karet yang akan memukul siapa pun yang mereka suka. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang semacam itu akan membawa cambuk seperti ekor lembu jantan di tangan mereka untuk menyiksa orang, dan hal tersebut telah terjadi sekarang ini.
Kini, tidak ada tempat di muka bumi di mana berbagai bentuk penganiayaan itu tak terjadi. Empat belas abad yang lalu, Nabi saw. telah meramalkan kondisi memilukan yang begitu umum dan belum pernah terjadi sebelumnya ini.Meskipun Nabi saw. dibawa melihat-lihat penghuni neraka, ada dua kelompok penghuni neraka yang tidak diperlihatkan kepada Nabi saw. karena mereka adalah manusia paling buruk dan bertempat di dasar neraka. Allah dan Rasul-Nya sangat marah kepada orang-orang ini yang menyiksa orang lain sehingga mereka tidak dikunjungi Nabi saw. pada malam beliau naik ke langit (miraj).
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, Ada dua jenis penduduk neraka yang tidak aku kunjungi. Yang pertama adalah mereka yang membawa cambuk seperti ekor lembu jantan yang dipakai untuk mencambuk orang. Hadis ini menjelaskan lebih jauh hadis sebelumnya yang menyebutkan bahwa orang-orang tersebut keluar pada pagi hari dan kembali pada malam hari setelah menghabiskan harinya dengan menyiksa orang lain. Perilaku keji semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam karena tidak seorangpun punya otoritas untuk memukul dan menyiksa orang lain. Dalam hadis lainnya: ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya bahwa Hisyâm ibn Hakîm ibn Hizâm kebetulan berpapasan dengan beberapa orang di Syria yang telah disuruh berdiri di bawah panas matahari dengan kepala yang dilumuri minyak zaitun. Ia bertanya, Ada apa ini?” Seseorang menjawab, “Mereka sedang dihukum karena tidak membayar kharaj (pajak negara).” Lalu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah berkata, Allah akan menghukum orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.’”
Nabi saw. memperlihatkan bahwa Allah akan menuntut balas atas nama semua orang yang disiksa, baik muslim maupun nonmuslim. Hadis ini memperlihatkan bahwa Nabi saw., sebagaimana yang dilukiskan Allah, adalah: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk
menjadi rahmat bagi semesta alam. (Q 21:107) Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Q 34:28)
Orang-orang tidak boleh menghukum dan menyiksa sesama, karena Allah semata yang berhak menghukum. Manusia bisa memutuskan apakah sesuatu benar atau salah, tetapi mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman menurut pendapat dan nafsu mereka sendiri. Ada persyaratan rumit, bahkan sering kali sulit dicapai, yang harus dipenuhi sebelum seseorang dijatuhi hukuman atas dasar hukum Islam (syariat), tetapi dewasa ini tidak seorangpun yang mau menerapkannya. Pembahasan ini tidak dimaksudkan sebagai komentar politik terhadap pemerintahan mana pun, tetapi untuk memperlihatkan bahwa peristiwa yang diprediksi Nabi saw. akan terjadi pada akhir zaman ternyata kini telah terjadi.
Nabi Muhammad saw. menjelaskan penyiksaan yang akan terjadi pada akhir zaman. Orang-orang Islam harus mengambil pelajaran dari peringatan beliau. Orang-orang Islam sedang mengalami penyiksaan di negeri mereka sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara, dan sering kali tidak pernah dibebaskan. Orang-orang selalu dirundung ketakutan, cemas kalau-kalau ada orang datang dengan tiba-tiba untuk menyiksa mereka. Berkat kasih sayang Allah, orang-orang Islam di beberapa negara hidup dengan damai dan tidak mengalami kesulitan seperti yang dilukiskan tadi.
Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian. (Q 4:59) Orang-orang awam bukanlah presiden atau raja, dan harus mengikuti aturan dan hukum di negara tempat tinggal mereka. Orang Islam tidak diperkenankan mencampuri urusan orang lain. Kewajiban orang Islam adalah menjaga rumah, keluarga, lingkungan dan tidak boleh mengganggu ketenteraman masyarakat. Orang Islam harus mempersiapkan diri menjadi orang saleh, yang Tuhan senang dan rida dengannya.
Nabi saw. bersabda, “Barang siapa mengetahui batasnya, ia harus berhenti di sana.” Orang Islam harus mengetahui batas-batasnya, mengetahui kewajibannya, dan tidak bertindak melebihi batas kemampuannya, yang akan menimbulkan masalah bagi masyarakatnya. Orang Islam tidak boleh campur tangan ketika mereka tidak punya izin atau otoritas untuk terlibat dalam urusan orang lain, jika tidak, dia akan menimbulkan masalah bagi semua orang Islam lainnya
Keberuntungan dan hoki
Keburuntungan Dan Hoki
at 8:05 PM
Peluang berbeda dengan nasib. Dua orang yang memiliki peluang sana belum tentu nasibnya sama. Banyak faktor yang menjadi penentu keberhasilan, ada faktor dibawah kendali dan ada faktor diluar kendali. Teori sederhana mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang, semakin tinggi pula peluang mencapai keberhasilan. Akan tetpi penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang memiliki IQ sangat tinggi justru bekerja dibawah perusahaan yang dipimpin oleh orang yang IQ-nya sedang-sedang saja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ( EQ ) lebih signifikan menentukan keberhasilan dibandingkan IQ. mengapa ? karena hukum logika tidak selamanya relefan dengan problem solving. Carut marut masalah sering tidak mengikuti prinsip - prinsip logika, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan lain. Diantara pendekatan lain yang relefan dengan problem solving dari keruwetan adalah kearifan dan kesabaran.
Kearifan berasal dari kata arab arofa- ma'rifat-arifin-ma'ruf. yang mengandung arti bukan hanya tahu tapi juga mengenal. orang arif bukan hanya tahu masalah, tetapi juga mengenali karakterristik masalah, sehingga problem solving dengan pendekatan kearifan melahirkan penyelesaikan yang tuntas, bisa dipahami oleh semua pihak, bukan hanya logis. Hal-hal yang logis sering tidak bisa difahami oleh pihak yang kalah. Orang arif sering sengaja mengalah demi memperoleh kemenangan yang sesungguhnya, bukan kemenangan yang formal.
Kesabaran atau sabar mempunyai devinisi yaitu: tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Jadi sabar itu ada batasnya dan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Orang yang selalu ingat tujuan biasanya mampu bersabar, sementara orang yang lupa tujuan sering mengerjakan hal-hal yang justru membuat tujuan semakin susah dicapai. Sabar bukan kelemahan, tetapi kekuatan menahan hal-hal yang tidak disukai hingga tujuan tercapai. Sabar itu pahit tetapi buahnya manis. Bertindak reaksioner mengikuti hawa nafsu sepertinya memuaskan, tetapi buahnya pahit.
Kunci keberhasilan Menurut Versi Hadist Nabi
Kata nabi Muhamad SAW, Semua orang muslim berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang beriman. Semua yang beriman juga berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang membuktikan imannya dengan amal perbuatan. Tapi semua yang beramal juga memiliki potensi kegagalan kecuali yang beramal secara ikhlas. Nah, Ikhlas adalah kunci keberhasilan. Ikhlas adalah sikap tanpa pamrih, pamrihnya hanya kepada Tuhan. Seorang mukhlis mencintai seseorang semata-mata karena Alloh SWT, membenci juga semata-mata karena Alloh SWT, menerima pemberian juga semata-mata karena Alloh SWT, menolak tawaran juga semata-mata karena Alloh SWT.
Orang ikhlas seperti ini (mukhlis) tidak memiliki beban ketika menerima akibat dari sikapnya, akibat nikmat atau akibat derita. Seorang pemimpin yang jujur dan lurus, karena kejujurannya dimusuhi oleh atasannya yang tidak setuju dan akhirnya direkayasa sehingga masuk penjara. Karena keikhlasannya , didalam penjara dia merasa menang, yaitu menang dari godaan tidak jujur. Ia merasa berhasil mempertahankan prinsip kebenarannya.
Didalam penjara dia mengadu kepada Alloh SWT, robbi assijnu ahabbu ilayya, "Ya Alloh penjara lebih aku sukai daripada aku harus bersekongkol dengan ketidakjujuran." Ketika waktu bergulir dan tiba saatnya kebenarannya terbuka, atasannya masuk penjara dan ia dikeluarkan. Nah, ketika itulah ia bertakbir mengagungkan Alloh SWT. mensyukuri keadilanNya. Sekali lagi ia merasa berhasil.
Kunci Keberhasilan Menurut Versi Surah Wal' Asr
Al-Qur'an surat Al-"Asr terjemahnya demikian: 1. Demi Masa 'Asr, 2. Sesungguhnya semua manusia dalam posisi rugi, 3. Kecuali mereka yang beriman dan membuktikan Imannya dalam bentuk amal sholeh, serta aktif mengingatkan orang lain tentang kebenaran dan kesabaran.
Asar menurut perkspektif harian adalah saat yang tanggung karena sisa hari yang tinggal sedikit, sudah lelah dan sebentar lagi gelap malam. Asar menurut perspektif umur manusia adalah saat ketika orang sudah melampaui 75% usianya, sudah diusia senja. Asar menurut masa jabatan adalah tahun-tahun terakhir dari masa jabatannya, asar menurut perspektif dunia adalah ketika dunia sudah tua dan manusia hidup dimasa zaman akhir.
Jadi menurut al-quran semua orang pada saat asar itu dalam posisi lebih banyak memiliki banyak potensi kerugian. Apakah semuanya? Tidak. Orang beriman yang mewujudkan imannya dalam karya nyata memiliki kepedulain sosial komitmen moral selalu beruntung. Tidak pernah rugi, meski sudah di sore hari, meski diusia senja, meski di akhir masa jabatannya, meski hidup di akhir zaman.
Keberhasilan menurut versi budaya cina.
Orang Cina mengenal istilah hoki. Hoki adalah semacam nasib baik yang sedang melekat pada seseorang. Orang yang sedang hoki segala langkahnya mengantar pada keberhasilan, bukan karena perhitungan yang cermat atau karena memiliki kekuatan yang tak tertandingi, tapi ya karena hoki itu. Hoki sepertinya tidak rasional. Tapi sesungguhnya dalam konsep budaya, ada infrastruktur yang membuat seseorang ketempatan hoki sehingga ada ungkapan: Pantas orang seperti itu punya hoki.
Kata orang cina, orang jujur belum tentu menang, karena ia bisa dikalahkan orang pandai. Orang pandai juga belum tentu menang, karena ia bisa dikalahkan oleh orang lihai. Orang lihaipun belum tentu bisa menang, karena ia bisa dikalahkan oleh orang licik. Nah, orang licikpun belum tentu berhasil, karena ia bisa dikalahkan oleh orang yang punya hoki. Hanya orang gila yang bisa mengalahkan orang hoki, kata mereka.
posted by : Mubarok institute
Aji mumpung 2 (Positif)
Aji Mumpung (2)
at 6:32 AM
Lima Aji Mumpung Positip
Jika dalam praktek korupsi, aji mumpung itu negatip, Nabi Muhammad s.a.w memperkenalkan lima aji mumpung yang positip. Salah satu hadis Rasul mengatakan; Ightanim khomsan qobla khomsin; Rebutlah lima aji munpung sebelum datangnya lima hambatan:
1.Hayataka qobla mautika; mumpung masih hidup sebelum mati, pergunakanlah umur itu se produktip mungkin, karena hanya ketika hidup orang bisa berinvestasi untuk kebahagiaan akhirat nanti. Jika orang sudah mati maka produktifitasnya habis, selain tiga perkara; amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak saleh. Maka mumpung masih hidup, perbanyak amal jariah, yakni amal yang kemanfaatannya berumur panjang dan dimanfaatkan oleh orang banyak, misalnya bikin jembatan, jalan, gedung sekolah, masjid, rumah sakit dsb. Ajarkan ilmu pengetahuan yang anda miliki kepada orang lain, maka selagi ilmu anda diamalkan, anda masih tetap dapat pahalanya, dan didiklah anak anda hingga menjadi anak saleh, karena hanya doa anak saleh yang dijamin diterima Tuhan.
2.Syababaka qobla haramika. Mumpung masih muda , sebelum pikun, gunakan masa muda untuk belajar dan bekerja keras, karena belajar diwaktu muda seperti orang melukis diatas batu, tidak mudah hilang, sedangkan belajar diwaktu tua apalagi setelah pikun, seperti melukis diatas air, langsung lupa. Juga bekerja keraslah di usia muda untuk menabung, agar di usia tua nanti tinggal menikmati buah dari tanaman ketika masih muda. Orang, ketika sudah pikun, ia kembali lemah sepeti anak-anak, kembali bodoh seperti ketika belum sekolah
3.Shihhataka qobla saqamika. Mumpung masih sehat, sebelum sakit. Sehat bukan saja kenikmatan, tetapi juga peluang. Dalam kondisi sehat orang bisa mengerjakan banyak hal, bisa mengatasi banyak hambatan, bisa mengumpulkan cadangan untuk jika sewaktu-waktu sakit. Sehat itu satu kenikmatan yang jarang disadari, baru setelah sakit orang menyadari betapa bermaknanya sehat.
4.Ghinaka qobla faqrika,. Mumpung masih punya, masih kaya, belum bangkrut, gunakan kekayaan anda untuk hal-hal yang positip bagi orang banyak, keluarga, tetangga atau masyarakat luas, karena jika anda keburu bangkrut anda tidak lagi mampu memberi, dan baru menyadari betapa bermaknanya kontribusi orang kaya. Ciri orang kaya adalah sudah tidak punya kebutuhan dan memiliki kemampuan untuk memberi. Jika orang sudah pegang banyak tetapi kebutuhannya malah lebih banyak sehingga ia tidak mampu memberi malah mengambil jatah orang miskin, maka orang seperti itu bukanlah orang kaya. Oleh karena itu ada orang kaya harta miskin hati, dan ada orang yang miskin harta tapi kaya hati. Orang yang kaya hati, punya lima ribu upiah masih bisa memberi empat ribu rupiah. Ayo mumpung masih kaya, belum bngkrut.
5.Sa`atika qobla dloiqika. Mumpung masih punya kelapangan , belum terhimpit kesempitan , mumpung sempat belum sempit, gunakan kesempatan itu untuk melakukan hal yang terbaik. Kesempatan sering tidak datang dua kali, jangan sia-siakan kesempatan. Jangan salah pilih dan salah mengambil keputusan ketika kesempatan terbuka. Banyak orang menggunakan “kesempatan” dalam “kesempitan” yang berujung pada penyesalan yang panjang, hanya nikmat sesaat berujung pada derita selamanya. Hati-hati terhadap permulaan kesempatan. Wallohu a`lamu bissawab.
posted by : Mubarok institute
Aji mumpung
AJI MUMPUNG 1
Prof.A. Mubarok, MA
Budaya Jawa mengenal kesaktian. Orang sakti adalah oang yang memiliki kemampuan menghadapi hambatan dengan cara luar biasa, misalnya tidak mempan peluru atau senjata tajam, bisa berjalan diatas air, bisa menghilang dari pandangan mata dan sebagainya. Kesaktian ada yang diyakini bersumber dari kekuatan yang melekat pada dirinya, ada juga kesaktian yang melekat pada benda-benda tertentu. Benda yang memiliki tuah kesaktian itu disebut aji-aji, atau jimat, dri bahasa Arab `azimat”, ada yang berujud keris, cincin, besi kuning dan lain-lainnya. Orang yang ingin sakti biasanya ingin mengumpulkan benda-benda bertuah kesaktian sebanyak-banyaknya. Para pemimpin politik meninginkn aji-aji yang diperuntukkan guna memperkokoh kekusaananya, pernjahat menginginkan aji-aji yang untuk mempedaya korban, orang malas kerja menginginkan aji-aji yang dapat digunakan untuk memperoleh harta tanpa kerja, dan orang genit mencari aji-aji yang dapat digunakan untuk memelet lawan jenis.
Cara berfikir jalan pintas ini juga dilekatkan kepada pejabat birokrasi yang suka memperkaya diri dengan jalan pintas, yakni dengan mensiasati peraturan atau menyimpang dari aturan, atau nekad melanggar aturan demi unuk memperoleh uang banyak dalam waktu singkat. Praktek ini juga disebut korupsi. Pusat perhatian pejabat koruptor adalah pada bagaimana mengumpulkan kekayayaan sebanyak-banyaknya ke kantong sendiri selagi memegang wewenang, mumpung masih menjabat. Karena ada kesamaan cara berfikir dengan cara berfikir orang sakti yang menghadapi hambatan dengan cara luar biasa, maka kepandaian para kouptor ini disebut dengan aji mumung, yakni memanfaatkan peluang semaksimal mungkin selagi mememegang kekuasaan. Para pelaku aji mumpung ini memang orang yang memiliki kecerdasan menyangkut angka-angka, tetapi tidak cerdas menyangkut ruang dan waktu. Ia cerdas menghitung angka-angka rupiah yang bisa digelapkan, tetapi tidak cerdas pada ruang yang akan ditempati dan seberapa lama ia dalam keadaan tidak nyaman. Bayangkan , seorang mantan pejabat pemiilik aji mumpung bisa memiliki rumah sampai 25 rumah di Jakarta, deposito dengan entah berapa digit, tapi pada usia senja panca pension, ia terseret ke masalah hokum untuk mempertanggungjawbkan aji mumpungnya sewaktu menjabat, dan klimaknya tak satupun rumahnya yang bisa ditempati, karena ia harus menempati ruang kecil di penjara selama 7 tahun. Bayangkan, mestinya dalam usia senja tinggal berbahagia bersama cucu, ehh… malah waktunya harus dihabiskan di ruang sempit penjara.
posted by : Mubarok institute
TABIAT MANUSIA
Tabiat Manusia
Oleh: Prof. A. Mubarok, MA
Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk budaya (madaniyyun bi atthob`i) dan sebagai mahkluk social (ijtima`iyyun bi atthob`i). Sebagai makhluk budaya manusia memiliki konsep,gagasan dan keyakinan yang dianut, yang kemudian memandu dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia punya konsep tentang keindahan, tentang kehormatan, tentang kebesaran dan tentang kehinaan.. Sebagai makhluk budaya,manusia juga mengenal nilai-nilai teori, nilai ekonomi,nilai agama, nilai seni, nilai kuasa dan nilai solidaritas, dan dominasi nilai-nilai itu akan membentuk orang menjadi ilmuwan, ekonom, rohaniwan, seniman, politikus dan humanis. Bisa juga terjadi ada ilmuwan yang mistis, politisi pejuang, ulama rasionil, aktifis HAM yang korup, seniman yang failasuf, penguasa yang repressip dan sebagainya. Bagi manusia yang memiliki peradaban yang tinggi, ia merasa sangat terhina untuk meraih sukses diatas penderitaan orang lain, atau memperoleh kemenangan dengan kecurangan. Sedangkan orang yang berbudaya rendah, ia berbangga dapat memperdaya orang lain, memperdaya Pemerintah, dan memperdaya orang banyak. Bagi orang yang berperadaban rendah, keberhasilan adalah tujuan utama, sedangkan cara, itu hanya soal teknis,bukan nilai, sementara menurut orang yang berperadaban tinggi, keberhasilan yang bertumpu kepada cara yang tak bernilai adalah sebuah kegagalan.
Manusia sebagai makhluk social memiliki keiinginan bekerjasama dan bersaing sekaligus. Manusia menyadari kelemahannya oleh karena itu ia ingin bekerjasama dengan manusia lainnya untuk mempercepat pencapaian tujuan bersama. Tetapi manusia juga memiliki keunikan, yakni setiap orang adalah dirinya, mempunyai fikiran,perasaan dan kehendak yang khas dirinya berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu ketika sedang bekerjasama ada yang benar-benar tulus bekerjasama untuk tujuan bersama, ada yang unik, yaitu memiliki agenda sendiri, ingin mencapai tujuan sendiri diluar tujuan bersama. Sesama orang yang memiliki agenda sendiri mereka bersaing, terkadang secara fair dan tak jarang tidak fair. Godaan untuk bersaing secara tidak fair menguat terutama dalam persaingan politik dan persaingan bisnis. Banyak orang demi tujuan politik dan tujuan bisnisnya melakukan sesuatu yang justeru merendahkan martabat dirinya sebagai manusia.
Sudahkah kita bertabiat baik??
posted by : Mubarok institute
ETIKA BISNIS
Kiat Ketika Sedang Bekerja (etika bisnis)
Prof.A.Mubarok,MA
Di antara hal-hal yang melekat pada manusia sebagai khalifah Allah adalah kewajiban menegakkan kebenaran (hukum-hukum Allah) di muka bumi dan hak mengelola/memanfaatkan alam semesta sebagai fasilitas hidup. Dari kewajiban dan hak itu lahir hukum kehidupan (sunnatullah) yaitu bahwa; (a) Untuk memperoleh sesuatu yang dibutuhkan, manusia harus melalui prosedur yang dipertanggung jawabkan, yaitu bekerja, (b) bahwa manusia berhak atas apa yang dikerjakannya secara benar, (c) bahwa manusia harus menanggung resiko dari apa yang dikerjakannya secara salah. Jika hewan hanya menikmati fasilitas alam yang disediakan Tuhan, maka manusia dituntut untuk dapat memelihara lingkungan dari kerusakan, dan melakukan rekayasa agar fasilitas alam itu terdayaguna secara optimal. Pada hakekatnya bekerja adalah paduan antara memelihara lingkungan dan melakukan rekayasa.
Secara teologis, alam semesta adalah wujud dari rahmat Allah kepada manusia, dan dalam perspektif ini bekerja atau berbisnis bukanlah usaha mencari harta, tetapi merupakan usaha memancing rahmat. Nilai suatu harta (sebagai hasil bekerja) bergantung seberapa besar ia membawa rahmat bagi kehidupan pemiliknya, disebut sebagai berkah atau barakah. Kebalikan dari rahmat, harta dapat berubah fungsinya menjadi beban dan azab yang tak tertanggungkan bagi pemiliknya. Dari itulah maka agama mengajarkan adanya etika bekerja atau etika bisnis. Diantara adab orang bekerja atau berbisnis adalah sebagai berikut:
1. Meluruskan niat, bahwa bekerja atau berbisnis itu untuk mencari ridla Allah. Jika anda berdagang, berniatlah untuk membantu konsumen memperoleh kebutuhannya. Jika anda berbisnis dalam skala besar, berniatlah untuk memperluas kesejahteraan masyarakat/rakyat, jika anda profesional, pegangteguhlah prinsip-prinsip profesional.
2. Menyeimbangkan porsi perhatian, antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi.
3. Mengorientasikan semua urusan pekerjaan pada fikiran jangka panjang, (hari tua, anak cucu, generasi mendatang, dan investasi akhirat/ibadah).
4. Jika berhadapan dengan pilihan sulit dalam mengambil keputusan menyangkut pekerjaan atau menyangkut proyek yang berdampak luas, sebelum mengambil keputusan hendaknya melakukan salat istikharah, yaitu mohon agar Tuhan memberi petunjuk dalam memilih hal yang terbaik baginya.
5. Jika anda seorang karyawan, hendaknya disiplin dan jujur dalam bekerja, karena keduanya akan mengantar pada ridlo Allah.
6. Jika anda seorang majikan hendaknya anda tidak mengekploitasi tenaga kerja, sebaliknya berilah upah yang memadai dan bayarkan segera. Rasulullah menyuruh kita agar mem-bayar upah buruh sebelum keringatnya kering, dan melarang mempekerjakan buruh sebelum ada kepastian tentang seberapa besar upahnya.
7. Jika anda pekerja lepas, maka giatlah anda dalam bekerja. Rasulullah mengatakan bahwa giat bekerja itu akan mendatangkan berkah hidup (al harakatu barakah).
8. Berbisnis dalam bidang yang diharamkan Tuhan, meski boleh jadi mendatangkan keuntungan yang besar dan cepat, tetapi pada akhirnya akan menyengsarakan (sekurang-kurangnya sengsara batin) karena kehilangan keberkahan. Demikian juga praktek-praktek yang diharamkan - seperti suap, korupsi, manipulasi, konspirasi jahat, meski boleh jadi melicinkan jalan, tetapi pada akhirnya akan menghilangkan makna berkah dan rahmat Allah. Praktek-praktek tersebut bukan hanya berdosa tetapi merusak sistem usaha.
9. Tunaikan kewajiban anda sebagai pengusaha kepada yang berhak, baik menyangkut hak buruh (upah), hak negara (pajak), hak Tuhan (zakat), hak masyarakat (lingkungan hidup).
10. Usaha yang berkah adalah usaha yang memberi manfaat kepada orang banyak dan memberi keuntungan yang halal.
11. Ketika anda memulai usaha atau proyek bacalah doa dibawah ini :
Allohumma ij`al awwala hadza al amro solaha wausatohu falaha wa akhirohu najaha
Artinya: Ya Allah, jadikanlah awal dari urusan ini sebagai kepatutan, dan prosesnya merupakan proses yang menyenangkan, dan berakhir sebagai keberhasilan.
Robbi auzi`ni an asykuro ni`mataka allati an`amta `alayya wa `ala wa lidayya wa an a`mala so lihan tardo hu wa adkhilni fi `iba dika as solihin
Artinya: Ya Tuhan, tolonglah aku supaya aku bisa mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada orang tuaku, dan tolonglah aku agar aku dapat mengerjakan perbuatan baik yang Engkau ridoi, dan dengan rahmat Mu, kumpulkanlah aku bersama dengan hamba-hamba Mu yang salih. (Q/s.an Naml: 19)
12. Konsekwensi berusaha atau bisnis dengan nyebut nama Allah (Bismillahir rahman nirrahim) adalah harus selalu ingat kepada Allah dalam setiap proses bisnis atau bekerja, sehingga tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
posted by : Mubarok institute
No comment
Post a Comment
KIAT SHEDEKAH
Thursday, September 20, 2007
Kiat Bersedekah
at 9:31 PM
Nasib manusia di dunia satu dan lain berbeda-beda, ada yang dianugerahi kelonggaran dalam hidupnya, dan ada yang dicoba dengan hidup serba kekurangan. Seyogyanya yang dianugerahi rizki berkecukupan mensyukuri nikmatnya, antara lain dengan menyedekahkan hartanya kepada orang yang berhak. Adapun bagi orang yang dicoba dengan hidup serba kekurangan seyogyanya bersa¬bar dan tetap bekerja keras. Meski demikian kedua¬nya diberi peluang yang sama untuk selalu menguta¬makan orang lain (itsar) sehingga orang miskinpun dianjurkan menyedekahkan hartanya kepada orang lain yang lebih membutuhkan.
Agama Islam menga¬jarkan adab bersedekah sebagai berikut:
1. Sedekah hendaknya diniatkan semata-mata karena Allah SWT (ikhlas).
2. Barang yang disedekahkan hendaknya sesuatu yang berkualitas dan dia sendiri menyukainya (bukan membuang karena sudah tidak suka).
3. Bersedekah secara rahasia itu lebih baik di¬banding sedekah secara terang-terangan.
4. Sedekah diutamakan untuk keluarga/kerabat terlebih dahulu, baru orang lain. Utamakan orang yang paling membutuhkan dan yang paling dekat jaraknya, jarak kekerabatannya dan atau jarak fisiknya.
5. Memilih waktu yang baik dan atau tepat ketika memberikannya, agar pahalanya lebih banyak (misalnya bulan Ramadlan) atau daya gunanya lebih besar (misalnya diberikan tepat ketika sedang dibutuhkan).
6. Rahasia keberhasilan bersedekah sama seperti rahasia keberhasilan bercocok tanam; yaitu (a) mengetahui ilmu cocok tanam, (b) memilih bibit unggul, (c) tanahnya subur, dan (d) dijaga dari hama. Dalam hal bersedekah, orang harus (a) tahu ilmu beramal, yaitu ikhlas, (b) yang dise¬dekahkan berupa harta bermutu dan halal, (c) diberikan kepada orang yang hidup sederhana, bukan pemboros atau penjudi, dan (d) men¬jauhkan diri dari mengungkit-ungkit, apa lagi menyakiti hati orang yang diberi (bi al manni wa al adza).
posted by : Mubarok institute
SAHABAT SEJATI
Sahabat Sejati
at 11:35 PM
Manusia adalah makhluk sosial dimana ia akan menjadi apa dan siapa tergantung dengan apa dan siapa ia bergaul. Secara fitri manusia membutuhkan orang lain; sebagai teman, sebagai partner, sebagai pesaing dan bahkan sebagai lawan. Sahabat sejati adalah orang yang selalu berfikir dan berkehendak baik terhadap sahabatnya. Ia akan memberi dukungan jika ia merasa bahwa dukungannya itu akan membawa kebaikan sahabatnya. Sebaliknya jika sahabatnya keliru jalan, ia akan berkata tidak! meski pahit diucapkan dan pahit di dengar.
Sahabat yang materialistis biasanya rajin apel dalam keadaan suka, tetapi ia segera menjauh jika sahabatnya dalam kesulitan, ia sahabat hanya dalam suka, tidak dalam duka. Sahabat yang sekerabat biasanya angin-anginan, terkadang mesra, tetapi suatu ketika bisa menjadi musuh, bahkan musuh yang sukar didamaikan. Sahabat sekerabat adalah sahabat sehidup, tetapi belum tentu semati. Hanya sahabat sejati yang biasanya jarang hadir dalam keadaan suka, tetapi justru hadir membela ketika dalam duka. Sahabat sejati adalah sahabat yang terikat oleh nilai-nilai kebajikan, ikhlas dan ibadah. Ketika kita sudah matipun sahabat sejati tetap menjaga nama baik kita, mendoaakan kita. Dialah sahabat sehidup semati, sahabat di dunia dan sahabat di akhirat.
posted by : Mubarok institute
Attitude
MALU
Update : 25 / September / 2005
Edisi 13 Th. 2-2005M/1426H
الحيـــاء الحياء: حلة جمال, وحلية كمال, يحترم في عيون الناس صاحبه, ويزداد قدره, ويعظّم جانبه, وإذا رأى مايكره غضّ بصره عنه. وكلما رأى خيرا قبله وتلقاه. يمتنع عن البغي والعدوان, ويحذر الفسوق والعصيان, يخاطب الناس كأنه منهم في خجل, ويتجنب محارم الله عزّ وجلّ. فمن لبس ثوب الحياء إستوجب من الخلق الثناء, ومالت إليه القلوب, ونال كل أمر محبوب. ومن قلّ حياؤه قلت أحباؤه.
Malu adalah sifat yang baik dan perilaku yang sempurna,yang mulya dalam pandangan manusia bagi pemiliknya,dan menambah kedudukannya, dan diagungkan oleh sekitarnya, dan jika melihat sesuatu yang ia benci, maka ia akan memalingkan penglihatannya,.dan ketika ia melihat sesuatu yang baik maka ia akan memandangnya dan menemuinya, ia senantiasa mencegah dari keburukan dan permusuhan,dan menghindari dari kefasikan dan kemaksiatan,dan jika dirinya dibicarakan oleh manusia maka seolah olah ia merasa malu. Dan selalu terhindar dari larangan larangan Allah ta’ala, maka barang siapa yang mengenakan malu, niscaya ia akan dipuji para mahluk,dan damailah hatinya,dan akan menarik segala yang dicintai,dan barang siapa sedikit sifat malunya maka sedikit pula yang mencintainya.
BERBAKTI PADA IBU BAPAK
Hikmah Berbakti Pada Orang Tua
Update : 16 / Februari / 2006
Edisi 19 Th. 2-2005M/1426H
Suatu hari Nabi Sulaiman as. melakukan perjalanan dengan terbang di udara mengendarai angin yang memang telah patuh pada beliau as. Nabi Sulaiman melayang-layang diatas lautan yang luas. Pada saat Nabi Sulaiman as. mengarahkan pandangannya ke dasar laut yang dalam, disitu terdapat suatu benda yang memantulkan cahaya dan sinarnya naik sampai ke permukaan laut. Nabi Sulaiman as. menyuruh angin untuk berhenti agar beliau bisa lebih seksama mengamati benda tersebut. Saat itu Nabi Sulaiman as. memerintahkan beberapa jin untuk mengambil benda tersebut yang tidak lain adalah sebuah kubah yang sangat indah yang terbuat dari batu zamrud.
Nabi Sulaiman as. sangat heran dan kagum atas keberadaan benda tersebut. Hal ini bukan hanya dikarenakan atas keindahan dan sinarnya yang memancar, tetapi di dalam kubah tersebut terdapat sesuatu yang tersembunyi. Nabi Sulaiman as. Lalu berdo’a, memohon kepada Allah Swt. agar diperlihatkan sesuatu yang ada dalam kubah tersebut. Seketika itu do’a Nabi Sulaiman as. dikabulkan oleh Allah Swt, kubah tersebut mulai terbuka secara perlahan-lahan, dan mulailah terlihat seorang pemuda yang sedang bersujud pada Allah Swt.
Nabi Sulaiman as. lalu bertanya pada pemuda yang terdapat dalam kubah tersebut. Nabi Sulaiman, “Assalamu’alaikum, ki sanak apakah kamu itu manusia malaikat atau jin ? Pemuda, “Aku adalah manusia biasa”. Nabi Sulaiman, “Kalau kamu manusia biasa, mengapa kamu bisa hidup ditempat seperti ini dan apa sebabnya kamu mendapat karomah dan kemuliaan yang sangat mulia ini dari Allah ? Pemuda, “Aku tidak tahu, tetapi sewaktu aku hidup di dunia aku sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tuaku. Dahulu aku mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta. Keadaan ibuku sangat lemah, kemanapun aku pergi aku selalu menggendongnya dan aku selalu melayani apapun yang menjadi kebutuhannnya. Suatu hari ibuku berdo’a, “Ya Allah, apabila aku meninggal mendahului anakku nanti, berikanlah kemulyaan padanya, karena aku sangat menyayangi dan mencintainya. Tempatkanlah ia tidak di langit dan tidak di bumi”.
Pada suatu hari, setelah ibuku meninggal, aku berjalan-jalan di tepi laut untuk melihat pemandangan sambil melihat-lihat kekuasaan Allah. Saat itu aku di kejutkan oleh suatu benda yang bercahaya dari dalam laut. Lama-kelamaan benda tersebut naik ke permukaaan dan mulai menepi menghampiriku. Benda yang tidak lain adalah sebuah kubah putih dengan cahaya nya yang berkilauan itu mulai terbuka pintunya dan aku pun masuk ke dalamnya dan saat itulah pintunya tertutup dengan sendirinya. Setelah itu aku tidak tahu apakah aku berada di bumi atau di langit, dan Allah telah mencukupi segala kebutuhanku di dalamnya.
Nabi Sulaiman, “Bagaimana Allah memberikan rizki padamu”? Pemuda, “Ketika aku merasakan lapar maka dinding kubah ini mengeluarkan pohon yang berbuah yang buahnya tiada pernah aku temui di dunia dan di sebelahnya memancarkan air yang putih jernih lebih jernih dari air dunia dan rasanya lebih manis dari madu dan setelah aku merasa kenyang maka pohon serta mata air tadi kembali masuk dalam dinding kubah”. Nabi Sulaiman, “Bagaimana kamu mengetahui malam dan siang?” Pemuda, “Jika dinding kubah ini bersinar maka itu bertanda siang hari, dan jika sinarnya hilang maka itu bertanda malam hari”.
Melihat kejadian yang luar biasa itu, Nabi Sulaiman as. memuja dan mengagungkan nama Allah dan berdo’a agar kubah tersebut tertutup kembali dan memerintahkan pada jin untuk mengembalikan kubah tersebut ke asalnya yaitu di dasar laut yang dalam. (An Nawaadir)
KIAT HIDUP
Sederhana dan Berlebihan
20 Juni 2008 18:03:07
Oleh: KH. A. Mustofa Bisri
Sikap sederhana, ternyata tidak sederhana. Sikap hidup sederhana tidak sesederhana menasehatkannya. Buktinya, meskipun dari dulu dikampanyekan, belum terlihat ada pendukungnya, kecuali dari kalangan mereka yang memang kesederhanaan sudah menjadi keniscayaan mereka
Sikap sederhana, sedang atau bersahaja adalah sikap tengah yang sangat dianjurkan oleh Islam. Kebalikannya adalah sikap berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan dalam hal apa saja dikecam tidak hanya oleh agama.
Mulai dari makan dan minum, Allah melarang kita berlebih-lebihan. “Yaa banii Aadama khudzuu ziinatakum ‘inda kulli masjidin wakuluu wasyrabuu walaa tusrifuu, innahu laa yuhibbul musrifiin” (QS. al-A’raf 6: 31), “Wahai anak-cucu Adam, pakailah busana indahmu di setiap masjid (ketika akan shalat, thawaf, atau ibadah-ibadah yang lain); makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai mereka yang berlebih-lebihan.” Bahkan, bersedekah pun kita tidak boleh berlebih-lebihan (Baca QS. 6: 141)
Dalam surah al-Isra ayat 29, secara metaforik yang indah, Allah memberi pedoman sikap tengah-tengah yang tidak berlebihan di dalam menyikapi harta, tidak bakhil dan tidak boros. Firman-Nya:“Walaa taj’al yadaaka maghluulatan ilaa ‘unuqika walaa tabsuth-haa kullal basthi fataq’udaa maluuman mahsuuraa.” (Dan janganlah jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan terlalu membebernya, nanti kamu dicela dan menyesal).
Kita tidak boleh bakhil, berlebih-lebihan menyayangi harta dan tidak boleh tabdziir, berlebih-lebihan dalam mentasarufkan sesuatu. Tabdziir yang dilarang dan pelakunya disebut sebagai ‘kawan-kawannya para setan’ (QS. 17: 27), biasanya hanya diartikan sebagai berlebih-lebihan mentasarufkan uang atau menghambur-hamburkan uang. Sehingga, sering kali kita saksikan banyak dari kalangan kaum Muslim yang dalam hal uang tidak tabdziir, tapi tanpa sadar suka menghambur-hamburkan air ketika berwudhu, misalnya. Atau, menghambur-hamburkan energi listrik, setiap hari. (Boleh jadi, karena santernya isu krisis energi di dunia saja yang mulai menyadarkan kita akan perlunya bersikap tidak berlebih-lebihan dalam hal ini).
Dalam beragama pun, kita tidak boleh berlebih-lebihan, melampaui batas. Dalam surah al-Maidah ayat 87, Allah berfirman kepada kaum beriman: “Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa tuharrimuu thayyibaati maa ahallaLlahu lakum walaa ta’taduu, innallaha laa yuhibbul mu’tadiin” (Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas).
Dalam berjuang fii sabiilillah juga demikian. “Waqaatiluu fii sabiiliLlahi alladziina yuqaatiluunakum walaa ta’taduu, innaLlaha laa yuhibbul mu’tadiin.” (QS. 2: 190) “Dan perangilah-di jalan Allah-mereka yang memerangimu dan jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas).
Demikianlah, apabila kita perhatikan firman-firman Allah dan sabda-sabda serta contoh tauladan Rasulullah SAW, jelas sekali bahwa sikap berlebih-lebihan dalam apa saja-termasuk dalam beribadah-sangat dilarang. Berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam banyak hal terbukti sering menimbulkan masalah. Menyukai dunia dan materi berlebihan telah terbukti menjerumuskan banyak kaum dalam bencana. Menyintai dan membenci orang berlebihan telah terbukti banyak menimbulkan problem kemasyarakatan.
Dari sisi lain, orang yang berlebihan, sulit dibayangkan bisa berlaku adil dan istiqamah. Dua hal yang menjadi kunci kebahagian dan kedamaian dunia akhirat.
Kamis, 10 Juli 2008
HARTA
Harta dalam Islam
Penulis : DR. KH. Miftah Faridl
KotaSantri.com : Dalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan, keahlian, dan lain sebagainya, semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?
Memang, berbagai perangkat keduniaan semisal surat-surat resmi bisa menjadi bukti bahwa keluarga, pekerjaan, tanah, dan sebagainya itu adalah milik kita, namun status kepemilikan kita adalah pemilik nisbi. Pemilik mutlak dari segala sesuatu hanyalah Allah SWT. Bahkan, diri kita yang lemah ini pun adalah milikNya.
Hal ini sering dilupakan oleh kita. Kita sering lupa bahwa kita bukanlah pemilik mutlak, sampai-sampai kita bersikap seolah-olah kitalah pemilik sepenuhnya segala hal yang kita anggap milik kita. Sehingga, kita memperlakukannya sesuai dengan selera dan nafsu duniawi kita, bukan disesuaikan dengan keinginan sang pemilik mutlak, yaitu Allah SWT.
Hal itu juga terjadi pada harta. Kita sering lupa bahwa ia hanyalah titipan dari Allah SWT. Di balik itu sebenarnya ada tanggung jawab, ada amanah, bahkan ada sebagian darinya milik orang lain yang harus kita salurkan kembali.
Kala pertama kali menyebarkan Islam di Makkah, salah satu misi Nabi Muhammad SAW adalah memberantas sikap ketergantungan kepada materi yang menjangkiti masyarakat Arab pada waktu itu. Mereka begitu terlena dalam pusaran materialisme hingga sikap dan pandangan hidup mereka senantiasa diwarnai cara pandang materialistis.
Itu menjadi salah satu sebab mengapa dakwah Rasulullah SAW tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Mereka tidak peduli kepada dakwah Rasulullah SAW bukan karena apa yang beliau sampaikan tidak masuk akal atau karena Rasulullah SAW adalah orang yang tidak bisa dipercaya, tetapi karena Rasulullah SAW bukan dari golongan kaya, dimana kala itu Klan Hasyim, keluarga Rasulullah, sedang menurun pamornya. Kaum kafir Makkah hanya ingin mendengarkan kata-kata dari mereka yang berharta. Jadi, begitu kuat pesona harta benda hingga ia mampu menutup cahaya Ilahi (hidayah).
Oleh karenanya, ada beberapa hal yang mesti dicamkan oleh umat Islam dalam menyikapi harta benda, yaitu :
Pertama, harta adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari Allah SWT untuk memikul tanggung jawab amanah harta benda. Karenanya, ia harus disyukuri, sebab jika mampu memikulnya, pahala yang amat besar menanti.
Kedua, harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap kondisi, entah baik atau pun buruk, yang kita alami sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT, dan mesti kita hadapi secara baik sesuai dengan keinginan yang memberi amanah. Harta benda yang dititipkan kepada kita juga demikian. Di balik harta melimpah, ada tanggung jawab dan amanah yang mesti ditunaikan. Harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor, karena telah bercampur bagian halal yang merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum fakir, miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya. Firman Allah SWT dalam surah at-Taubah (9) ayat 103, "ِAmbillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ketiga, harta adalah ujian. Yang jadi ujian bukan hanya kemiskinan, tetapi kekayaan juga merupakan ujian. Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi persoalannya adalah bagaimana menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia, yang tujuannya dibalik itu cuma satu, yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya. Bagi yang berharta, tentunya, ada kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu.
Keempat, harta adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai. Allah SWT menciptakan bagi manusia banyak hiasan hidup. Keluarga, anak, dan harta benda adalah hiasan hidup. Dengannya, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa pesona keindahan hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan membuat manusia lupa kepadaNya, serta lupa kepada tujuan awal penciptaan hiasan itu. Semua itu sebenarnya merupakan titipan dan ujian. Allah SWT berfirman di dalam surah At-Taghabun (64) ayat 15, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allah-lah pahala yang besar."
Kelima, harta adalah bekal beribadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, segenap perangkat duniawi, baik yang materil maupun yang non materil, tercipta sebagai sarana yang bisa digunakan manusia untuk beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana ibadah. Ia bukan hanya menjadi ibadah kala dinafkahkan di jalan Allah, ia bahkan sudah bernilai ibadah kala manusia dengan ikhlas mencari nafkah untuk keluarganya dan selebihnya untuk kemaslahatan umat. Jika harta dipergunakan sebaik-baiknya, pahala yang amat besar menanti. Namun jika tidak, siksa Allah amatlah pedih.
Di atas terlihat bahwa Islam begitu menekankan harta benda sebagai kepemilikan yang tidak terpusat pada satu atau segolongan orang. Namun, itu tidak bisa dipahami bahwa Islam mengabaikan sama sekali hak individu untuk menikmati harta yang telah diusahakannya dengan susah payah. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, surah Al-Isra (17) ayat 29, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal."
Demikianlah, semoga kita tergolong orang-orang yang pandai menyikapi harta benda sesuai dengan ketentuanNya. Aamiin. [Swadaya-032008]
Versi Cetak
TEKNOLOGI INFORMASI
Menguak Motif di Balik Kunjungan Bill Gates ke Indonesia
15/05/2008
Presiden Direktur Microsoft Windows Bill Gates, mengunjungi Indonesia pada 8 Mei lalu. Pemimpin perusahaan pengembang piranti lunak (software) yang dikenal dengan sistem jendela itu menjanjikan kepada pemerintah Indonesia untuk memberikan bantuan produk Microsoft secara gratis untuk kepentingan pendidikan.
Bantuan tersebut diberikan Gates dengan syarat bahwa pemerintah menyediakan komputer murah bagi lembaga-lembaga pendidikan yang akan menerimanya. Murah yang dimaksud untuk harga komputer tersebut adalah 200 dolar Amerika Serikat (AS) per unit komputer. Nilai tersebut kira-kira Rp 1.870.000 dengan asumsi kurs 1 dolar AS sama dengan Rp 9.350.
Bila dilihat harganya memang sangat murah. Besar kemungkinan bisa dijangkau. Tetapi, mari kita coba melihat dulu kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam negeri. Sungguh tidak memungkinkan untuk itu. Di satu sisi, masyarakat diwajibkan memikul beban hidup yang berat. Semakin berat pula akibat naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang juga diikuti naiknya harga-harga bahan pokok lainnya. Dengan demikian, sangat ironis apabila tawaran Gates disanggupi pemerintah. Apalagi pemerintah melakukan pengadaan komputer seharga 200 dolar AS per unit itu dalam jumlah ribuan.
Menurut penulis, hal yang terpenting bagi kita adalah mencoba mencermati dan menelisik tujuan sebenarnya dari seorang Gates yang termasuk dalam daftar orang terkaya nomor 3 di dunia itu. Indonesia, diakui atau tidak, adalah salah satu negara yang masuk dalam kategori ‘surga’ pembajakan, dan produk-produk Microsoft adalah salah satu korbannya.
Melihat kenyataan tersebut, Gates sebagai pucuk pimpinan sebuah perusahaan piranti lunak di dunia itu tidak bisa tinggal diam. Dalam sudut pandang Gates sebagai seorang pebisnis, Indonesia dinilainya sebagai negara berkembang yang memiliki potensi besar untuk lahan tumbuhnya teknologi. Hal penting lainnya adalah kian diminatinya dagangan Gates di Indonesia.
Cara terbaik mengurangi pembajakan piranti lunak adalah dengan membiarkannya dibajak untuk beberapa kurun waktu tertentu, lalu memberikannya secara gratis kepada sasaran yang tepat, yaitu para siswa yang masih dalam tahap pertumbuhan dan pengenalan terhadap penggunaan aplikasi komputer. Sebab, apabila pada masa tersebut seorang siswa sudah terbiasa menggunakan suatu software propetiary (piranti lunak berbayar), maka ia akan mengalami kendala apabila akan menggunakan piranti lunak lain yang non-propetiary, misal, open source (berlisensi umum). Sebaliknya, yang tercipta adalah akibat ketergantungan. Sehingga dengan terpaksa siswa tersebut kelak harus membeli software propetiary apabila akan menggunakan komputernya.
Kita kembali kepada kewajiban pemerintah untuk menyediakan komputer murah seharga 200 dolar AS per unitnya. Harga itu, kemungkinan kecil pasar yang dibidik dapat membeli seperangkat komputer baru. Nilai tersebut adalah harga rata-rata komputer bekas, lalu bagaimana kelanjutannya?
Sekadar perkiraan, berikut penulis ilustrasikan perbedaan budaya penggunaan komputer di negeri ini dengan di negara tempat tinggal Gates. Di Indonesia, sebuah unit komputer akan tetap digunakan terus bahkan setelah 5 tahun selama masih dapat berfungsi dengan baik. Pemiliknya tidak terlalu memusingkan perkembangan piranti lunak yang semakin pesat. Selama kompatibilitas (baca: kecocokan) masih dapat ditoleransi, maka lebih baik mengalokasikan dana untuk kebutuhan pokok kehidupannya. Sedangkan di negara-negara maju, umur pakai sebuah unit komputer rata-rata tidak lebih dari 3 tahun. Setelah melewati masa itu, maka pemiliknya akan mengganti dengan unit komputer baru yang sudah dapat dipastikan lebih cepat, lebih baik, lebih hemat energi dan lebih berteknologi baru sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja.
Lalu, bagaimana dengan nasib komputer bekasnya? Tentu saja komputer itu akan dijual murah atau bahkan dibuang dengan tujuan untuk didaur ulang. Nah, komputer-komputer bekas dari negara maju itulah yang sebagian beredar di Indonesia. Dikhawatirkan dengan patokan harga 'murah' senilai 200 dolar AS tersebut, bila pemerintah menerima tawarannya, maka harus melakukan impor komputer bekas (refurbished) tersebut dari negara maju, seperti AS.
Tawaran Gates kepada pemerintah untuk membantu pendidikan di negeri ini ada baiknya, sebab pemerintah sendiri masih mengalami kesulitan untuk melakukannya. Namun, lebih bijak lagi agar lebih berhati-hati menerima sebuah tawaran dengan tidak melupakan bahwa bagaimana pun Gates seorang pebisnis. Misinya, berdagang dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pelanggan tetapnya. Akan lebih baik bila pemerintah dapat lebih mengkaji kembali persyaratan yang diajukan Gates. Jangan sampai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa justru berbalik menjadi pembodohan dengan membiarkan generasi muda terdoktrin program-program temuan kaum kapitalis sehingga cakrawala berpikirnya menjadi sempit.
Karena di satu sisi, pemerintah juga sedang mengembangkan suatu program berbasis open source yang relatif murah dan bahkan gratis yang bernama Indonesia Goes Open Source (IGOS). Peranti lunak itu berbasis Linux dan IGOS merupakan salah satu karya putra-putri terbaik bangsa ini. (Ardyan Novanto Arnowo)
« Kembali ke arsip Teknologi Informasi | Print