Bismillahir-Rahmanir-Rahim:
Sekarang ini marak sekali
metode trans-personal agar seseorang itu bisa lebih mudah bersinergi
dengan dirinya dan dengan alam semesta.
Boomingnya adalah ketika
Buku dan Film The Secret karya Rhonda berhasil mengguncang dunia. Inti
buku itu adalah membangun kekuatan “Berserah” kepada alam semesta. Atau
jika Anda berkeberatan berserah kepada alam semesta, maka Anda boleh
mengganti Alam semesta itu dengan istilah Tuhan. Tapi bagi The Secret
Tuhan itu adalah Alam Semesta.
Berikutnya, beberapa
trainer, penulis, dan beberapa ustadz di Indonesia, “mengamini” apa yang
ditulis oleh Rhonda tapi tentunya dengan pendekatan spiritual. Sebagian
dari mereka mengatakan bahwa “Berserah” itu identik dengan IKHLAS.
Sehingga, jika konsep dalam
The Secret adalah “Jika Anda menginginkan MOBIL, maka Mintalah kepada
ALAM SEMESTA dengan sungguh-sungguh, lalu bayangkanlah KENIKMATAN ketika
Anda sudah memiliki mobil iltu, rasakanlah ketika Anda mengendarainya,
lalu LEPASKANLAH semua perasaan itu dan SERAHKAN semuanya kepada ALAM
SEMESTA. Maka Mobil itu akan mendatangi Anda, sebab Anda sudah
“melupakan”nya dan membiarkan ALAM SEMESTA yang mengatur segala
permintaan Anda...”
Maka, Konsep itu tinggal
diubah sedikit redaksinya menjadi, “Jika Anda menginginkan MOBIL, maka
Mintalah kepada ALLAH dengan sungguh-sungguh, lalu bayangkanlah
KENIKMATAN ketika Anda sudah memiliki mobil iltu, rasakanlah ketika Anda
mengendarainya, lalu IKHLASKANLAH semua perasaan itu dan SERAHKAN
semuanya kepada ALLAH. Maka Mobil itu akan mendatangi Anda, sebab Anda
sudah mengikhlaskannya dan membiarkan ALLAH yang mengatur segala
permintaan Anda...”
Lalu latahlah kita dengan mengatakan, “rupanya Konsep The Secret sudah ada di dalam Al-Quran...”
Dan saya pun sempat
menggunakan konsep ini... dan..BERHASIL ! saya berhasil mendapatkan apa
yang saya inginkan setelah saya mengIKHLASKANnya....
Tapi akhirnya saya berpikir,
“Apakah ini yang dimaksud dengan IKHLAS?”. Bukankah IKHLAS itu adalah
ketika seorang hamba tidak memiliki keinginan apapun dan ketakutan
apapun kecuali hanya keinginan kepada ALLAH dan ketakutan kepada ALLAH.
Apakah saya berhak mengatakan, “Subhanallah, ternyata setelah saya
mengikhlaskan keinginan saya untuk memiliki sebuah kendaraan, maka
akhirnya kendaraan itu yang menghampiri saya. Kekuatan ikhlas memang
dahsyat..”?
Ataukah justru kita tengah
berpura-pura ikhlas? Kita berpura-pura ikhlas di hadapan Allah atas apa
yang kita inginkan agar kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan
apakah menurut Anda, Allah tidak memahami kepura-puraan kita?
Ya, justru karena Allah paham betul kepura-puraan kita maka Allah memberikan semua keinginan yang kita “ikhlaskan” itu. Coba deh perhatikan firman ALLAH berikut...
“Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16).
Nah, mulai hari ini marilah
kita berhati-hati menggunakan istilah-istilah yang sudah baku di
Al-quran atau Hadist, lalu menyelewangkan istilah itu untuk keperluan
bisnis dan usaha keduniawian kita.
Dan jangan sampai kalau suatu saat kita di akhirat ditanyai oleh ALLAH, “Mengapa engkau beramal bukan untuk-Ku?”
Yap, pertanyaan seperti itu
sangat wajar ditanyakan kepada para hamba Allah yang beramal karena
ingin sesuatu selain dariNya. Yakni, seorang hamba yang beramal dengan
ikhlas karena ia paham kalau ia ikhlas maka ia akan mendapatkan berbagai
keinginannya. Yakni, seorang Hamba yang bersedekah bukan untuk mencari
ridho Allah, tapi ia sungguh niat bersedekah untuk menambah kekayaannya
atau untuk menggapai impian-impiannya, karena ia paham betul janji Allah
di Al-Quran bahwa orang yang berinfak/bersedekah maka akan digantikan
olehNYA sebanyak mungkin hingga 700 kali lipat.
Padahal ayat itu ditunjukkan
kepada kita agar kita semakin mencintai Allah bukan agar kita semakin
mencintai sedekah, tapi malah melupakan Allah yang menguasai sedekah dan
alam semesta. Wow, Bagaimana mungkin kita bisa sukses mencintai sedekah
tapi kita tidak sukses mencintai Allah? Bagaimana mungkin kita bisa
sukses mencintai keikhlasan tapi kita tidak sukses mencintai Allah,
sumber dari keikhlasan itu? Bagaimana mungkin kita berbuat IKHLAS hanya
semata-mata karena ingin Sehat, hanya semata-mata karena ingin Mobil,
hanya karena ingin Lunas Hutang, hanya karena ingin cepat kawin, hanya
karena ingin Suami Setia, dan lalu kita nyaris melupakan bahwa tujuan
dari ikhlas itu hanyalah ALLAH semata?
Terlalu Ikhlas? (Agar IKHLAS lebih MUDAH)
Setelah
saya menulis artikel yang berjudul “Ikhlas yang Tidak Ikhlas”, izinkan
hari ini saya membahas titik yang terkesan bertolak belakang dengan
artikel tersebut, yaitu “Terlalu Ikhlas”
Saya memperhatikan, beberapa
sahabat muslim, termasuk saya tentunya, perlu diingatkan kembali
tentang perkara ikhlas yang berlebihan ini. Lho, ikhlas kok berlebihan?
Dalam Islam, apapun yang
berlebihan bisa menghancurkan. Seharusnya semua perkara dikembalikan
kepada Al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ Sahabat.
Oke sahabat, secara harfiah,
IKHLAS itu artinya MURNI (Tidak bercampur). Kebalikan dari ikhlas
adalah SYIRIK. Syirik artinya BERCAMPUR (Tidak murni). Artinya kalau
kita tidak berbuat ikhlas, artinya kita tengah berbuat syirik. Artinya
juga, seseorang yang mengatakan “Saya belum mampu berbuat ikhlas” , maka sebenarnya ia tegah mengatakan dengan cara yang berbeda “Saya masih syirik” . Begitukah? Na'udzubillahi min dzalik
Yang dimaksud dengan MURNI
adalah TIDAK berCAMPURnya kebenaran Ilhiyah (beradasarkan Quran, Sunnah,
plus Ijma' Sahabat) dengan virus-virus ego pribadi.
Baiklah, secara sederhana
Ikhlas itu dibagi menjadi tiga. 1. Ikhlas dalam bermuamalah 2. Ikhlas
dalam beribadah 3. Ikhlas dalam berakidah
Ikhlas dalam bermuamalah
Bermuamalah adalah
berhubungan antar sesama manusia dan alam semesta. Dalam bahasa fiqih,
segala yang sifatnya muamalah dihukumi HALAL, kecuali yang dilarang.
Contoh, pada dasarnya semua makanan itu halal, kecuali anjing, babi,
bangkai, ampibi, binatang bertaring, dan binatang yang tidak disembelih
atas nama Allah.
Namun demikian, ada pula
ibadah-ibadah Muamalah yang dihukumi wajib, seperti silaturahim,
menolong orang yang perlu bantuan, menghadiri undangan kaum muslimin
dlsb.
Intinya, Ikhlas dalam
bermuamalah adalah ketika Anda melakukan amalan-amalan muamalah tersebut
tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Kalau anda
bermuamalah dalam bisnis maka tidak terjadi yang namanya Riba, Ketidak
Jelasan, dan Penipuan.
Ikhlas dalam beribadah
Sebagaimana fimran Allah
dalam Al-Quran “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepadaKu” (Q.S. 51:56).
Intinya, dalam perkara
ikhlas beribadah adalah bahwa hukum dasar setiap peribadatan itu adalah
haram, kecuali yang diperintahkan. Hal ini tentunya berbeda dengan
ikhlas dalam bermuamalah, bahwa segala bentuk muamalah adalah halal
kecuali yang dilarang.
Jadi ketika kita beribadah,
maka haruslah sesuai dengan tuntunan. Bukan semata-mata “ikhlas” yang
salah kaprah. Contoh, tidak baik kita mengatakan “ga apa-apa laki-laki sholat sendirian di rumah, kan yang penting ikhlas” dan lalu ditambah dengan perkataan, “Coba
pikirkan, daripada sholat berjamaah tapi ngga ikhlas, pengen dilihat
orang, pengen jadi imam, pengen dipuji suaranya, kan lebih baik sholat
sendirian di rumah tapi ikhlas”
Nah, mereka yang berkata
seperti ini berarti tidaklah paham, bahwa keikhlasan dalam beribadah itu
terkait erat dengan prosedur yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
saw. Kalau kita mengatakan "ikhlas", tapi tidak sesuai dengan prosedur
yang berlaku, maka itulah ikhlas yang salah kaprah.
Berikutnya banyak pertanyaan
yang mungkin hadir... Bolehkah kita beribadah karena sesuatu selain
dari Allah? Tapi sesuatu itu sudah dijanjikan oleh Allah dan RosulNya.
Misal : - Bolehkah kita beribadah karena ingin mendapatkan surga Allah? -
Bolehkah kita beribadah karena takut neraka Allah? - Bolehkah kita
beribadah karena ingin mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah? -
Bolehkah kita sholat dhuha karena ingin dilancarkan rejeki? - Bolehkah
kita sedekah agar kita terhindar musibah? - Bolehkah kita berzakat agar
harta kita berkah?
Maka jawabannya adalah
BOLEH. Keinginan lain asalkan itu adalah keinginan kedua setelah
hadirnya keingan pertama (karena Allah) maka hal itu tidak menggugurkan
keikhlasan, selama berbagai keinginan itu sudah ada pakemnya di
Al-Quran, Sunnah atau Ijma’.
Perhatikan Firman Allah
berikut, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada
Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya
azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Q.S.17:57).
Ayat di atas menjelaskan,
tidak masalah bagi Anda yang ingin mencari jalan Tuhan, sambil
mengharapkan rahmatNya, dan sambil merasa takut atas azabNya. Bahkan
anda harus merasa takut dengan azab/neraka yang telah Allah siapkan bagi
hamba-hambaNya yang kufar.
Coba perhatikan ayat
berikut, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari
Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan
bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (Q.S. 57:21).
Nah, justru kita disuruh
berlomba-lomba mencari ampunan Allah, dan berlomba-lomba menuju surga
Allah. Sebab ampunan dan surga Allah itu adalah bagian dari karuniaNya.
Jadi kita dilarang keras menyepelekan kehadiran surga Allah, sebab kalau
kita menyepelekan surga Allah, berarti kita sudah menyepelekan karunia
Allah, berarti juga kita sudah menyepelekan Allah. Na’udzubillaahimin dzalik.
Atau coba perhatikan ayat
berikut, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap kekufuran, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. (Q.S. 48:29)."
Ternyata kita justru
diperintahkan untuk rukuk dan sujud dalam rangka mencari karunia Allah
dan keridhoanNya. dan Karunia Allah itu banyak, bisa dalam bentuk materi
ataukah immateri.
Sehingga janganlah kita menjadi orang yang berlebihan dalam ikhlas dengan mengatakan “Ya
Allah, kalau seandainya saya beribadah kepadaMu karena takut NerakaMu,
maka masukkanlah aku ke dalam nerakaMu, sehingga tak ada lagi orang yang
bisa masuk ke dalam nerakaMu sebab nerakaMu sudah dipenuhi oleh aku dan
dosa-dosaku. Dan Ya Allah, apabila aku beribadah karena ingin surgaMu,
maka masukkanlah semua orang ke dalam surgaMu, sehingga tidak ada lagi
tempat untukku berada di surgaMu”.
Inilah orang-orang yang
membesarkan Allah tapi ia lupa membesarkan Karunia Allah. Padahal Allah
memperkenalkan dirinya kepada hamba-hambaNya melalui Karunia-KaruniaNya
yang sangat luas.
Namun demikian, kita tidak
boleh mengharapkan sesuatu selain dari Allah, yang mana hal harapan itu
tidak pernah diperintahkan oleh Allah dan RosulNya. Contoh:
- Kita tidak boleh berangkat haji agar orang lain memanggil kita Pak Haji.
- Kita tidak boleh
bersedekah agar kita tambah kaya, dan agar kita mendapatkan apa yang
kita inginkan. Contoh Anda ingin mobil seharga 200juta, lalu Anda
sedekah sebesar 20 juta (sepersepuluhnya) agar Allah memberikan kepada
Anda 200juta. Sebab Rosulullah tidak pernah melakukan hal yang semacam
ini. Tapi Rosulullah pernah menyarankan sedekah bagi Anda yang sedang
sakit atau yang sedang terkena musibah.
- Kita tidak boleh tawasul
karena ingin agar orang-orang sholeh yang kita tawashuli memberikan
syafaat kepada kita. Sebab hal ini tidak ada contohnya. Yang
diperintahkan adalah kita bersholawat kepada Rosulullah saw.
- Kita tidak boleh muludan
dengan menyangka bahwa muludan adalah bagian dari ibadah ritual, dan
lalu merasa berdosa jika kita tidak melakukan muludan. Apalagi muludan
itu menjadi tidak syah kalau tidak ada acara pecah telor dan lain
sebagainya. Tapi kita boleh muludan, jika tujuan kita bukan sebagai
ibadah ritual, tapi sebagai pengajian seperti biasa, hanya saja yang ini
dilakukan di bulan mulud, seraya mengingat perjuangan-perjuangan
Rosulullah saw dan para sahabatnya, agar terjadi pembaharuan semangat
kepada umat. Jadi Muludan untuk memotivasi umat, tidak lah masalah,
sebab ini termasuk perkara muamalah.
Ikhlas dalam berakidah
Dasarnya adalah surat
Al-Ikhlas. Hanya ada SATU TUHAN di alam semesta ini. Jika kita gagal
ikhlas untuk perkara ini, maka pelakunya disebut Syirik Akbar. Sebuah
Syirik yang tidak bisa diampuni dosanya oleh Allah.
Jika seseorang Syirik dalam
bermuamalah, dan syirik dalam hal tata cara beribadah, maka hal itu
masih bisa diampuni olehNya, atas kehendakNya. Tapi kalau seseorang itu
syirik dalam hal Aqidah maka ia tidak mendapatkan janji ampunan dari
Allah swt.
Perhatikan Firman Allah
berikut, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (Q.S.
4:116)
Contoh Syirik dalam
berakidah : - Menganggap bahwa Tuhan itu lebih dari satu - Menganggap
bahwa Tuhan itu beranak dan melahirkan - Menganggap bahwa Tuhan itu
adalah alam semesta - Menganggap bahwa Tuhan itu adalah diri sendiri -
Menganggap bahwa dirinya menyatu dengan Tuhan - Menganggap bahwa dirinya
bisa mengetahui kejadian akan datang, lalu memamerkannya ke semesta. -
Mencintai makhluk Allah sama atau lebih daripada mencintai Allah.
Berikutnya, ketiga model
keikhlasan itu dikembalikan ke hati kita masing-masing. Artinya jika
secara "prosedur" kita sudah ikhlas maka tinggal secara PONDASInya. Ya,
Setelah secara JELAS kita tidak berbuat syirik, maka titik berikutnya
tinggal hubungan HATI kita dengan Yang MAHA MENGUASAI HATI kita. Dan
disitulah finishing dari keikhlasan kita. Dan itu tinggal urusan Anda dengan Allah SWT. Rahasia....
Demikianlah penjelasan
singkat yang panjang tentang ikhlas ini, semoga Anda ikhlas membacanya
^_^. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan Semoga Allah melindungi kita
dari perbuatan yang tidak ikhlas, baik dalam hal bermuamalah, berritual
ibadah, terlebih lagi dalam hal berakidah.
Wallahu alam bish-showab
KZ (Kang Zen)
http://cahaya-semesta.com/ nb : yang suka, silakan menshare tulisan ini. Terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar