Tabiat Manusia
Oleh: Prof. A. Mubarok, MA
Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk budaya (madaniyyun bi atthob`i) dan sebagai mahkluk social (ijtima`iyyun bi atthob`i). Sebagai makhluk budaya manusia memiliki konsep,gagasan dan keyakinan yang dianut, yang kemudian memandu dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia punya konsep tentang keindahan, tentang kehormatan, tentang kebesaran dan tentang kehinaan.. Sebagai makhluk budaya,manusia juga mengenal nilai-nilai teori, nilai ekonomi,nilai agama, nilai seni, nilai kuasa dan nilai solidaritas, dan dominasi nilai-nilai itu akan membentuk orang menjadi ilmuwan, ekonom, rohaniwan, seniman, politikus dan humanis. Bisa juga terjadi ada ilmuwan yang mistis, politisi pejuang, ulama rasionil, aktifis HAM yang korup, seniman yang failasuf, penguasa yang repressip dan sebagainya. Bagi manusia yang memiliki peradaban yang tinggi, ia merasa sangat terhina untuk meraih sukses diatas penderitaan orang lain, atau memperoleh kemenangan dengan kecurangan. Sedangkan orang yang berbudaya rendah, ia berbangga dapat memperdaya orang lain, memperdaya Pemerintah, dan memperdaya orang banyak. Bagi orang yang berperadaban rendah, keberhasilan adalah tujuan utama, sedangkan cara, itu hanya soal teknis,bukan nilai, sementara menurut orang yang berperadaban tinggi, keberhasilan yang bertumpu kepada cara yang tak bernilai adalah sebuah kegagalan.
Manusia sebagai makhluk social memiliki keiinginan bekerjasama dan bersaing sekaligus. Manusia menyadari kelemahannya oleh karena itu ia ingin bekerjasama dengan manusia lainnya untuk mempercepat pencapaian tujuan bersama. Tetapi manusia juga memiliki keunikan, yakni setiap orang adalah dirinya, mempunyai fikiran,perasaan dan kehendak yang khas dirinya berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu ketika sedang bekerjasama ada yang benar-benar tulus bekerjasama untuk tujuan bersama, ada yang unik, yaitu memiliki agenda sendiri, ingin mencapai tujuan sendiri diluar tujuan bersama. Sesama orang yang memiliki agenda sendiri mereka bersaing, terkadang secara fair dan tak jarang tidak fair. Godaan untuk bersaing secara tidak fair menguat terutama dalam persaingan politik dan persaingan bisnis. Banyak orang demi tujuan politik dan tujuan bisnisnya melakukan sesuatu yang justeru merendahkan martabat dirinya sebagai manusia.
Sudahkah kita bertabiat baik??
posted by : Mubarok institute
Jumat, 11 Juli 2008
TABIAT MANUSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar