Jumat, 11 Juli 2008

AKHIR ZAMAN


Tanda-Tanda Kiamat
Salam Hanya Diucapkan kepada Orang yang Dikenal
Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani


Praktik yang sangat dianjurkan bagi orang Islam, laki-laki maupun perempuan, adalah memberi salam kepada sesama muslim, yang dikenal maupun yang tak dikenal, dengan ucapan, assalâmu‘alaikum” (keselamatan atasmu). Salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Islam tidak akan memberi salam kepada orang Islam yang tidak dikenal. Mereka
hanya akan memberi salam kepada orang Islam yang mereka kenal.

Imâm Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah: salam hanya diucapkan kepada orang yang dikenal, aktivitas perdagangan meningkat sampai-sampai seorang istri akan membantu suaminya mencari nafkah, tali
silaturahim terputus, kesaksian palsu menjadi umum, kebenaran disembunyikan, dan peran alat tulis menjadi dominan".

Kini, kita bisa saksikan bahwa orang-orang Islam hanya memberi salam kepada orang-orang yang mereka kenal. Aturannya adalah, “Jika aku tidak mengenalmu, aku tidak akan memberi salam kepadamu.” Hal ini di antaranya karena orang-orang Islam sudah sangat sulit
dikenali, karena secara lahiriah orang-orang Islam sudah tak bisa mengenali satu sama lain. Terutama diwilayah-wilayah berpenduduk muslim minoritas, mereka sebaiknya mengenakan busana Islam yang mudah dikenali sehingga mereka dapat saling mengenal dan memberi
salam.

Di Dunia Islam, terutama di kota Mekah dan Madinah, laki-laki muslim minimal menggunakan tutup kepala. Namun, di luar kedua kota suci itu, laki-laki tidak lagi mengenakan tutup kepala. Sementara para muslimah sering kali menutup kepala mereka dengan jilbab dalam
kesehariannya. Perempuan-perempuan tersebut dapat dikenali dan menerima salam dari perempuan muslimah lainnya. Laki-laki muslim juga dianjurkan mengenakan penutup kepala untuk menunjukkan identitas diri sehingga bisa dikenali dan diberi salam oleh muslim
lainnya. Dengan begitu Allah akan senang.

"Apabila kamu dihormati dengan sebuah penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Q 4:86) Namun, di negara-negara yang seluruh penduduknya muslim, masyarakatnya tidak saling mengucap salam. Itu karena sudah tidak ada lagi kesatuan dan kehangatan di antara mereka. Di negara-negara Islam, kita menyaksikan ratusan orang lalu lalang di jalan, namun tak satu pun yang mengucap assalâmu’alaikum. Setiap orang sibuk dengan kehidupannya sendiri. Persahabatan tidak lagi didasarkan pada ikatan-ikatan keagamaan, tetapi lebih pada kepentingan pribadi dan duniawi.

Tanda akhir zaman yang diprediksi Nabi saw. ini merupakan akibat pergeseran prioritas manusia. ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd meriwayatkan hadis serupa bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya di antara tanda akhir zaman adalah bahwa ucapan salam hanya akan diberikan kepada orang yang dikenal". Dewasa ini, jika seseorang bertemu dengan orang yang tak dikenalnya, ia tidak akan memberi salam. Ini mencerminkan berkurangnya perhatian seseorang terhadap sesamanya. Meskipun ada teman atau saudara yang menderita, hampir tak seorangpun yang peduli. Semua orang cuma peduli pada urusannya sendiri. Pada masa lalu tidak seperti itu. Jika seseorang melihat seratus orang di jalan, ia akan memberi salam kepada setiap orang. Salah seorang yang diberi salam mungkin saja orang yang saleh, yang ucapan salamnya
diyakini bisa mendatangkan ampunan Allah untuk keduanya. Seorang sahabat Nabi, Ibn Uyaynah,
mengatakan, “Ampunan Allah turun berkat zikir orang-orang saleh (‘Inda dzikr al-shâlihîn tatanazzalu al-rahmah).”

Kini, praktik itu sudah hilang, dan kita tidak lagi saling memberi salam. Bahkan, jika kita mengenal seseorang, kita akan memalingkan wajah agar tidak bercakap-cakap dengannya. Terkadang, untuk kepentingan duniawi, kita tidak ingin menunjukkan bahwa kita mengenal orang itu. Orang-orang Islam tidak lagi saling bersahabat. Umat Islam tidak akan jaya jika mereka meninggalkan pesan-pesan Nabi saw. Tanda akhir zaman lainnya yang disebutkan dalam hadis tersebut adalah bahwa kegiatan perdagangan dan bisnis meningkat. Orang-orang akan berjuang keras mencukupi kebutuhan hidup sehingga mereka membuka berbagai jenis usaha atau perdagangan.

Sabda Nabi, “Seorang istri akan membantu suaminya dalam mencari nafkah,” menunjukkan bahwa pada akhir zaman pendapatan seorang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sebuah keluarga, sehingga seorang istri terpaksa harus membantu suaminya mencari uang. Pada masa lalu, suatu keluarga tidak perlu memiliki dua pos pemasukan keuangan. Kini, perempuan terjun ke berbagai bidang, termasuk membesarkan anak dan merawat keluarga, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan aktivitas lainnya. Atas kehendak sendiri, banyak perempuan turut membantu suaminya dalam pekerjaannya.

Tetapi, pada masa lalu, seorang istri tidak perlu keluar rumah untuk mencari pekerjaan tambahan demi menutup pengeluaran belanja keluarga. Kini, karena ingin menghidupi keluarga, suami dan istri harus sama-sama bekerja. Di seluruh penjuru dunia, perempuan-perempuan terlibat dalam dunia kerja untuk menghasilkan uang bagi keluarga, karena sebuah
keluarga tidak akan bertahan hanya dengan pendapatan suami yang kurang. Seolah-olah Nabi saw. melihat langsung kondisi dewasa ini dari masa lalu yang jauh.

Terputusnya Tali Silaturahim

Hadis yang terkait dengan bab sebelumnya menyebutkan bahwa akan terjadi fenomena qath‘ al-arhâm, pemutusan tali kekerabatan. Hubungan yang akrab antara saudara sedarah, seperti antara ayah–ibu, saudara sekandung, paman–bibi, akan hilang. Kini, anak-anak memiliki
persoalan dengan kedua orang tua mereka, dan segera setelah dewasa, mereka pergi meninggalkan rumah. Orang tua tak lagi menemui anaknya, dan anak tak lagi mengunjungi orang tuanya.

Dalam hadis itu, “qath‘ al-arhâm” juga berarti “memutuskan sarana meneruskan keturunan”, yakni kesuburan dan melahirkan anak. Kini, alat-alat kontrasepsi sudah tersebar luas, praktik aborsi sudah menjadi fenomena umum, dan laki-laki maupun perempuan telah melakukan operasi pencegahan kesuburan. Keberlangsungan keturunan sengaja diputus. Orang sudah merusak ikatan keluarga yang sudah terbangun, dan tidak menghubungkan ikatan keluarga dengan generasi selanjutnya, dengan memotong ikatan keluarga masa lalu dan masa depan.

Dalam makna harfiahnya, qath‘ al-arhâm (memotong rahim) juga menunjukkan pemotongan rahim dalam arti sebenarnya, seperti yang telah terjadi dalam cara yang tak tercontohkan sebelumnya. Kelahiran bayi biasanya dilakukan melalui operasi caesar, dengan membedah bagian rahim untuk mengeluarkan bayi dari perut, sering kali dilakukan karena kesibukan jadwal dokter atau bahkan karena kesibukan sang ibu sendiri.

Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim sudah lazim dilakukan. Pembedahan pada rahim semakin meningkat, termasuk operasi janin dalam rahim. Belakangan ini, di Arab Saudi, operasi pencangkokan rahim telah dilakukan untuk pertama kalinya. Nabi saw. sudah memprediksi semua aspek kehidupan dan teknologi modern sejak 1400 tahun yang silam dan
memprediksi bahwa pada akhir zaman “pemotongan rahim” menjadi hal yang lazim dilakukan.

Kesaksian Palsu

Nabi mengatakan dalam hadis terdahulu bahwa pada akhir zaman, kesaksian palsu (qawl al-zûr) akan menggejala. Kesaksian dusta bisa terjadi di pengadilan ketika seorang saksi disogok, dengan uang, iming-iming kedudukan, atau ampunan, asal memberikan kesaksian tertentu. Bahkan, seorang politisi bisa berkomplot untuk menjatuhkan politisi lainnya dengan menghadirkan para saksi yang memberikan kesaksian yang memberatkan lawan-lawan politiknya. Tidak ada negera yang luput dari praktik seperti itu di pengadilan, di mana kesaksian dapat dicari dengan uang. Jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Q 22:30)

Allah menyebutkan kesaksian palsu dalam ayat ini segera setelah menyinggung penyembahan berhala untuk menekankan kegawatannya. Qawl al-zûr tidak terbatas hanya kepada pemberian kesaksian di pengadilan, tetapi secara umum mencakup upaya menyebarkan kebohongan dan menggiring orang lain agar mempercayainya sebagai kebenaran. Dalam skala yang lebih besar, itu mencakup juga berbagai bentuk propaganda dan pencucian otak, untuk tidak menyebut juga berbagai iklan, yang termasuk dalam kriteria qawl al-zûr. Dengan media-media global saat ini, seperti buku, majalah, televisi, dan film, segala pesan dusta dapat disebarluaskan sehingga yang putih tampak hitam dan yang hitam terlihat putih. Inilah penyebaran kebohongan dan pemberian kesaksian palsu, qawl al-zûr.

Kitmân syahâdat al-haqq berarti menyembunyikan kebenaran. Para politisi terkenal dengan kebiasaan mereka menyembunyikan kebenaran agar rakyat bisa dikendalikan dan kekuasaan bisa terus dipegang. Penyakit ini mulai menjangkiti orang kebanyakan yang dewasa ini mudah sekali berdusta dan menyembunyikan kebenaran. Dalam media global, kita sangat sering
menyaksikan bagaimana kebenaran ditutup-tutupi dan kepalsuan disebarluaskan oleh para pembawa berita. Hanya ada segelintir orang baik yang masih tetap jujur, entah mereka adalah wartawan yang meliput berita atau politisi yang mengemban urusan publik.

Penganiayaan Akan Merajalela
Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani

Dalam hadis berikut ini, Nabi saw. menggambarkan bahwa akan datang suatu masa ketika orang akan memiliki kekuasan yang begitu besar atas orang lain, dan akan menggunakan kekuasaannya untuk menyengsarakan orang lain. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,"Ya Abû Hurayrah, akan datang suatu masa sekiranya kamu hidup pada saat itu, kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan di tangannya. Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah".

Nabi mengatakan, “Kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan ditangannya,” maksudnya mereka akan membawa sesuatu dari kulit di tangan mereka, seperti cemeti. Mereka akan keluar pagi-pagi sekali untuk mencelakakan manusia sambil mendurhakai Allah, dan ia berada dalam kemurkaan-Nya. Mereka keluar pada pagi hari dengan
membawa cemeti di tangan mereka sambil membelakangi jalan Allah dan Nabi-Nya, mendurhakai Allah, dan menentang Nabi-Nya. Ketika mereka kembali pada malam hari (yarûhûna), Allah jijik kepada mereka. Orang itu sendiri mengaku beragama Islam.

Belasan abad yang lalu, Nabi saw. memberikan sebuah isyarat kepada Abû Hurayrah tentang orang-orang seperti itu yang akan datang tidak lama setelah masanya. Meskipun Nabi saw. tahu bahwa orang-orang itu akan muncul pada akhir zaman, bertahun-tahun setelah Abû Hurayrah meninggal, beliau menekankan bahwa akhir zaman tidak akan lama lagi. Sabda Nabi, “Sekiranya kamu masih hidup pada masa itu,” merupakan petunjuk bahwa sebenarnya akhir zaman itu sangat dekat. “Aku diutus menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini.” Lebih jauh lagi, Nabi saw. menunjukkan perhatiannya kepada para sahabatnya dan semua orang Islam pada semua zaman, bahwa mereka harus mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, yang mungkin akan terjadi kapan saja. ‘Âlî berkata, Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”

Orang-orang yang beriman harus selalu waspada dan ingat bahwa suatu saat mereka akan menghadapi Hari Pengadilan, karena tidak ada yang tahu kapan mereka akan dipanggil menghadap Penciptanya. Seperti yang difirmankan Allah: "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q 31:34)

Secara umum, orang yang hidup pada zaman sekarang ini lalai bahwa mereka akan dipanggil untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka. Dengan tindakannya yang melanggar ajaran agamanya, manusia pada masa sekarang menjadi penindas dan melecehkan satu sama lain dengan perilaku buruk dan kekasaran mereka. Naluri manusia sebenarnya cenderung kepada kelembutan dan kesopanan, tetapi saat ini manusia hanya memiliki sedikit kasih sayang, cinta damai atau kelembutan. Contoh ideal dalam Islam adalah Nabi Muhammad saw. yang dilukiskan Allah: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q 8:4)

Nabi saw. merupakan contoh kerendahan hati dan kelembutan. Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q 3:159)

Saat ini orang-orang Islam tidak mengikuti jalan Nabi, tetapi bersikap kasar dan keras hati. Betapa banyak manusia zaman modern yang bersikap kasar dan keras kepala, dan berbicara dengan nada pedas dan kasar. Orang-orang Islam mulai tidak suka kepada teman dan keluarganya sendiri, dan membuat orang-orang nonmuslim menjauhi Islam. Setan menggunakan kekasaran perilaku itu untuk memicu konflik dan bahkan sepasang teman akrab tiba-tiba memutuskan ikatan persahabatan mereka.

Penafsiran lain hadis ini, menurut Syalabî, adalah bahwa para pemimpin akan terlibat dalam penganiayaan yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia untuk mempertahankan kedudukan mereka. Hal ini berlaku bagi semua tipe kepemimpinan, apakah raja, sultan, presiden, kepala suku, pemimpin masyarakat, pemimpin politik, pemimpin kelompok keagamaan, atau imam masjid. Orang-orang tersebut akan menjadi pemimpin tiran agar tetap memegang tampuk kepemimpinan. Bahkan, sekiranya kelompok itu hanya terdiri dari tiga orang, seorang pemimpin di antara mereka akan menekan dua orang lainnya. Semua orang yang memegang kendali pimpinan akan berusaha mempertahankan kedudukannya. Pemimpin semacam itu tidak merasa bersalah untuk berkomplot melawan pihak lain agar kekuasaannya bisa bertahan. Mereka akan menggunakan segala cara dan metode atau sistem untuk mempertahankan tampuk kekuasaannya.

Pemimpin semacam itu akan mengangkat orang untuk melindungi posisinya. Mereka ditunjuk untuk menyiksa orang lain, seperti yang digambarkan oleh Nabi saw., “Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah.” Bahwa mereka keluar dari rumah pagi hari dan kembali malam hari menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang suruhan. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang tersebut akan membawa cemeti di tangan mereka, dan melakukan berbagai jenis penyiksaan terhadap manusia-manusia yang tak berdosa. Di berbagai penjara di seluruh penjuru dunia, banyak tahanan yang tak berdosa yang dicambuk dan disiksa. Ada banyak metode penyiksaan, mulai dari cemeti hewan hingga setrum listrik. Pada malam hari, para penyiksa itu pulang ke rumah, dan Allah sangat membenci mereka atas apa yang telah mereka lakukan sepanjang hari, seperti mencambuk, memukul, menyiksa, dan menjebloskan orang tanpa ampun ke dalam penjara.

Orang-orang Islam di mana pun mengalami kesulitan yang luar biasa akibat tindakan orang-orang ini. Para pemimpin tidak sudi membiarkan siapa pun hidup dengan damai, dan para muslim imigran melihat bagaimana orang-orang yang pulang ke negeri mereka dianiaya.
Para pemimpin itu takut pada orang-orang yang tidak mereka kenal, sehingga mereka memenjarakan orang tanpa pandang bulu. Karena ulah mereka, seorang muslim tidak bisa memanjangkan janggutnya di negeri-negeri Islam, dan jika seseorang mengenakan kopyah, ia akan diinterogasi. Bila seseorang salat lima waktu sehari, mereka akan ditanya apakah ia termasuk dalam kelompok tertentu. Di beberapa negara, ada orang yang membawa pemukul dari kayu atau karet yang akan memukul siapa pun yang mereka suka. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang semacam itu akan membawa cambuk seperti ekor lembu jantan di tangan mereka untuk menyiksa orang, dan hal tersebut telah terjadi sekarang ini.

Kini, tidak ada tempat di muka bumi di mana berbagai bentuk penganiayaan itu tak terjadi. Empat belas abad yang lalu, Nabi saw. telah meramalkan kondisi memilukan yang begitu umum dan belum pernah terjadi sebelumnya ini.Meskipun Nabi saw. dibawa melihat-lihat penghuni neraka, ada dua kelompok penghuni neraka yang tidak diperlihatkan kepada Nabi saw. karena mereka adalah manusia paling buruk dan bertempat di dasar neraka. Allah dan Rasul-Nya sangat marah kepada orang-orang ini yang menyiksa orang lain sehingga mereka tidak dikunjungi Nabi saw. pada malam beliau naik ke langit (miraj).

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, Ada dua jenis penduduk neraka yang tidak aku kunjungi. Yang pertama adalah mereka yang membawa cambuk seperti ekor lembu jantan yang dipakai untuk mencambuk orang. Hadis ini menjelaskan lebih jauh hadis sebelumnya yang menyebutkan bahwa orang-orang tersebut keluar pada pagi hari dan kembali pada malam hari setelah menghabiskan harinya dengan menyiksa orang lain. Perilaku keji semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam karena tidak seorangpun punya otoritas untuk memukul dan menyiksa orang lain. Dalam hadis lainnya: ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya bahwa Hisyâm ibn Hakîm ibn Hizâm kebetulan berpapasan dengan beberapa orang di Syria yang telah disuruh berdiri di bawah panas matahari dengan kepala yang dilumuri minyak zaitun. Ia bertanya, Ada apa ini?” Seseorang menjawab, “Mereka sedang dihukum karena tidak membayar kharaj (pajak negara).” Lalu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah berkata, Allah akan menghukum orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.’”

Nabi saw. memperlihatkan bahwa Allah akan menuntut balas atas nama semua orang yang disiksa, baik muslim maupun nonmuslim. Hadis ini memperlihatkan bahwa Nabi saw., sebagaimana yang dilukiskan Allah, adalah: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk
menjadi rahmat bagi semesta alam. (Q 21:107) Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Q 34:28)

Orang-orang tidak boleh menghukum dan menyiksa sesama, karena Allah semata yang berhak menghukum. Manusia bisa memutuskan apakah sesuatu benar atau salah, tetapi mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman menurut pendapat dan nafsu mereka sendiri. Ada persyaratan rumit, bahkan sering kali sulit dicapai, yang harus dipenuhi sebelum seseorang dijatuhi hukuman atas dasar hukum Islam (syariat), tetapi dewasa ini tidak seorangpun yang mau menerapkannya. Pembahasan ini tidak dimaksudkan sebagai komentar politik terhadap pemerintahan mana pun, tetapi untuk memperlihatkan bahwa peristiwa yang diprediksi Nabi saw. akan terjadi pada akhir zaman ternyata kini telah terjadi.

Nabi Muhammad saw. menjelaskan penyiksaan yang akan terjadi pada akhir zaman. Orang-orang Islam harus mengambil pelajaran dari peringatan beliau. Orang-orang Islam sedang mengalami penyiksaan di negeri mereka sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara, dan sering kali tidak pernah dibebaskan. Orang-orang selalu dirundung ketakutan, cemas kalau-kalau ada orang datang dengan tiba-tiba untuk menyiksa mereka. Berkat kasih sayang Allah, orang-orang Islam di beberapa negara hidup dengan damai dan tidak mengalami kesulitan seperti yang dilukiskan tadi.

Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian. (Q 4:59) Orang-orang awam bukanlah presiden atau raja, dan harus mengikuti aturan dan hukum di negara tempat tinggal mereka. Orang Islam tidak diperkenankan mencampuri urusan orang lain. Kewajiban orang Islam adalah menjaga rumah, keluarga, lingkungan dan tidak boleh mengganggu ketenteraman masyarakat. Orang Islam harus mempersiapkan diri menjadi orang saleh, yang Tuhan senang dan rida dengannya.

Nabi saw. bersabda, “Barang siapa mengetahui batasnya, ia harus berhenti di sana.” Orang Islam harus mengetahui batas-batasnya, mengetahui kewajibannya, dan tidak bertindak melebihi batas kemampuannya, yang akan menimbulkan masalah bagi masyarakatnya. Orang Islam tidak boleh campur tangan ketika mereka tidak punya izin atau otoritas untuk terlibat dalam urusan orang lain, jika tidak, dia akan menimbulkan masalah bagi semua orang Islam lainnya

0 komentar: